NATO mengatakan tidak berniat mengembangkan keanggotaan ke Indo-Pasifik. NATO hanya mengkhawatirkan perkembangan keamanan di wilayah tersebut.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO menegaskan tidak berniat membuka keanggotaan dengan negara-negara di luar kawasan Eropa dan Atlantik. NATO menjelaskan, penjajakan kerja sama dengan negara-negara Indo-Pasifik, yaitu Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru, murni dari permintaan kerja sama bangsa-bangsa tersebut dan wujudnya berupa peningkatan kapasitas, bukan bantuan militer.
Demikian dikemukakan Duta Besar Tetap Amerika Serikat untuk NATO Julianne Smith dalam jumpa pers daring pada Rabu (20/12/2023). Smith bersama rombongan duta besar negara-negara anggota NATO baru selesai melawat ke Tokyo, Jepang dan Seoul,Korea Selatan.
”Kekeliruan masyarakat global ialah mengira NATO ingin ekspansi keanggotaan ke Indo-Pasifik. NATO organisasi yang eksklusif untuk negara-negara di Atlantik dan Eropa. Selain itu, NATO organisasi pertahanan, bukan menawarkan persenjataan ke negara-negara non-anggota,” tutur Smith.
Terdapat delapan duta besar NATO yang datang ke Jepang dan Korsel. Selain Smith dari AS, delegasi terdiri dari perwakilan Inggris, Italia, Denmark, Belanda, Ceko, Romania, dan Polandia. Ia menjelaskan, kunjungan ke Jepang dan Korsel berdasarkan undangan pemerintah kedua negara itu.
Di sana, delegasi NATO mendengarkan kekhawatiran Jepang dan Korsel mengenai perkembangan situasi keamanan, baik tradisional maupun nontradisional di kawasan Asia Timur. Dalam pertemuan, mereka juga bertukar informasi serta saling belajar mengenai pemutakhiran dan pengambilan kebijakan guna memitigasi berbagai persoalan kawasan.
Jepang dan Korsel, lanjut Smith, mengajak NATO bekerja sama di bidang keamanan siber, kelautan, dan penanggulangan krisis iklim. Pola kerja samanya ditentukan oleh permintaan negara-negara mitra. Smith menuturkan, NATO juga mempelajari cara Jepang dan Korsel memaksimalkan multilateralisme guna menjaga kestabilan di kawasan Asia Timur serta Indo-Pasifik.
Kekeliruan masyarakat global ialah mengira NATO ingin ekspansi keanggotaan ke Indo-Pasifik. NATO organisasi yang eksklusif untuk negara-negara di Atlantik dan Eropa.
Sejumlah aspek yang dikhawatirkan oleh NATO, Jepang, dan Korsel ialah belum berakhirnya invasi Rusia ke Ukraina, Iran dan Korea Utara yang berusaha menggoyang keseimbangan dunia, serta China yang dinilai melakukan serangan hibrida. Oleh sebab itu, kerja sama keamanan nontradisional banyak di sektor siber dan mengurai disinformasi publik.
Khusus di Indo-Pasifik, Smith menerangkan bahwa NATO mengkhawatirkan perkembangan Korut. Informasi intelijen NATO menyebut, Korut mengirim 1.000 kontainer senjata dan amunisi ke Rusia dengan menggunakan kapal. Sebagai balasan Rusia membagikan teknologi persenjataan mereka kepada Pyongyang.
”Bagi NATO, ini bisa memperpanjang invasi Rusia di Ukraina sekaligus menggoyah keamanan dan kestabilan di Indo-Pasifik,” ujar Smith.
Ia mengungkapkan, para kepala negara mitra tersebut telah diundang mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO di Spanyol pada 2022, Lituania pada 2023, dan tahun depan di AS. Agenda tahun 2024 adalah membicarakan komitmen para anggota NATO menyumbang 2 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB) untuk dana operasional organisasi. Polandia adalah negara yang telah memenuhi komitmen, bahkan menyumbang hampir 3 persen dari PDB mereka.
Kehadiran AS di Indo-Pasifik juga ditegaskan oleh Marsekal Jacqueline van Ovost, perwira tinggi Angkatan Udara yang mengepalai Komando Transportasi Militer AS. Dalam jumpa pers daring Selasa (19/12/2023). Van Ovost mengatakan, ia baru kembali dari mengunjungi Papua Niugini, Jepang, dan Australia.
Ia menekankan, kemitraan dengan ketiga negara tersebut bukan untuk menggalang kekuatan yang berisiko meningkatkan ketegangan geopolitik. Di Papua Niugini, kerja sama fokus pada peningkatan kapasitas aparatur lokal dalam kesiagaan dan kesigapan menanggapi keadaan darurat.
”Indonesia pasti memahami bahwa Papua Niugini termasuk di dalam wilayah Cincin Api. Kerja sama ini menitikberatkan pada koordinasi logistik dan distribusinya jika terjadi kedaruratan akibat bencana alam. Apalagi, banyak permukiman penduduk di Papua Niugini yang terpencil, jangan sampai mereka tidak terlayani akibat jarak,” tutur Van Ovost.
Pada Juli lalu, AS bersama Jepang, Australia, Kanada, Perancis, Inggris, dan Selandia Baru menyelenggarakan latihan militer Pengawal Pergerakan (Mobility Guardian). Menurut Van Ovost, ini juga bagian dari koordinasi logistik di Indo-Pasifik dalam merancang skema pemberian bantuan yang tepat guna dan tepat sasaran jika terjadi bencana.
Terkait keberatan yang dikemukakan oleh China, Van Ovost mengatakan, AS berkomitmen menjaga wilayah Indo-Pasifik memberi kebebasan bernavigasi bagi semua pihak. ”Komitmen ini sesuai dengan berbagai peraturan internasional. Tidak ada pihak yang boleh dilarang beroperasi di Indo-Pasifik,” ujarnya.
Dilansir dari kantor berita Korsel, Yonhap, Menteri Pertahanan Korsel Shin Wok-sin mengatakan, keadaan di Semenanjung Korea memang memanas. Korut dan Korsel sejatinya masih berperang karena belum ada perjanjian perdamaian yang ditandatangani. Mereka hanya menyetujui gencatan senjata.
Korut semakin aktif menguji coba rudal. Kantor berita Korut, KCNA, memberitakan pada Selasa (19/12/2023), Pemimpin Korut Kim Jong Un mengawasi langsung peluncuran rudal balistik antarbenua Hwasong-18. Kim menuduh Korsel dan AS bersekongkol mengadakan kelompok konsultasi nuklir yang bertujuan memerangi Korut. Oleh sebab itu, Korut menganggap mereka harus meningkatkan kemampuan persenjataan.