Menyamar sebagai Warga Sipil, Unit Komando Israel Serbu RS di Tepi Barat
Kementerian Kesehatan Palestina mengecam serangan tersebut dan mendesak Sidang Umum PBB melindungi rumah sakit.
Oleh
IWAN SANTOSA
·4 menit baca
JERUSALEM, SELASA — Tentara Israel menggelar operasi tertutup di Tepi Barat. Dengan menyamar sebagai warga sipil, perempuan, dan perawat, mereka menyerbu Rumah Sakit Ibnu Sina di kota Jenin, Tepi Barat, Selasa (30/1/2024), dan menewaskan tiga pria Palestina yang diklaim sebagai anggota kelompok bersenjata.
Dalam rekaman CCTV rumah sakit yang beredar, terlihat selusin prajurit yang menyamar sebagai perawat dan perempuan berhijab bergerak cepat. Mereka maju sambil mengarahkan senapan serbu yang siap untuk ditembakkan. Terlihat ada yang membawa kursi roda lipat dan kursi duduk bayi.
Pihak Rumah Sakit Ibnu Sina mengatakan, tiga pria yang dibunuh tentara Israel sedang tidur saat mereka dieksekusi. Salah satu pria diklaim Israel sebagai anggota Hamas dan dua lainnya anggota Jihad Islam. Israel mengklaim mereka bertiga menjadi anggota Brigade Pejuang Jenin, kelompok perlawanan bersenjata Palestina di daerah pendudukan Israel di Tepi Barat.
Kantor berita Palestina, Wafa, melaporkan, para prajurit Israel menggunakan berbagai samaran menyerbu ke lantai tiga rumah sakit dan membunuh tiga pemuda Palestina. Serangan itu membuat tensi di Gaza meninggi. Saat ini, Israel masih membombardir dan menyerbu sejumlah lokasi di Gaza. Perang yang telah menewaskan lebih dari 26.000 orang di Gaza itu kini bergulir ke Tepi Barat.
Sudah 318 warga Palestina di Tepi Barat tewas di tangan tentara Israel. Seperti di Gaza, warga Palestina di Tepi Barat hidup dalam pembatasan, ketakutan, dan tindak kekerasan dari pemukim ilegal Yahudi. Serbuan militer Israel ke RS Ibnu Sina adalah tindakan paling brutal dalam beberapa bulan terakhir. Para pakar Timur Tengah mengatakan, tindakan tersebut melanggar hukum perang internasional.
Klaim Israel
Tentara Israel mengklaim memburu pejuang Hamas, Mohammad Jalamneh, yang disebut menyerukan perang. Ia disebut bersembunyi di RS Ibnu Sina. Jalamneh disebut sedang merencanakan serangan teror yang terinspirasi serangan 7 Oktober 2023.
Tentara Israel menambahkan, kakak-beradik yang disebut terhubung dengan kelompok Jihad Islam, Mohammad Al Ghazawi dan Basel Al Ghazawi, juga terbunuh. Mereka dituduh menggunakan rumah sakit itu sebagai basis untuk merencanakan serangan teror. Mereka menjadikan warga sebagai perisai hidup. Pihak Hamas dengan tegas menolak tuduhan tersebut.
Menteri Keamanan Nasional Israel Ben Gvir dengan bangga membagikan video rekaman serangan tersebut. ”Selamat atas pembuktian kekuatan komando laut kepolisian Israel atas serangan kemarin malam bersama Tzahal (tentara Israel) dan Shin Bet di kamp pengungsi Jenin, yang berhasil menumpas tiga teroris,” kata Ben Gvir dalam unggahan akun X miliknya.
Sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam, mengklaim Jalamneh sebagai anggotanya dan mengedarkan foto Jalamneh. ”Dia menjadi martir atas serangan komando tentara penjajah yang menyerbu RS Ibnu Sina di Jenin. Jalamneh gugur bersama dua temannya, Muhammad dan Basel Ayman Al Ghazawi. Mereka adalah pejuang martir,” demikian keterangan kelompok Hamas.
Pihak Rumah Sakit Ibnu Sina mengatakan, Basil Al Ghazawi sedang dirawat karena terluka akibat pecahan roket di pemakaman Jenin, Oktober 2023. Kementerian Kesehatan Palestina mengecam serangan tersebut dan mendesak Sidang Umum PBB mendorong perlindungan bagi pusat kesehatan dan pekerja medis.
”Kejahatan ini terus terjadi setelah begitu banyak kejahatan dilakukan tentara penjajah terhadap rumah sakit dan pekerja medis. Hukum internasional melindungi obyek sipil, termasuk rumah sakit,” kata Kementerian Kesehatan Palestina dalam keterangan resmi.
Sejak pecah perang di Jalur Gaza, Israel mendapat kritik keras karena menyerang wilayah di sekitar dan di dalam rumah sakit. Meski demikian, ada pakar yang berpendapat bahwa serangan tersebut tidak ditujukan pada rumah sakitnya sehingga dapat dikecualikan.
Mengomentari serangan komando tersebut, Kepala Staf Tentara Israel Herzi Halevi mengatakan, tiga orang yang menjadi target operasi adalah jaringan teroris yang merencanakan serangan terhadap warga sipil Palestina. ”Tentara Israel tidak akan membiarkan rumah sakit dijadikan tameng oleh teroris,” katanya. ”Kami tidak mau mengubah rumah sakit menjadi medan pertempuran. Tapi, kami berkepentingan mencegah rumah sakit di Gaza, Yudea, Samaria, Lebanon, di permukaan atau di terowongan di bawah rumah sakit, menjadi kedok aktivitas teroris,” kata Halevi menambahkan.
Melanggar aturan internasional
Pakar hukum internasional memberi peringatan, tindakan tentara Israel menyamar dengan busana warga sipil lalu menyerbu masuk rumah sakit sudah menyalahi aturan internasional. Dengan menyamar sebagai warga sipil dan pekerja medis, tentara Israel melakukan pengelabuan (desepsi).
Profesor Aurel Sari, pakar hukum di Universitas Exeter, Inggris, mengatakan, para prajurit Israel menggunakan busana sipil dan pekerja medis yang dalam kondisi konflik dilindungi hukum internasional. Pembunuhan tiga warga Palestina oleh prajurit yang berbusana warga sipil dan pekerja medis merupakan pelanggaran aturan internasional.
Hukum internasional melarang pembunuhan pasien dan kombatan yang terluka atau sakit. Mereka seperti pekerja medis dan warga sipil lainnya. ”Mereka tidak melakukan tindakan kekerasan sehingga pembunuhan mereka adalah pelanggaran hukum perang,” kata Aurel Sari.
Pada 29 Oktober 2023, tentara Israel juga menyerbu sekitar RS Ibnu Sina dengan dukungan 100 kendaraan militer. Serangan itu mengakibatkan empat warga Palestina tewas. Serbuan tersebut menggunakan drone yang menembak ke segala arah dan juga peluru kendali ke kamp pengungsi di kota Jenin. (AP)