China-Belanda Memanas gara-gara Cip
Pada November 2023, China-Belanda menyatakan hubungan ekonomi sangat erat. Kini, hubungan keduanya menegang terkait mesin pembuat cip.
AMSTERDAM, RABU — Hubungan Belanda dan China memanas setelah perusahaan manufaktur cip terkemuka, ASML, menyebut pemerintahan Perdana Menteri Mark Rutte melarang mereka mengekspor beberapa mesin yang penting untuk proses pembuatan cip ke China.
Tindakan itu membuat Pemerintah China berang dan menyebutnya intimidatif. Beijing berbalik mengancam akan menghentikan ekspor dua mineral penting yang digunakan dalam produksi cip, yaitu galium dan germanium.
Dalam peryataan yang dikeluarkan manajemen ASML, Senin (1/1/2023) malam, larangan ekspor sejumlah mesin atau komponen dikeluarkan Pemerintah Belanda untuk jumlah dan waktu yang tidak ditentukan. Pelarangan itu berdampak pada pelanggan mereka di China.
Manajemen ASML menyebut, pembatasan ekspor tidak akan memiliki ”dampak material” terhadap prospek keuangannya. Akan tetapi, pelarangan itu langsung berdampak pada nilai perdagangan saham perusahaan yang turun 1,3 persen pada sesi perdagangan sore. Indeks blue-chip AEX Amsterdam turun 0,4 persen secara keseluruhan.
Baca juga: 4 Negara Bentuk Aliansi Chip 4, Bentengi Industri Semikonduktor Global
Tindakan Pemerintah Belanda tidak terlepas dari lobi pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang pada Oktober 2023 mengumumkan pembatasan ekspor cip ke China. Menurut kantor berita Bloomberg, sejumlah pejabat AS menghubungi dan melobi Pemerintah Belanda dan manajemen perusahaan untuk menghentikan ekspor peralatan yang menggunakan komponen buatan AS ke China.
Manajemen perusahaan yang berbasis di Veldhoven itu menyebut, larangan ekspor mesin ke China berdampak pada pengiriman sistem litografi NXT:2050i dan NXT:2100i. Kedua mesin itu dikenal sebagai DUV dan EUV. Mesin EUV terutama dibutuhkan untuk membuat semikonduktor berukuran lebih kecil dari 7 nanometer, menyumbang separuh pendapatan ASML.
Untuk pasar China, ASML memasok DUV yang lebih tua dari EUV. ASML meraup pendapatan 2,35 miliar dollar AS pada 2022 dan 2,17 miliar dollar AS pada 2021 dari penjualan mesin DUV ke China. ASML mendominasi pasar global untuk sistem litografi (Kompas.id, 30 Januari 2023).
Pascapelarangan tersebut, ASML mengalami kerugian kecil. Meski demikian, dalam beberapa tahun terakhir China telah menjadi pasar terbesar ketiga bagi mesin litografi ASML setelah Taiwan dan Korea Selatan. Pada kuartal III-2023, China bahkan menjadi pasar terbesar dengan 46 persen penjualan perusahaan.
Baca juga: Aturan Semikonduktor AS Memusingkan Produsen
China berupaya mengatasi ketertinggalan dalam bidang litografi sebagai bagian dari upaya transformasi besar-besaran yang dikembangkan pemerintahan Presiden Xi Jinping untuk menciptakan sistem rantai pasok mandiri. Sejauh ini, hanya ada satu produsen mesin litografi lokal di China, yakni Shanghai Micro Electronics Equipment (SMEE). Akan tetapi, secara teknologi, perusahaan ini tertinggal dari ASML dan perusahaan sejenis dari Jepang serta Korea Selatan.
Larangan ekspor tersebut membuat berang Beijing. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin, Selasa (2/1/2023), menyebut tindakan Pemerintah Belanda intimidatif, serupa dengan tindakan Washington.
”Tindakan tersebut sangat melanggar aturan perdagangan internasional, sangat merusak tata letak industri semikonduktor global, dan berdampak serius pada keamanan dan stabilitas rantai industri dan pasokan internasional,” kata Wang.
Pada November 2023, Pemerintah China dan Belanda melalui menteri luar negeri masing-masing menyatakan hubungan ekonomi mereka sangat baik dan erat. China menyebut Belanda sebagai pintu gerbang bagi kerja sama negara itu dengan Uni Eropa. Sebaliknya, Belanda menyebut China sebagai mitra penting perdagangan di Asia.
Baca juga: AS Dekati Jepang dan Belanda untuk Jegal Industri Cip China
Saat berbicara dengan Menlu Belanda Hanke Bruins Slot, Menlu China Wang Yi, dikutip dari laman Global Times, menyatakan harapan agar hubungan kedua negara tidak terganggu intervensi pihak ketiga. Wang juga menyatakan Beijing bersedia bekerja sama dengan Eropa untuk mendorong perkembangan hubungan bilateral yang berkelanjutan, sehat, dan stabil. Ia berharap Belanda berbuat setimpal, yakni memainkan peran konstruktif.
Slot menyatakan, Pemerintah Belanda bersedia memperdalam kerja sama dengan China atas dasar prinsip saling menguntungkan. Dia juga mendorong pengembangan lebih lanjut kemitraan komprehensif di antara kedua negara.
Mineral tanah jarang
Ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Beijing akan membatasi, bahkan melarang, ekspor mineral galium dan germanium. Keduanya adalah logam tanah jarang yang penting dalam proses produksi cip atau semikonduktor. Wang, dikutip dari laman CNN, mengingatkan, lobi Pemerintah AS terhadap negara yang memiliki hubungan dagang dengan China akan berdampak pada mereka.
Sejak Oktober 2023, Beijing mengumumkan telah membatasi ekspor dua jenis mineral tersebut. Pembatasan dilakukan setelah AS, Eropa, dan Jepang membatasi penjualan cip dan peralatan pembuatan cip ke China untuk memutus akses barang produksi. Mereka curiga peralatan itu dimanfaatkan China untuk kepentingan pengembangan teknologi militer.
Baca juga: Sukses Huawei Mengingatkan Sejarah Pencurian Teknologi oleh AS
Selama hampir satu dekade terakhir China mendominasi produksi dan ekspor galium dan germanium. Tahun lalu, produksi dari China menyumbang 98 persen produksi galium global dan 68 persen produksi germanium olahan, menurut Survei Geologi AS (USGS). Galium dibutuhkan dalam proses pembuatan cip yang digunakan dalam telepon seluler dan komunikasi satelit. Adapun germanium digunakan untuk produksi serat optik.
Keduanya tidak ditemukan secara mandiri di alam. Keduanya biasanya terbentuk sebagai produk sampingan dari penambangan logam yang lebih umum, terutama aluminium, seng, dan tembaga.
Ewa Manthey, ahli komoditas Kelompok ING, mengatakan, China mendominasi produksi kedua mineral ini bukan karena sulit didapat sehingga pemrosesannya membutuhkan ongkos yang besar. Dominasi disebabkan China bisa menjaga ongkos tetap rendah dalam proses produksinya. ”Negara lain belum mampu menandingi biaya kompetitif negara tersebut,” katanya.
Dari tahun 2005 hingga 2015, produksi galium dengan kemurnian rendah di China melonjak dari 22 metrik ton menjadi 444 metrik ton, menurut data yang dikumpulkan Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington. Produksi alumunium yang masif memungkinkan China menguasai pangsa produksi galium global secara dominan, terutama setelah ada kebijakan setiap produsen aluminium di China juga memiliki kemampuan mengekstraksi galium.
Itulah sebabnya, selama 10 tahun terakhir, produksi galium menjadi tidak layak secara ekonomi di luar China. Antara tahun 2013 dan 2016, Kazakhstan, Hongaria, dan Jerman menghentikan produksi utama galium.
Baca juga: Kiat China Melepas Ketergantungan Cip AS
Rusia, Jepang, dan Korea menghasilkan gabungan 1,8 persen galium global tahun 2022. Untuk germanium, Teck Resources Kanada adalah salah satu produsen terbesar di dunia. Perusahaan Amerika Indium Corporation merupakan produsen senyawa dan paduan germanium terkemuka di dunia. Perusahaan asal Belgia, Umicore, juga memproduksi kedua elemen tersebut walau dalam kuantitas kecil.
Marina Zhang, profesor di Universitas Teknologi Sydney, mengatakan, tidak mudah bagi konsumen dua jenis logam tanah jarang itu untuk mendapatkan hasil instan dan pemasok anyar di tengah kebutuhan yang terus meningkat. Menurut dia, dibutuhkan dana sekitar 20 miliar dollar AS (sekitar Rp 30 triliun) untuk membangun industri pengolahan serupa dan hal itu tidak bisa digarap dalam waktu singkat.
”Teknologi pemurnian dan fasilitas pengolahan galium dan germanium tidak dapat dibangun dalam semalam, terutama mengingat dampak lingkungan dari ekstraksi dan penambangannya,” katanya. (AFP)