China Makin Waspada terhadap Mata-mata
China khawatir warganya jadi incaran agen mata-mata asing. Terbukti ada warganya diperas untuk barter informasi rahasia.
Li Si, laki-laki warga China, diajak pergi ke sebuah kelab malam yang juga tempat hiburan dewasa oleh seorang pemandu wisata lokal ketika sedang melawat ke luar negeri untuk kepentingan bisnis. Di tempat itu dia disuruh memilih beberapa orang yang bisa menemaninya dan bermalam. Tidak disebutkan secara spesifik kapan dan di mana lokasi kejadiannya.
Li, yang diduga bekerja di sebuah perusahaan milik negara, tidak sadar bahwa aktivitasnya sedang diawasi. Dia baru sadar ketika ada beberapa orang asing berbadan kekar dan berseragam yang menerobos masuk ke ruangan yang dia gunakan. Mereka lalu memotretnya dalam keadaan telanjang.
Baca juga: China Bongkar Spionase Intelijen M16 Inggris Berkedok Lembaga Konsultan
Rupanya, Li dijebak, diduga oleh agen mata-mata asing karena foto-foto itu lalu dipakai untuk memeras dan memaksanya bergabung dengan organisasi intelijen mereka. Li menyerahkan laptop kerjanya karena takut. Padahal, di dalam komputer itu tersimpan informasi rahasia selama 10 tahun.
Mimpi buruk Li ternyata tidak berakhir di situ. Setelah kembali ke China, dia masih saja dikejar dan dipaksa untuk memberikan informasi rahasia kepada para pemeras.
”Pada akhirnya, Li menjadi boneka intelijen asing dan menyebabkan kerugian besar terhadap keamanan nasional China. Li sudah ditangkap dan akan disidang,” sebut Kementerian Keamanan Negara China dalam unggahannya di akun WeChat.
Kementerian Keamanan Negara China mengungkapkan kasus itu dan harian Global Times memublikasikannya pada Selasa (23/1/2024). Seluruh rakyat China, terutama yang sedang bepergian ke luar negeri, diminta senantiasa waspada dan berhati-hati agar tidak terjebak oleh mata-mata asing yang berusaha memikat mereka dengan cara apa pun. Peringatan itu disebarkan melalui aplikasi pesan WeChat kementerian terkait yang isinya dimulai dengan kalimat: ”Berburu kecantikan? Anda mungkin menjadi mangsanya”.
Situs berita BBC, Jumat (26/1/2024), menyebutkan, peringatan seperti itu sebenarnya mencerminkan rasa tidak aman di kalangan pejabat tinggi dan pimpinan China. Kementerian Keamanan Negara yang berfungsi sebagai badan intelijen dan polisi rahasia semakin meningkatkan kewaspadaan rakyat mengenai ancaman dan bahaya mata-mata asing.
Sejak dulu, ’perangkap madu’ seperti di kelab malam itu sudah terjadi. Bagian dari pekerjaan spionase selalu mengincar kelemahan manusia, seperti keserakahan, nafsu, kesombongan, kemarahan, kekecewaan, atau semacamnya.
Kementerian tersebut juga sudah memublikasikan kasus-kasus orang yang ditangkap karena terlibat spionase di China. Seperti pada awal bulan ini, ketika kementerian menyatakan China menahan seseorang yang diduga menjadi mata-mata untuk dinas intelijen luar negeri Inggris, M16.
”Sejak dulu, ’perangkap madu’ seperti di kelab malam itu sudah terjadi. Bagian dari pekerjaan spionase selalu mengincar kelemahan manusia, seperti keserakahan, nafsu, kesombongan, kemarahan, kekecewaan, atau semacamnya,” kata Chong Ja Ian, peneliti nonresiden di Carnegie China, Pusat Penelitian Carnegie, yang berbasis di Asia Timur mengenai China kontemporer, kepada BBC.
Baca juga: China dan AS Saling Menangkap Mata-mata
Dalam pandangan Chong, kampanye media oleh kementerian China dan sorotan baru-baru ini mengenai risiko perangkap madu lebih mencerminkan rasa tidak aman dan terancam, terutama dari dunia luar, dari pucuk pimpinan China atau Partai Komunis China. Kementerian sering mengunggah informasi di WeChat sejak diluncurkan pada Agustus 2023.
Selama sebulan terakhir, pemerintah juga gencar memperingatkan warga agar tidak memotret peralatan militer milik Tentara Pembebasan Rakyat (PLA). Mereka memperingatkan ada organisasi yang merekrut penggemar dunia penerbangan sebagai sukarelawan, tetapi sebenarnya mereka agen mata-mata asing yang membocorkan data penerbangan China ke negara lain.
Partisipatif
Harian Nikkei Asia, 20 Januari, menyebutkan, China kini melibatkan masyarakat dalam upaya nasional membasmi mata-mata di bawah undang-undang antispionase yang baru. Warga diminta melaporkan perilaku mencurigakan di laman atau nomor hotline.
Kementerian Keamanan Dalam Negeri sering pula membicarakan kasus-kasus yang sedang diselidiki pihak berwenang di WeChat. Definisi spionase pun sekarang menjadi lebih luas, tidak hanya mencakup informasi militer dan teknologi canggih, tetapi juga informasi geografis, transaksi keuangan, bahkan pidato kritis.
Kementerian tersebut pada Desember 2023 mengatakan, perangkat lunak informasi geografis asing yang digunakan banyak perusahaan di industri-industri utama ditemukan telah membocorkan data penting di luar negeri. Badan-badan intelijen asing memasang ”pintu belakang” dalam perangkat lunak itu sehingga memungkinkan mereka mengumpulkan data peta dengan akurasi sampai tingkat sentimeter.
Baca juga: Gosip Spionase di Seputar Perusahaan Teknologi China
Pada November 2023, unggahan berfokus pada keuangan dan mengklaim orang-orang yang mencari ”keuntungan dari kekacauan” mencoba ”menggoyahkan kepercayaan investasi dan menyebabkan ketidakstabilan keuangan di negara ini”. Ada indikasi kementerian tampaknya mau memicu kegelisahan finansial lalu melakukan short-selling saham untuk mendapatkan keuntungan dari hal itu. ”Keuangan adalah bagian penting dari keamanan nasional,” sebut kementerian itu.
Kritik terhadap China pun dianggap bentuk spionase. Kritik tentang kondisi perekonomian China atau kemerosotan China, misalnya, dianggap teori palsu. Di bidang teknologi, kementerian juga mengumumkan akan mencegah agen mata-mata asing mencuri informasi tentang galium dan germanium—bahan yang digunakan dalam pembuatan semikonduktor—serta litium yang merupakan bahan utama baterai.
Pada Oktober 2023, kementerian mengumumkan kasus lain lagi. Disebutkan, ada 10 perusahaan yang dicurigai secara ilegal memasok informasi cuaca China ke luar negeri. Kementerian memeriksa lebih dari 3.000 stasiun cuaca. Data cuaca disebutkan memiliki kaitan langsung dengan keamanan militer dan pangan.
Baca juga: Balon, Perangkat Mata-mata dan Serangan Udara sejak Dulu Kala
Undang-undang spionase yang baru mewajibkan warga negara untuk melaporkan aktivitas mencurigakan serta menetapkan imbalan uang dan hadiah lainnya bagi yang berkontribusi dalam upaya perburuan mata-mata. Pada Januari 2024, kementerian mengaku sudah membayar sekitar 100.000 yuan (Rp 223 juta) masing-masing kepada dua orang yang berjasa membantu pemerintah dalam kasus-kasus yang sangat serius. Ada juga 29 orang yang menerima hadiah sebesar 30.000-100.000 yuan, sementara 54 orang menerima 10.000-30.000 yuan.
Pemerintah daerah ikut memberlakukan peraturan antimata-mata tingkat kota. Yang pertama menerapkannya adalah kota Chongqing pada September 2023. Kebijakan Chongqing memperketat pengawasan terhadap pertukaran lintas batas antarmanusia. Karyawan perusahaan multinasional Jepang yang menjalankan bisnis di China khawatir dengan perkembangan ini karena sewaktu-waktu bisa terjadi salah paham. Orang asing di China akan selalu dianggap sebagai ancaman atau agen mata-mata asing.
”Kalau situasinya seperti ini, lama-lama tidak akan ada orang yang mau bekerja di China karena takut dicurigai sebagai mata-mata. Lebih baik saya pulang ke Jepang saja,” kata seorang warga Jepang yang bekerja di China.