Misteri Hilangnya Seorang Bocah Perempuan dan Tim Penyelamatnya di Gaza
Sepekan berlalu, nasib Hind Rajab (6) di kota Gaza belum juga diketahui. Dua anggota tim penyelamatnya pun hilang.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·5 menit baca
Sepekan berlalu, nasib bocah perempuan Gaza, Hind Rajab (6), belum juga diketahui. Pekan lalu, Senin (29/1/2024), ia terjebak berada dalam mobil bersama enam jenazah kerabatnya di Gaza saat akan menjauhi lokasi pertempuran. Mereka ternyata malah terperangkap baku tembak di jalur pertempuran, dikelilingi sejumlah tank-tank Israel.
Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina mengirim dua personelnya untuk mengevakuasi mereka. Ambulans yang mereka kendarai sudah berhasil mencapai lokasi kendaraan Rajab dan kerabatnya. Namun, hingga kini mereka—bersama Rajab—tak diketahui keberadaannya.
Yang tertinggal adalah rekaman memilukan saat ia dan rombongannya meminta bantuan. Suara Layan Hamadeh (15), saudara sepupu Rajab, meminta tolong di sambungan telepon diterima staf Bulan Sabit Merah Palestina. Rekaman itu diunggah di media sosial X oleh akun Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) di @PRCS pada 30 Januari 2024.
”Dia mengaku ketakutan, panik, dan terluka di bagian punggung, tangan, dan kaki,” ujar Baha Hamada, kakek Rajab, salah satu dari beberapa orang yang terakhir berhasil mengontak Rajab melalui telepon, seperti dikutip kantor berita AFP, Selasa (6/2/2024). ”Dia (Rajab) terus meminta saya agar datang dan menjemputnya.”
Dalam rekaman suara melalui telepon, yang diunggah PRCS, sebelum sambungan telepon terputus, Rajab menjerit ketakutan. Ia meminta tolong karena mobil yang mereka tumpangi ditembaki. Suara tembakan itu terdengar jelas di sambungan telepon. ”Mereka menembak kami, mereka menembaki kami,” jerit Hamadeh dengan suara bergetar.
Seiring dengan rentetan tembakan mendekat, Rajab menjerit semakin keras. Lalu, hening. Sang penyelamat dari Bulan Sabit Merah Palestina mencoba memanggilnya, tapi tidak ada jawaban. Hamadeh kemudian ditemukan tewas di mobil itu.
Setelah sambungan itu, gantian suara Rajab, sang bocah perempuan, terdengar di telepon. Ia ketakutan dan memohon dijemput. Ia satu-satunya orang yang selamat di mobil bersama enam jenazah keluarganya yang tewas dalam serangan itu. ”Tolong jemput aku,” ujarnya di rekaman yang diunggah PRCS.
Koordinator Respons Bulan Sabit Merah Palestina Rana al-Faqeh berbicara dengan Hind selama lebih dari tiga jam pada Senin sore itu. Seperti dilaporkan The New York Times, ia mencoba menenangkan anak yang ketakutan tersebut. Saat matahari terbenam, Rajab memberi tahu Faqeh bahwa dia takut gelap. Faqeh mengatakan, pihaknya mencoba mengirim orang untuk menyelamatkannya.
Tolong jemput aku. (Hind Rajab, 29 Januari 2024)
Setelah Faqeh berbicara dengan Rajab, Bulan Sabit Merah Palestina mengirim dua orang dengan ambulans ke mobil yang terjebak di dekat pompa bensin di kota Gaza tersebut. Tim penyelamat mengonfirmasi bahwa mereka tiba sekitar pukul 6 sore pada Senin itu. Lalu, kontak mereka juga hilang.
Itulah terakhir kali Rajab terdengar kabarnya. Bocah perempuan itu dikelilingi oleh kerabatnya yang meninggal dan terjebak di dalam mobil keluarga tersebut.
Mobil berisi anak-anak
Hari itu, Rajab bersama saudara laki-laki Hamada, Bashar; saudara ipar perempuannya; dan anak-anak lainnya di dalam mobil ketika mereka berusaha melarikan diri dari pasukan Israel yang mendekat di wilayah Tel al-Hawa, kota Gaza. Namun, kata Hamada, mereka terperangkap di jalur tank-tank Israel dan ditembaki.
Awalnya Hamada bisa menghubungi putri Bashar, Layan Hamadeh, sepupu Hind. Dalam percakapan via telepon dengan Hamada, Hamadeh mengabarkan bahwa orangtuanya dan tiga saudara laki-lakinya terbunuh. Hamadeh mengatakan, tinggal dia dan Rajab yang masih hidup. ”Kami mencoba menenangkannya dan mengatakan kepadanya bahwa kami akan memanggil ambulans,” kata Hamada.
Selain kakak dan adik ipar Hamada, mobil keluarga itu juga berisi lima anak berusia empat hingga 15 tahun. ”Hind (Rajab) adalah cucu pertamaku, dia adalah bagian dari hatiku,” kata Hamada.
Saat ambulans sedang menuju ke sana, ibu Rajab yang berada di wilayah lain di Gaza juga berbicara dengan putrinya melalui telepon. Rajab memberi tahu ibunya bahwa dia melihat ambulans. Ibu Rajab mendengar suara pintu mobil terbuka, kemudian tiba-tiba koneksi terputus. Setelah itu, tak ada kabar lagi.
Tak hanya Rajab, kru ambulans Bulan Sabit Merah Palestina yang dikerahkan untuk menyelamatkannya sejak saat itu juga tak terdengar kabarnya. Keduanya adalah Yousef Zeino dan Ahmed al-Madhoon.
Kepastian nasib
Bulan Sabit Merah Palestina menyerukan komunitas internasional untuk segera ikut turun tangan menekan otoritas Israel agar mengungkapkan nasib Hind Rajab dan tim penyelamatnya. Tagar #SaveHind pun menjadi tanda di internet, mendesak perlunya bantuan untuk menyelamatkan mereka. Atau setidaknya untuk mengetahui nasib mereka.
Saat dihubungi AFP, militer Israel tak memberikan komentar atas insiden tersebut. Sementara itu, seperti dikutip The New York Times, militer Israel mengatakan, mereka tak mengetahui insiden tersebut.
Dia mengatakan kepada saya bahwa tank-tank itu semakin mendekat. (Hamada)
Dalam serangkaian foto yang ditunjukkannya kepada AFP, Rajab berpose di depan kamera sambil tersenyum dengan pakaian pesta berwarna cerah. Tak kuasa menahan air matanya, Hamada mengenang saat-saat terakhirnya berbicara kepada cucunya.
”Dia mengatakan kepada saya bahwa dia takut dan lapar, meminta kami pergi dan menyelamatkannya. Dia mengatakan kepada saya bahwa tank-tank itu semakin mendekat,” tutur Hamada dengan berlinangan air mata.
Hamada saat ini sedang mengungsi di Rafah, Gaza selatan. Ia hanya ingin mengetahui nasib Rajab. Sebagai kakek, ia tak bisa membayangkan bocah perempuan yang mempunyai senyum manis dan pipi menggemaskan itu terjebak di antara jenazah tanpa makan atau minum, dan berselimut cuaca yang sangat dingin.
Mayoritas korban tewas di Gaza sejak awal Oktober 2023 adalah warga sipil, terutama anak-anak dan perempuan. Saat berita ini disusun, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, korban tewas di Gaza sudah hampir 28.000 orang. Perang tersebut dipicu oleh serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil Israel.
Kota Gaza telah hancur akibat pertempuran antara Israel dan kelompok Hamas sejak perang pecah hampir empat bulan lalu. Sebagian besar kota Gaza telah terputus dari wilayah selatan yang terkepung selama beberapa pekan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah berulang kali melayangkan protes karena tak bisa menyalurkan bantuan kepada ratusan ribu orang yang diperkirakan masih berada di wilayah utara Jalur Gaza. Namun, Israel tak menggubris dan terus menggeber serangan ke Gaza. (AFP/REUTERS)