Berkumpul di Beirut, Poros Perlawanan Koordinasikan Pembalasan Serangan
Pertemuan dilakukan untuk mengoordinasikan sikap Poros Perlawanan. Istilah itu kerap dipakai Iran untuk menyebut kelompok-kelompok bersenjata di Timur Tengah yang disokong Iran.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
TEHERAN, JUMAT — Para petinggi Garda Revolusi Iran, Hamas, dan Hezbollah dilaporkan bertemu di Beirut, Lebanon. Iran juga menyatakan mulai menangkapi orang-orang yang terlibat pengeboman di Kerman pada Rabu lalu.
Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vanidi mengumumkan penangkapan itu pada Jumat (5/1/2024) di Teheran. ”Aparat intelijen mendapatkan petunjuk bagus. Sebagian yang terlibat dalam insiden (pengeboman di Kerman) telah ditangkap,” ujarnya sebagaimana dikutip media Iran, IRNA dan Mehr.
Pengeboman di Kerman terjadi pada Rabu (3/1/2024). Akibatnya, 88 orang tewas dan 284 lain cedera. Mayoritas korban merupakan peziarah yang akan menghadiri peringatan kematian mantan Komandan Brigade Quds, Mayor Jenderal Qasem Soleimani.
Mitra Soleimani di salah satu unit Garda Revolusi Iran (IRGC) itu, Brigadir Jenderal Seyyed Reza Mousavi, tewas di Suriah pada 25 Desember 2023. Iran menuding Israel membunuh Mousavi dan mendalangi pengeboman Kerman. Sementara Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) mengklaim bertanggung jawab pada pengeboman Kerman.
Sepekan setelah kematian Mousavi terjadi ledakan di Beirut, Lebanon. Wakil Ketua Biro Politik Hamas Saleh Mohammed Al-Arouri dan sejumlah komandan Hamas tewas dalam ledakan itu.
Koordinasi tanggapan
Analis keamanan dan geopolitik Timur Tengah, Zoran Kusova, mengatakan, petinggi Hamas, Hezbollah, dan IRGC diduga telah bertemu di Beirut. Pertemuan tertutup itu untuk mengoordinasikan tanggapan mereka atas serangkaian pengeboman di Lebanon, Suriah, dan Iran. ”Delegasi tinggi Iran yang terdiri atas beberapa jenderal senior IRGC dilaporkan terbang ke Beirut,” ujarnya kepada Al Jazeera.
Media Arab Saudi, Asharq Al Awsat, melaporkan, sejumlah perwakilan kelompok lain di Palestina juga hadir di pertemuan tersebut. Pertemuan itu untuk mengoordinasikan sikap Poros Perlawanan. Istilah itu kerap dipakai Iran untuk menyebut kelompok-kelompok bersenjata di Timur Tengah yang disokong Iran.
Sekretaris Jenderal Hezbollah Hasan Nasrallah disebut sudah menyiapkan tanggapan atas serangkaian pengeboman itu. Tanggapan itu mendadak batal disiarkan.
Kusovac menduga, Nasrallah sedang merundingkan sikap Hezbollah dengan Iran. ”Jawaban atas pertanyaan ’apa yang terjadi selepas ini’ ditentukan lewat pertemuan itu,” ujarnya.
Pertemuan IRGC, Hamas, dan Hezbollah disebut dilakukan di sela pemakaman Arouri. Mantan Wakil Ketua Biro Politik Hamas Mousa Abu Marzouk hadir di pemakaman itu.
Kusovac menyebut sulit tidak mengaitkan Israel dengan serangkaian pengeboman itu. Sebab, polanya amat mirip dengan ulah agen Israel selama puluhan tahun.
Pembunuhan Arouri diduga menggunakan rudal Nimrod. Rudal itu diangkut pesawat nirawak Hermes. Nimrod dan Hermes bagian persenjataan terbaru Israel.
Kematian Arouri, menurut Kusovac, amat merugikan Hamas. Tidak mudah mencari pengganti dengan jaringan luas seperti Arouri. Semasa hidupnya, Arouri akrab dengan Nasrallah dan para jenderal Iran. Ia juga mempunyai jaringan kuat di Turki.
Kematiannya, demikian pula Mousavi, dikhawatirkan bisa memperluas perang. Hezbollah dan Iran, menurut Kusovac, sudah menahan diri selama tiga bulan Israel menyerang Gaza. Sekarang, sulit melakukan itu.
Sikap berbeda
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menunjukkan sikap berbeda dengan koleganya di kabinet di Israel. Beberapa menteri Israel menyatakan, seluruh orang Palestina harus diusir dari Gaza.
Sementara Gallant menyatakan akan tetap ada orang Palestina di Gaza. Rencana terperinci atas masa depan Gaza antara lain akan dibahas Israel dengan Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan menyambangi Israel, akhir pekan ini.
Gallant menyebut bahwa rencana itu baru akan diterapkan jika mereka berhasil membumihanguskan Hamas, terutama kemampuan militer dan pemerintahan sipilnya. Selama Hamas belum hancur, berdasarkan dua parameter tersebut, ditambah dengan pembebasan semua sandera Israel, perang akan terus berlanjut.
Untuk memenangi perang melawan Hamas, Gallant menyebut mereka akan melakukan taktik dan strategi tempur baru, termasuk penggerebekan, penghancuran terowongan, serangan udara dan darat, serta operasi pasukan khusus. Seluruh operasi tersebut akan dilakukan sepanjang dianggap diperlukan.
Setelah perang, Gallant menyatakan, Hamas tidak akan lagi mengendalikan Gaza. Keamanan Gaza akan dikendalikan Israel dan dikoordinasikan dengan AS, Uni Eropa, serta negara teman Israel. Pasukan Israel yang menentukan siapa dan apa yang boleh masuk atau keluar Gaza.
Ia juga menyangkal Israel akan membuat permukiman Yahudi di Gaza. ”Penduduk Gaza adalah warga Palestina. Oleh karena itu, badan-badan Palestina akan bertanggung jawab dengan syarat tidak ada tindakan permusuhan atau ancaman terhadap negara Israel,” ujarnya. (AFP/AP/REUTERS)