Gaudi, ”El Barca”, dan Spirit Barcelona
Berkunjung ke Barcelona tidak sah jika tidak mengunjungi karya agung arsitek ternama di kota itu, Antoni Gaudi. Tidak hanya memberi nyawa dan penghidupan bagi warganya, ia juga menjadi inspirasi abadi bagi Barcelona.
Bepergian ke Barcelona, Spanyol, kala Benua Eropa mulai memasuki musim dingin, awal Desember lalu, terasa tetap nyaman. Suhu udara rata-rata siang hari berkisar 14-15 derajat celsius dan malam hari 8-9 derajat celsius. Tak perlu memakai jaket tebal untuk beraktivitas di luar.
Cuaca cerah, matahari menyapa hangat, dengan pemandangan langit membiru saat kami mendarat menjelang siang di Bandar Udara Internasional El-Prat, Barcelona, Jumat (8/12/2023). Di pusat kota, trotoar lebar di kiri-kanan jalan sudah dipenuhi orang lalu-lalang. Cuaca seterang itu sungguh sayang dilewatkan.
Suasana Natal juga sudah terasa. Di sana-sini lampu dekoratif dan hiasan bercorak Natal membalut berbagai sudut kota. Di kawasan Passeig de Gracia atau ”Champs-Ély- sées”-nya Barcelona, lampu-lampu itu dipasang bersulur di atas ruas jalan, memendarkan cahaya indah di malam hari.
Baca juga: Aroma-aroma Kota yang Membuat Jatuh Cinta
Di pasar-pasar natal, dijual arca-arca kecil khas Catalan berbahan tanah liat, sebagian diserupakan tokoh-tokoh dunia dengan celana bagian belakang dipelorotkan. Dalam tradisi Catalunya yang berakar pada abad ke-18 ini, arca-arca caganer untuk menghiasi kandang atau goa natal itu diyakini bisa membawa kemakmuran di tahun berikutnya.
Seperti halnya kota-kota lain di Eropa, Barcelona menjaga bangunan-bangunan tua dan gedung-gedung bersejarah. Salah satu ikon kebanggaan, bahkan menjadi identitas Barcelona, adalah bangunan-bangunan karya arsitek Antoni Gaudi (1852-1926).
Baca juga: Menggapai Mimpi ke Machu Picchu
Berbagai bangunan rancangannya bertebaran di Barcelona, tujuh di antaranya ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Dua bangunan di antaranya, yakni Casa Batllo dan Casa Mila (La Pedrera), dipilih untuk tujuan kunjungan dalam Lexus Media Trip yang digelar Lexus Indonesia, di Barcelona. Kompas adalah salah satu dari dua media yang diundang dalam program itu.
”Kami bersyukur punya Gaudi. Berkat Gaudi, jutaan orang datang ke Barcelona setiap tahun. Meski kami tak punya minyak, tak punya gas atau sumber daya alam lain, para turis terus berdatangan ke sini, memberi penghidupan kepada kami. Terima kasih, Gaudi,” ujar David Edo Estevez, pemandu turis kami.
Casa Batllo (dibaca: Kasa Batyo) berdiri kokoh di dekat salah satu persimpangan di kawasan Passeig de Gracia. Gedung ini bernomor 43. Jumat siang itu, antrean pengunjung mengular di trotoar, menunggu giliran masuk. Menurut Estevez, antrean seperti itu menjadi pemandangan sehari-hari.
Dalam bukunya, Gaudi: Introduction to His Architecture (terbit 2022), Juan-Eduardo Cirlot menuliskan, rumah itu milik pengusaha Josep Batllo Casanovas yang awalnya dibangun pada 1877. Batllo meminta Gaudi merenovasi rumah itu agar tampil beda dengan gedung-gedung lain. Renovasi berlangsung tahun 1904-1907.
”Rumah tulang”
Dibandingkan dengan gedung-gedung yang berjajar di sebelahnya, desain dan gaya arsitekturnya unik. Keunikan arsitekturnya, dengan garis lengkung yang mendominasi bentuk tata ruang, pintu, langit-langit, dan corak warna-warni ornamen dindingnya, memberikan ruang interpretasi terbuka bagi pengunjungnya.
Dari depan, pada fasad gedung berlantai tujuh—termasuk lantai bawah tanah—itu balkon-balkon terlihat menyerupai tengkorak manusia, dengan pilar-pilar jendela mirip tulang. Keunikan itu memantik daya tarik warga Barcelona yang menjuluki Casa Batllo dengan ”Rumah Tulang”.
Lihat juga foto-foto: Menjelajahi Sudut Kota Tua Jerez, Spanyol
Estevez, saat memandu kunjungan ke gedung itu, menuturkan, pandangan yang beredar soal bagian atap. Bagian ini berbentuk melengkung, diibaratkan punggung naga. Di bagian kiri tengah atap itu terlihat fitur bulat berbentuk menara dan salib, melambangkan tombak Santo Jordi, pelindung Catalunya, seolah ditancapkan ke punggung naga.
Tak hanya aspek artistik, aspek fungsional juga ditonjolkan dalam perancangan Casa Batllo. Di bagian tengah, tempat tangga penghubung antarlantai, Gaudi membuat atrium atau ruang terbuka agar udara dan cahaya mengalir bebas ke seluruh lantai ruangan. Warna keramik dindingnya dibuat gradasi dari biru tua di bagian atas, lalu memutih di bagian bawahnya, dimaksudkan untuk mengatur pencahayaan ruang.
”Bagaimana pengaturan pencahayaan di setiap ruangan dengan memaksimalkan pencahayaan natural, bagaimana sirkulasi udara yang nyaman dan mengalir di setiap ruangan dan banyak hal lain, ini suatu inovasi arsitektur masa itu, menggambarkan gaya hidup keluarga kelas atas masa itu,” kata Bansar Maduma, General Manager Lexus Indonesia, yang memimpin rombongan.
Salah satu area yang tak boleh dilewatkan adalah bagian atap gedung. Di area ini terdapat empat cerobong asap, desain punggung naga dengan tempelan pecahan keramik warna-warni, dan menara bercorak salib dengan dekorasi tiga monogram: Jesus (JHS), Joseph (JHP), dan Maria (M). Ini disebut sebagai simbol kedalaman religiositas Gaudi.
Baca juga: Dari Granada ke Cordoba
Bangunan kedua yang dikunjungi adalah Casa Mila (La Pedrera). Jaraknya hanya beberapa ratus meter dari Casa Batllo. Casa Mila juga berposisi menonjol di salah satu sudut perempatan Passeig de Gracia.
Dalam bukunya, Cirlot menyebut gedung itu dibangun dari 1906 hingga 1912. Pasangan pengusaha kaya Barcelona, Roser Segimon-Pere Mila, meminta Gaudi, arsitek termahal kala itu, merancang bangunan.
Berbeda dengan Casa Batllo, Casa Mila dibangun dengan struktur batu, bata solid, dan balok metal. Bangunan ini memiliki sembilan lantai, salah satunya adalah lantai bawah tanah untuk garasi kendaraan. Konon ini garasi bawah tanah pertama di kota Barcelona.
Sama seperti Casa Batllo, bagian atap Casa Mila juga menyajikan pemandangan beberapa cerobong asap nan artistik, terlihat seperti kikisan angin dan hujan pada bebatuan.
”Casa Milà-La Pedrera dipelihara secara total guna menjaga keasliannya, menonjolkan bentuk-bentuk unik, seperti pada atap, loteng, lantainya yang ’agung’, dan lain-lain serta dibuat cocok untuk acara-acara budaya dan kunjungan umum,” sebut UNESCO saat menahbiskan gedung itu sebagai Situs Warisan Dunia.
Pengaruh abadi
Hingga hari ini, jejak dan pengaruh Gaudi di Barcelona tak hanya terbatas pada karya-karya magnum opus arsitektur. Ia sudah jadi simbol, rujukan, dan spirit kota. Klub Barcelona, salah satu klub terkaya dunia dari kota itu, pernah menjadikan ide dan gaya Gaudi saat merenovasi wajah Camp Nou, stadion klub itu.
Baca juga: Petualangan Baru Barca di Bukit Montjuic
Pada 2017, El-Barca juga mengambil gaya mosaik arsitektur Gaudi untuk desain kostum ketiganya. ”Kostum baru ini terinspirasi oleh kultur dan kota saya. Inovasi dan desainnya seperti membawa (klub ini) ke level baru,” ujar Sergi Roberto, pemain Barcelona, dikutip FourFourTwo.
Ivan Rakitic, gelandang Kroasia, saat bergabung dengan Barcelona (2014-2020), pernah menyejajarkan permainan bintang sepak bola Lionel Messi seperti karya-karya Gaudi di bidang arsitektur. ”Kita bisa bicara tentang Gaudi, seorang genius, punya ide-ide unik. Andaikata Messi seorang arsitek, ia akan seperti Gaudi, (Jacques) Herzog & (Pierre) De Meuron, (Norman) Foster, dan (Ludwig) Mies van der Rohe,” tutur Rakitic kepada koran Spanyol, El Pais, tahun 2016.
Baca juga: Gagal Bertemu Messi di Camp Nou
Seperti klub Barcelona, yang punya moto ”més que un club (lebih dari sekadar klub biasa)”, begitu juga Gaudi dengan karya-karya arsitekturnya. Gaudi, seperti klub Barcelona, sudah jadi simbol, ikon, identitas, dan inspirasi bagi kota terbesar kedua di Spanyol itu.