Pintu Terbuka untuk Trump
Isu kampanye Trump selaras dengan aspirasi pemilih. Karena itu, dukungan kepada Trump tetap kokoh.
DES MOINES, RABU — Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menang besar di Iowa. Kemenangan di pemilu internal Partai Republik itu membuka jalannya kembali ke Gedung Putih.
Selepas penghitungan pada Selasa (16/1/2024) dini hari waktu setempat, Trump dipastikan meraih 51 persen suara di Kaukus Iowa. Dengan demikian, dari 40 suara di kaukus itu, 20 dimiliki Trump.
Meski ada banyak gugatan, banyak usaha untuk menghancurkan Trump, warga Iowa telah bersikap dan berkata, dia calon kami.
Memang, suara itu jauh dari cukup untuk terpilih menjadi calon presiden AS dari Partai Republik. Butuh sedikitnya 1.216 suara dari delegasi di Konvensi Nasional Partai Republik 2024 untuk mendapat tiket dari partai itu.
Baca juga: Trump yang Kontroversial, Trump yang Mungkin Akan Kembali
Selain Trump, Kaukus Iowa diukuti Ron DeSantis, Nikki Haley, dan Vivek Ramaswamy. Haley, mantan Wakil Tetap AS di PBB, menyebut bahwa pertarungan belum selesai. Ia yakin mayoritas warga AS tidak mau pemilu yang pesertanya lagi-lagi Trump dan Joe Biden.
”Keduanya tidak memiliki visi untuk masa depan negara kita karena mereka termakan usia dan balas dendam. Amerika layak mendapatkan yang lebih baik,” kata Haley.
Puji pesaing
Di sisi lain, Trump memuji tiga pesaingnya di Kaukus Iowa. Mereka disebutnya telah bekerja keras. ”Waktunya bersatu dan bahu-membahu,” ujarnya.
Sebaliknya, ia serta-merta mengecam politisi Demokrat. Ia juga segera mengulangi tudingan potensi kecurangan pemilu. ”Kita akan membenahi proses pendataan pemilih,” ujarnya.
Kemenangan Trump sudah diprediksi sejak awal. Dari 10 responden di Iowa, tujuh mendukung Trump.
Keduanya tidak memiliki visi untuk masa depan negara kita karena mereka termakan usia dan balas dendam. Amerika layak mendapatkan yang lebih baik.
Isu yang ditawarkan Trump selaras dengan aspirasi warga Iowa. Ia terus membahas soal imigrasi dan ekonomi. Para pemilik suara di Kaukus Iowa mendukung kebijakan keras yang direncanakan Trump terhadap imigran. Setidaknya 60 persen pemilik suara menilai imigran mengganggu perekonomian.
Dukungan kepada Trump tidak luntur meski banyak yang tahu klaimnya soal kecurangan Pemilu 2020 tidak terbukti. Pemilih Iowa yakin Trump layak jadi presiden lagi. Kelayakan tetap ada meski kelak Trump terbukti bersalah di pengadilan.
”Meski ada banyak gugatan, banyak usaha untuk menghancurkan Trump, warga Iowa telah bersikap dan berkata, dia calon kami,” kata mantan Ketua DPR AS yang juga politisi senior Republikan, Newt Gingrich.
Peluang penantang
Pengamat politik AS, Charlie Mahtesian, menyebut, Haley dan DeSantis masih bisa menjaga peluang. Pengalaman Marco Rubio di pemilu lalu bisa menjadi acuan.
Baca juga: Anomali di Sekeliling Trump
Di Kaukus Iowa, dulu Rubio hanya mendapat lima suara. Meski demikian, Rubio bisa meraih suara lebih tinggi di kaukus yang digelar di daerah lain yang warganya berpendidikan lebih tinggi.
Mahtesian menilai Haley mirip dengan Rubio. Mereka sama-sama keturunan imigran dan usianya hampir sama. Rubio juga mengagumi Haley. Rubio menilai Haley bisa membawa jiwa dan semangat baru pada partai.
Jajak pendapat CNN di Iowa menunjukkan, 23 persen pemilih generasi z di Iowa mendukung Haley. Sementara Trump hanya disokong 21 persen pemilih di kelompok umur itu.
Mahtesian menilai, Haley berpeluang di pemilihan internal New Hampshire pekan depan. Di sana, pemilih independen bisa memberi suara. Di kalangan pemilih mengambang, dukungan untuk Haley cenderung lebih tinggi.
Kandidat mundur
Selain itu, Haley berpeluang mendapat suara dari mantan pendukung Chris Christie. Sebelum rangkaian pemilu internal Republikan resmi dimulai di Iowa, Christie mengumumkan mundur. Hingga 60 persen pendukung Christie menyatakan mendukung Haley. ”Kemenangan Haley di New Hampshire bukanlah hal yang mustahil,” ujar Mahtesian.
Baca juga: Habis-habisan Menjegal Trump
DeSantis, setelah hasil Iowa, disebut bisa menyusul Christie. Salah satu penyumbang dana kampanye DeSantis, Kirk Jowers, menyebut bahwa permainan sudah berakhir. ”Hasil di Iowa mengonfirmasi konsensus yang meyakinkan bahwa Trump akan menjadi calon presiden dan tidak ada yang bisa berbuat apa pun tanpa campur tangan Tuhan atau pengadilan,” kata Jowers.
Anggota Badan Pemenangan Pemilu Partai Republik Jim Merril menyebut, New Hampshire bukan lagi tempat DeSantis terus bertarung. Apalagi, DeSantis sudah habis-habis di Iowa. Dengan 22 suara, New Hampshire memang lebih kecil dibandingkan Iowa.
Dukungan merosot
Sementara itu, dukungan kepada Biden terus merosot. Jajak pendapat ABC/Ipsos menujukkan, hanya 33 persen pemilih menyokong politisi Demokrat yang juga Presiden AS itu.
Kemerosotan dukungan untuk Biden terjadi pada berbagai kelompok pemilih. Di kelompok perempuan, hanya 31 persen responden mendukungnya. Menjelang Pemilu 2020, 57 persen responden perempuan mendukung Biden.
Jajak pendapat juga menunjukkan, hanya 42 persen responden puas dengan kinerja Biden secara umum. Ketidakpuasan juga tercatat atas kinerja Biden soal diplomasi. Soal penanganan Perang Gaza, hanya 26 persen responden mendukung. Memang, jika fokus pada kinerja ekonomi saja, ada peningkatan kepuasan menjadi 49 persen.
Rangkaian jajak pendapat yang buruk itu membuat pencalonan Biden belum jelas. Biden pernah bercanda bahwa pencalonannya di Pemilu 2024 bergantung pada Trump. Jika Trump maju, Biden akan maju juga.
Ada pun tim kampanye Biden optimistis, antara lain, karena dukungan pendanaan terus bertambah. Ada tambahan 117 juta dollar AS untuk biaya kampanye Biden.
”Angka ini membuktikan bahwa rakyat Amerika tahu taruhannya (bila Trump terpilih kembali) dan bertindak lebih awal untuk mengalahkan agenda ekstrem Partai Republik,” kata Julie Chavez Rodriguez, manajer kampanye Biden. (AP/AFP/REUTERS)