Menghitung Kerugian Iran Setelah Israel Membunuh Jenderal Mousavi
Iran rugi besar karena Mousavi tewas. Siapa sebenarnya Mousavi dan mengapa ia begitu penting?
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
Bundaran Imam Hussein di pusat kota Teheran dipadati ribuan orang pada Kamis (28/12/2023). Di ibu kota Iran itu, mereka mengantarkan mendiang Brigadir Jenderal Sayyed Reza Mousavi ke pemakaman.
Mousavi tewas di Damaskus, Suriah, pada Senin (25/12/2023). Rumahnya di pinggiran Damaskus jadi sasaran serangan udara Israel. Ia dikebumikan di pemakaman Imamzadeh Saleh, Tajrish, sebelah utara Teheran.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Komandan Garda Revolusi Iran (IRGC) Mayor Jenderal Hossein Salami ikut melayat. Kantor berita Iran, IRNA, mengutip pernyataan Salami soal Mousavi.
Menurut Salami, Mousavi teman dekat sekaligus penasihat penting mendiang Letnan Jenderal Qassem Solemaini. Soleimani tewas akibat serangan udara Amerika Serikat di Baghdad pada Januari 2020.
Kehadiran Khamenei dan sejumlah petinggi Iran menunjukkan Mousavi orang penting. Mousavi menghabiskan lebih dari 30 tahun di Suriah dan negara sekitarnya. Menurut Kedutaan Iran di Damaskus, Mousavi berstatus diplomat.
Menurut sejumlah pihak, Mousavi sampai punya ruangan sendiri di Kantor Kementerian Pertahanan Suriah. Bersama Soleimani, yang menjadi Komandan Brigade Quds IRGC, Mousavi menjalin hubungan dengan sejumlah kelompok bersenjata di Suriah dan sekitarnya.
Brigade Quds atau Pengawal Jerusalem salah satu dari delapan cabang IRGC. Tugas brigade itu menjaga pengaruh Iran di sejumlah negara. Mereka mendukung kelompok-kelompok di banyak negara.
Pengalaman panjang
Kepada Arab News, Mohammed Al-Sulami menyebut Mousavi sebagai kembaran Soleimani. ”Dia (Mousavi) mengenal semua orang, memiliki kontak yang baik dengan orang-orang di lapangan, milisi dan pemimpin kelompok,” kata Al-Sulami yang mendirikan dan memimpin Rasanah, lembaga kajian soal Iran di Arab Saudi.
Pengalaman 30 tahun membuat Mousavi punya pengetahuan lebih banyak dari siapa pun soal kondisi lapangan, khususnya di Suriah. Bahkan, menurut Al-Sulami, Mousavi bisa dibandingkan dengan Komandan Brigade Quds saat ini, Letnan Jenderal Esmail Qaani. Mousavi kampiun di Timur Tengah, Qaani piawai di Asia Tengah, khususnya Afghanistan.
Al-Sulami mengatakan, Soleimani dan Mousavi bak dua sisi mata uang logam. Keduanya saling melengkapi. ”Karena itu, ini merupakan kerugian yang sangat besar bagi Iran dan keberhasilan besar bagi mereka yang berupaya meminimalkan kehadiran milisi di Suriah,” ujarnya.
Dengan pengalaman panjangnya, tidak heran ada negara musuh Iran mau Mousavi tewas. ”Saya pikir badan-badan intelijen di negara-negara seperti Inggris, Amerika, dan yang lebih penting, Israel tahu betul pentingnya orang-orang seperti itu di Suriah, meskipun orang-orang ini berusaha untuk tetap diam dan tidak menonjolkan diri,” ujar Al-Sulami.
Mousavi masuk daftar sasaran Israel sejak dilaporkan mengatur pengiriman senjata dan dana ke kelompok bersenjata di Suriah dan Lebanon. Kelompok-kelompok itu dekat dengan Iran dan terus mengumpulkan persenjataan. Mereka giat menimbun senjata sejak Hezbollah berperang dengan Israel pada 2006.
Di Suriah, Iran mendukung pemerintahan Bashar Al Assad. Presiden yang mewarisi jabatan dari ayahnya itu salah satu yang secara terbuka menentang Israel.
Karena itu, selama 10 tahun terakhir, Israel rutin menyerang Suriah. Serangan itu kerap disebut perang tidak langsung Israel-Iran. Tujuan serangan itu menghentikan pasokan persenjataan dan aneka peralatan perang Iran ke kelompok bersenjata di Suriah dan Lebanon.
Agar tujuan benar-benar tercapai, pengendali pasokan itu harus dimusnahkan. Mousavi diidentifikasi sebagai salah satu pengendali pasokan. ”Penghancuran Reza Mousavi, jika dilakukan oleh Israel, akan menjadi langkah penting bagi negara yang secara umum menargetkan infrastruktur fisik IRGC di Suriah dan menghindari menargetkan personel,” kata Kyle Orton, analis independen Timur Tengah.
Dampak kematian
Al-Sulami menaksir, dampak kematian Mousavi sama besarnya dengan kematian Soleimani. Dampak itu berupa perpecahan kelompok-kelompok sokongan Iran.Meski Iran menyatakan akan membalas kematian Mousavi, Al-Sulami ragu akan ada konfrontasi langsung Israel-Iran.
”Israel menyerang Iran di Suriah dan tempat lain. Namun, mereka (Israel) menghindari operasi militer langsung di wilayah Iran untuk menghindari eskalasi. Bagi Iran, hal yang sama juga terjadi,” tuturnya.
Iran mungkin akan menyerang Siprus, Yunani, atau tempat lain yang banyak penduduk serta mata-mata Israel. Serangan akan terus terjadi dalam beberapa waktu ke depan.
Sementara Orton meragukan tewasnya Mousavi akan berdampak besar pada kendali Iran di Suriah. Akan tetapi, jika pembunuhan perwira seperti Mousavi terus terjadi, Orton meyakini, hal ini akan ada dampaknya terhadap pengaruh Iran.
Ada skenario lain yang mungkin dipakai Iran membalas kematian Mousavi. Skenario itu bisa dilihat dari laporan Dexter Wilkins di majalah New Yorker pada 2013.
Peliput perang Irak dan Afghanistan itu menulis soal dampak kematian salah satu komandan Brigade Quds, Hassan Shateri. Pada Februari 2013, Shateri tewas di Suriah.
Kematian Shateri membuat Soleimani berkantor di Suriah. Ia mengendalikan operasi di sana. Fokusnya, menggalang aliansi militer Suriah dengan Hezbollah. Tujuannya: membalas kematian Shateri. (AP/REUTERS)