Boeing Teledor, Penumpang Nyaris Tersedot Keluar Pesawat
Dari hasil penyelidikan sementara, ditemukan baut dan perangkat keras lain yang longgar.
”Yes, we are an emergency. We are depressurised, we do need to return back to… We have 177 passengers”. (Ya, kami mengalami situasi darurat. Tekanan hilang, kami sangat perlu kembali.... Kami membawa 177 penumpang).
Demikian potongan rekaman komunikasi antara menara pengawas lalu lintas udara dan pesawat Alaska Airlines 1282 yang dipublikasikan BBC, Selasa (9/1/2024). Tergambar situasi darurat yang dihadapi maskapai yang menggunakan pesawat Boeing 737 Max 9 itu.
Baru sekitar 10 menit setelah lepas landas dari bandara di Portland menuju Ontario, California, Amerika Serikat, Jumat (5/1/2024), tiba-tiba panel pintu darurat di sayap kiri pesawat lepas. Panel pintu berukuran 61 x 122 cm lepas ketika pesawat sedang melesat dengan kecepatan 644 kilometer per jam.
Baca juga : Boeing Tersandung Lagi gara-gara Kecelakaan Alaska Airlines
Segera setelah panel pintu itu lepas, masker oksigen keluar. Pramugari segera memindahkan beberapa penumpang yang duduk dekat panel pintu yang lepas itu. Mereka tampak susah payah berjalan karena melawan angin kencang. Lalai sedikit, mereka bisa tersedot keluar pesawat. Mereka fokus mengamankan lima anak yang terbang tanpa pendamping dan tiga bayi yang digendong orangtuanya.
”Ada suara ‘Buum!’ sangat kencang dari arah kiri belakang pesawat dan suara angin kencang. Lalu semua masker oksigen keluar. Ada remaja di barisan kursi dekat pintu itu yang bajunya sampai terlepas keluar pesawat. Ibunya memeganginya kencang supaya tidak terbawa,” kata Evan Smith, salah satu penumpang.
Bartlett, penumpang lainnya, menggambarkan penerbangan itu seperti ”perjalanan ke neraka”. Dia melihat ada ponsel dan penyuara jemala atau headphone yang tersedot keluar. Dia duduk di samping Jack, remaja yang bajunya sampai tersedot keluar. Beruntung, dia masih memakai sabuk pengaman sehingga tidak ikut terbawa.
Suara di dalam kabin sangat bising karena suara angin sampai-sampai pengumuman dari pilot tidak terdengar sama sekali. ”Pramugari-pramugarinya tampak tenang sehingga membuat kami sedikit tenang,” ujarnya.
Baca juga : Keselamatan Rakyat Indonesia di Atas Segalanya
Karena angin kencang pula, pintu kokpit yang terkunci dari dalam ikut terbuka dan mengakibatkan kertas berisi panduan pilot untuk situasi darurat tersedot keluar pesawat. Akibatnya, pilot harus memakai buku panduan manual lain.
Ketika pesawat mendarat kembali di Portland—sekitar 20 menit setelah lepas landas—para penumpang langsung bertepuk tangan. Petugas pemadam kebakaran segera masuk ke pesawat dan memeriksa kondisi semua penumpang. Untung saja, tidak ada yang terluka parah.
Beruntung pula, pesawat itu baru sampai di ketinggian sekitar 16.300 kaki (5.000 meter). Ketinggian jelajah Boeing 737 Max mencapai 38.000 kaki (11.600 meter). Pada tingkat ini, perbedaan tekanan di dalam pesawat dan atmosfer di luar jauh lebih besar. Jika pintu lepas, embusan udara yang tiba-tiba akan jauh lebih berpotensi mematikan, terutama jika penumpang tidak mengenakan sabuk pengaman.
Setelah insiden ini, Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) segera melarang terbang 171 pesawat 737 MAX 9 dengan konfigurasi yang sama dengan pesawat yang dipakai Alaska Airlines 1282. Larangan berlaku sampai semua pesawat selesai diperiksa. Akibatnya, sebanyak 109 penerbangan yang memakai Max 9 dibatalkan.
Kepala Eksekutif Boeing Dave Calhoun, Selasa, mengakui Boeing bersalah dan akan bertanggung jawab atas insiden tersebut. Ia berjanji akan bekerja sama dengan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) dan transparan dalam menyampaikan seluruh proses penyelidikan.
Insiden terbaru itu bakal membuat Boeing kian merana setelah selama dua tahun terakhir mengalami kerugian hingga 23 miliar dollar AS. Boeing dikabarkan sedang berjuang mengatasi kelemahan manufaktur yang terkadang menghambat pengiriman pesawat jenis 737 dan 787.
Baca juga : Keselamatan dan Kesehatan Penumpang, Tantangan Baru Bisnis Penerbangan
Mantan manajer senior di pabrik Boeing 737, Ed Pierson, mengatakan, masalah penutup pintu itu menjadi peringatan keras bagi Boeing dan FAA. Pierson, yang kini menjabat direktur eksekutif Yayasan Keselamatan Penerbangan, menilai, para pekerja di bagian perakitan Boeing didesak untuk membuat lebih banyak pesawat dalam waktu yang terlalu cepat. Akibatnya, kondisi pabrik kacau dan jalur produksi menjadi terpotong-potong serta kualitas pemeriksaan kendali mutu berkurang.
Dari penuturan para mantan karyawan Boeing dan pihak-pihak luar disebutkan, budaya keselamatan perusahaan Boeing menurun setelah merger pada 1997 yang kemudian membuat banyak pemimpin McDonnell Douglas memegang kendali perusahaan. Budaya Boeing dulu mengutamakan para insinyur yang memiliki keputusan akhir dalam segala hal. Kini, yang dikejar hanya keuntungan materi.
Baut longgar
Kepala NTSB Jennifer Homendy menjelaskan, mereka masih menyelidiki penyebab pintu darurat lepas. Pertanyaan kuncinya adalah apakah baut yang digunakan untuk mengencangkan pintu darurat itu sudah dipasang. Masalahnya, baut-baut itu belum ditemukan.
Seharusnya empat baut dan 12 titik penghubung antara steker dan kusen pintunya bisa mencegah lepasnya pintu. Pintu darurat yang lepas pada Alaska Airlines 1282 itu memang dirancang tidak bisa dibuka karena tidak selalu digunakan sebagai pintu darurat.
BBC menjelaskan, pesawat 737 Max 9 dipesan banyak maskapai penerbangan berbeda. Cara mereka menggunakan pesawat pun tidak selalu sama sehingga Boeing memberikan pilihan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda. Jumlah pintu darurat yang diperlukan juga tergantung jumlah kursi penumpang.
Dengan kabin yang tidak terlalu ramai, pesawat jenis ini bisa beroperasi dengan empat pintu utama dan empat pintu keluar kecil lainnya di atas sayap. Namun, jika dikonfigurasi dengan jumlah kursi maksimum, diperlukan dua pintu keluar lagi yang dipasang di tengah antara sayap dan ekor pesawat. Dalam praktiknya, Boeing membangun semua badan pesawat Max 9 dengan pintu tambahan ini.
Pesawat yang dipakai Alaska Airlines 1282 itu baru berumur dua bulan. Artinya, faktor penyebabnya bukan karena baut atau panel yang aus.
Beberapa maskapai penerbangan, termasuk Lion Air dan Corendon Dutch Airlines, menjejali pesawat dengan lebih dari 200 kursi di pesawat Max 9 yang mereka gunakan sehingga harus memiliki pintu keluar darurat tambahan. Namun, Alaska Airlines dan United Airlines mengonfigurasi 737 Max 9 mereka agar memiliki kurang dari 180 kursi.
Dengan demikian, pesawat tidak memerlukan dua pintu keluar di tengah kabin untuk mematuhi aturan evakuasi AS. Pada Alaska dan United, pintu keluar samping di dekat bagian belakang pesawat diganti dengan sumbat permanen seukuran pintu keluar.
Dari hasil penyelidikan sementara, ditemukan baut dan perangkat keras lain yang longgar di pintu lain pada pesawat Alaska Airlines dan United Airlines. Dua maskapai penerbangan AS itu menerbangkan Boeing737 Max 9. Ini menunjukkan ada masalah pada kualitas pintu darurat dan tidak hanya terdapat pada Alaska Airlines 1282. Yang bertanggung jawab memasangnya adalah perusahaan subkontraktor Spirit AeroSystems.
Mantan Kepala Investigasi Kecelakaan FAA Steven Wallace menilai, kemungkinan proses penyelidikannya akan fokus pada manufaktur, perakitan, dan kontrol kualitas. Spirit AeroSystems dilaporkan sering menghadapi masalah manufaktur.
Ini terungkap dalam penyelidikan DPR AS terhadap dua kecelakaan fatal yang melibatkan pesawat Boeing 737 Max 8. Mantan anggota Kongres AS, Peter DeFazio, yang memimpin komite investigasi mengatakan, fokus penyelidikan harus diarahkan ke Spirit. ”Kenapa Boeing suka pakai produk jelek dari Spirit? Sebab, harganya murah,” ujarnya.
Baca juga : Pemerintah Larang Terbang Sementara Boeing 737 Max 9 Milik Lion Air
Spirit AeroSystems, Senin, menyatakan, kualitas dan integritas produk menjadi prioritas. ”Spirit adalah mitra yang berkomitmen dengan Boeing dalam program 737, dan kami terus bekerja sama dengan mereka dalam masalah ini,” sebut perusahaan itu dalam pernyataan tertulis.
Konsultan penerbangan dan mantan penyelidik kecelakaan pesawat, Tim Atkinson, kepada BBC, mengatakan, insiden itu berpotensi mematikan jika para penumpang tidak memakai sabuk pengaman. Jika dilihat dari kondisi kerusakannya, yang terparah terlihat pada 12 kursi di dekat panel pintu yang lepas. Semua orang yang duduk di kursi dekat pintu itu bisa tersedot keluar.
Belum lagi suhu di dalam pesawat yang turun drastis. Udara pada ketinggian 11.600 meter biasanya sangat dingin, sekitar -57 derajat celsius. Beruntung pula masker keluar dengan cepat karena tanpa masker oksigen itu, semua orang di dalam pesawat itu akan kehilangan kesadaran.
Insiden serupa pernah terjadi tahun 2018 pada model lama Boeing 737 yang dioperasikan maskapai Southwest Airlines yang awalnya mengalami kerusakan mesin. Ada bagian dari mesin yang kemudian memecahkan salah satu jendela kabin saat pesawat terbang pada ketinggian 32.000 kaki (sekitar 10.000 meter). Pesawat tiba-tiba mengalami dekompresi dan satu penumpang tersedot keluar jendela dan meninggal.
”Pesawat yang dipakai Alaska Airlines 1282 itu baru berumur dua bulan. Artinya, faktor penyebabnya bukan karena baut atau panel yang aus. Bisa jadi karena desain, cacat produksi, atau kombinasi keduanya,” kata Atkinson.
Baca juga : Gara-gara Baut Ekor Pesawat, Ratusan Pesawat AU AS Dilarang Mengudara
Pesawat Boeing 737 Max 9 merupakan generasi terbaru dari Boeing yang dirancang untuk lebih hemat bahan bakar dibandingkan model-model sebelumnya. Ini yang membuat pesawat tersebut laris manis dipakai maskapai-maskapai penerbangan.
Meski demikian, BBC menyebutkan, rapor keamanannya parah. Karena banyak kecelakaan, armada 737 Max dunia dilarang terbang selama 18 bulan sampai semua masalah diperbaiki dan diperiksa keamanannya. FAA bahkan menggambarkan desain pesawat generasi terbaru itu sebagai pesawat angkut yang paling banyak diteliti dalam sejarah. (REUTERS/AFP/AP)