Korut dan Korsel Berbalas Tembak Artileri di Perbatasan Laut
Bagai lingkaran setan, latihan militer kedua Korea menciptakan ketegangan tak berkesudahan di Semenanjung Korea. Negara-negara tetangga pun khawatir.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·5 menit baca
SEOUL, JUMAT — Suasana di Semenanjung Korea kembali panas setelah terjadi balas-membalas latihan dengan rudal berpeluru asli antara Korea Utara dan Korea Selatan. Tetangga kedua negara Korea, China, meminta agar semua pihak menahan diri guna menghindari eskalasi konflik.
Pernyataan itu disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin di Beijing, China, Jumat (5/1/2024). ”China sebagai tetangga dekat Korea Selatan dan Korea Utara terus memantau perkembangan situasi di Semenanjung Korea. Kami meminta agar setiap pihak menahan diri dari mengambil tindakan yang memungkinkan meningkatnya ketegangan. Harap utamakan pendekatan damai yang berbasis dialog,” ujarnya.
Dilansir dari surat kabar The Korea Times, Korea Utara (Korut) melepas tembakan artileri pada pukul 09.00-pukul 11.00. Sebanyak 200 peluru ditembakkan dari Tanjung Jangsan dan Tanjung Deungsan yang terletak di Korut barat daya. Peluru-peluru itu jatuh di laut, tepatnya sedikit di sebelah selatan batas maritim antara Korut dan Korsel.
”Aksi Korut ini murni provokasi yang bertujuan mengganggu kestabilan Semenanjung Korea,” kata Juru Bicara Angkatan Bersenjata Korsel Lee Sung-joon. Ia mengatakan, Korsel akan mengambil tindakan yang sesuai.
Pelur-peluru artileri Korut itu masuk ke perairan Pulau Yeonpyeong milik Korsel. Pulau ini terletak 120 kilometer dari pesisir barat Korsel. Dari daratan utama ke Pulau Yeonpyeong butuh waktu tempuh 2,5 jam dengan feri. Penduduk pulau ini ada 2.000 orang yang mencakup warga sipil dan tentara Korsel.
Kantor berita Korsel, Yonhap, melaporkan, pada pukul 15.00, Angkatan Laut Korsel menggelar latihan menembak artileri dengan peluru asli di Pulau Yeonpyeong yang dekat dengan perbatasan Korut. Warga sipil diminta untuk sementara berlindung di bunker bom yang telah disediakan pemerintah.
Militer Korut lantas menyatakan, latihan penembakan itu sebagai ”langkah balasan alami” terhadap latihan perang Korsel, awal pekan ini. ”Jika musuh melakukan tindakan yang bisa dianggap provokasi dengan dalih tindakan balasan, Angkatan Bersenjata Rakyat Korea (KPA) akan menunjukkan balasan keras yang tidak pernah dilakukan sebelumnya,” sebut pernyataan Kepala Staf KPA.
Pulau Yeonpyeong dan perairan di sekitarnya merupakan wilayah sengketa perbatasan laut Korsel dengan Korut. Tercatat terjadi konflik terbuka di antara angkatan laut kedua negara di perairan itu pada 1999, 2002, dan 2009. Pada 2010, kapal AL Korsel tenggelam akibat ditembak torpedo dan 46 awaknya tewas. Tidak ada bukti pihak pelakunya, tetapi kecurigaan jatuh kepada Korut.
Pada 19 September 2018, militer kedua Korea menandatangani perjanjian. Sejatinya, sejak Perang Korea 1950, Korsel dan Korut belum memiliki perjanjian perdamaian. Status hubungan mereka adalah gencatan senjata. Di darat, perbatasan kedua negara berada di Panmunjom yang dikenal sebagai zona demiliterisasi.
Di sepanjang perbatasan darat itu terdapat 11 posko pengawas. Di dalam perjanjian tahun 2018 disebut bahwa kedua Korea sepakat untuk membongkar 10 dari 11 posko itu serta menarik pasukan dan persenjataan mereka. Korsel dan Korut sepakat tidak akan mengadakan latihan militer serta pengawasan udara di zona-zona penopang.
Ini persoalan serius karena pertama kalinya Kim tidak mau ada reunifikasi dan mengubah pandangannya terhadap Korsel.
Namun, keadaan berubah pada November 2023. Ketika itu, Korut berhasil meluncurkan satelit mata-mata pertamanya. Korsel yang marah menjalankan kembali pengawasan udara sebagai protes terhadap Pyongyang. Korut menanggapi protes Seoul ini dengan menyatakan hendak mengerahkan persenjataan lebih berat di sepanjang perbatasan dan tidak mengakui perjanjian 2018.
Media-media di Korsel melaporkan, sejak November 2023, tentara Korut mulai membangun kembali posko-posko di perbatasan. Selain itu, di sepanjang rel kereta di zona demiliterisasi, tentara Korut menanaminya dengan ranjau. Hal ini membuat rel itu terlalu berbahaya untuk dipakai.
Niat Korut ditegaskan kembali oleh Pemimpin Utama Kim Jong Un dalam pidato Tahun Baru 2024, Senin (1/1/2024), yang disiarkan oleh kantor berita nasional Korut, KCNA. Kim mengatakan, ia tidak lagi melihat cita-cita reunifikasi kedua Korea akan terjadi. Bahkan, menurut dia, Korsel sudah sama saja dengan negara musuh.
Dalam pidato itu, Kim mengatakan Korut akan meluncurkan tiga unit satelit mata-mata, meningkatkan proyek-proyek nuklir, dan pembuatan rudal balistik hipersonik antarbenua. Ia bahkan menuturkan, jika memang dilanda krisis akibat provokasi asing, militer Korut jangan segan untuk menduduki Korsel dan meratakan Amerika Serikat dengan tanah.
”Ini persoalan serius karena pertama kalinya Kim tidak mau ada reunifikasi dan mengubah pandangannya terhadap Korsel,” kata Leif-Eric Easley, pakar hubungan internasional Universitas Ewha, Korsel.
Menurut dia, harus ada manuver diplomasi dari Korsel yang bisa meredakan ketegangan. Sejauh ini Korsel sangat dekat dengan AS. Bersama dengan Jepang, ketiga negara ini kerap mengadakan latihan militer bersama. Selain itu, Korsel dan Jepang juga diizinkan AS mengakses satelit mata-matanya guna mengintai Korut.
Tidak ada data langsung dari Korut mengenai jumlah persenjataan nuklir mereka. Data global selama ini disediakan oleh intelijen AS. Perkiraannya ada 20-100 bom nuklir buatan Korut. Menurut para pakar, Korut masih memiliki hambatan dalam pembuatan rudal balistik antarbenua dengan jarak tempuh yang jauh. Meskipun begitu, rudal-rudal yang ada kini bisa mencapai Jepang.
Sejumlah pakar Semenanjung Korea berpendapat, peningkatan persenjataan Korut dan segala uji coba ini bertujuan meningkatkan kemampuan serta bobot mereka untuk bernegosiasi dengan AS suatu saat nanti. Korut menganggap latihan militer Korsel dengan AS sebagai ancaman. Sepanjang tahun 2023, Korut telah melakukan 100 uji coba peluru kendali sebagai reaksi atas latihan militer tersebut. Seoul dan Washington menanggapi dengan melakukan latihan militer lagi.
Presiden Korsel Yoon Suk Yeol dalam pidato Tahun Baru 2024 mengatakan, Korsel harus bisa meningkatkan pertahanan guna menggentarkan musuh. ”Kita tidak bisa lagi menggantungkan perdamaian pada suasana hati ’tetangga di utara’. Kita harus bisa menjaga perdamaian sendiri,” ujarnya. (AP/AFP/Reuters)