Israel mengabaikan seruan internasional untuk tidak menyerang Rafah. Serangan itu akan menimbulkan bencana besar.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN, FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
GAZA, SENIN — Militer Israel melancarkan serangkaian serangan ke Rafah di Jalur Gaza yang berbatasan dengan Mesir, Senin (12/2/2024). Serangan itu dinilai akan memperburuk situasi keamanan di Timur Tengah, termasuk upaya gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Hingga pukul 09.00 WIB, menurut pernyataan Hamas kepada kantor berita AFP, serangan itu menewaskan setidaknya 50 orang. Reuters mencatat laporan 37 orang tewas. Sementara rumah sakit Eropa di Rafah menyatakan telah menerima delapan jenazah.
Rafah selama ini menjadi tempat aman bagi warga Gaza yang telah mengungsi dari wilayah di utara dan tengah akibat gempuran pasukan Israel. Kepanikan segera menyelimuti para pengungsi karena serangan-serangan bom Israel terjadi kala banyak dari mereka tengah tidur.
Militer Israel mengklaim telah berhasil membebaskan dua sandera yang ditawan di Rafah berkat serangan terbaru ini. Keduanya diculik saat terjadi serangan Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023 bersama lebih dari 200 orang lainnya.
Israel mengabaikan seruan komunitas internasional untuk tidak menyerang Rafah. Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar Israel tidak melancarkan operasi militer di Rafah tanpa rencana yang menjamin keselamatan 1 juta orang yang mengungsi di sana.
Lembaga-lembaga kemanusiaan telah memperingatkan, serangan ke Rafah akan menimbulkan bencana besar. Serangan darat di Rafah bisa memutus satu-satunya akses untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi warga.
Tidak ada lagi tempat untuk mengungsi.
Setidaknya 1,4 juta orang berdesakan di Rafah, sebagian besar hidup di tenda-tenda. Warga Gaza tidak lagi memiliki tempat untuk berlindung jika Rafah diserang.
”Setiap hari kami dalam pelarian. Berat sekali tak punya tempat tinggal karena kami punya dua anak disabilitas. Saya tidak bisa membawa mereka ke sana kemari, saya tidak punya kendaraan. Kalau dipaksa mengungsi lagi, saya akan tinggal diam,” ujar Laila Abu Mustafa, warga Gaza, yang mengungsi di dekat pagar perbatasan dengan Mesir di Rafah.
Farah Muhammad menuturkan tak berdaya lagi. ”Tidak ada lagi tempat untuk mengungsi,” katanya.
Konsekuensi
Pada Minggu (11/2/2024), Hamas memperingatkan Israel bahwa serangan ke Rafah akan membahayakan upaya pembebasan sandera. ”Serangan apa pun oleh pasukan pendudukan terhadap kota Rafah akan menghancurkan negosiasi pertukaran (sandera),” kata pemimpin Hamas kepada AFP, tanpa memberikan namanya.
Mesir juga telah mengeluarkan ancaman untuk menangguhkan Perjanjian Camp David jika pasukan Israel menyerang Rafah. Israel dan Mesir berperang selama lima tahun sebelum menandatangani Perjanjian Camp David yang dimediasi AS pada akhir 1970-an. Perjanjian tersebut menjadi salah satu penjamin stabilitas keamanan di Timur Tengah.
Kairo khawatir jika pertempuran terjadi di perbatasan wilayahnya, militer Mesir tidak bisa menghentikan gelombang warga yang mengungsi masuk ke Semenanjung Sinai. Sekali mereka keluar dari Gaza, kemungkinan besar mereka tidak akan bisa kembali ke tanah airnya lagi.
”Mesir menyerukan perlunya seluruh upaya regional dan internasional untuk mencegah serangan terhadap warga Palestina di Rafah,” sebut pernyataan Kementerian Luar Negeri Mesir, Minggu.
Uni Emirat Arab, Qatar, Oman, dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengungkapkan kekhawatiran atas serangan Israel ke Rafah. ”OKI memperingatkan, terus berlangsungnya dan meluasnya agresi militer Israel adalah upaya untuk mengusir paksa rakyat Palestina dari tanah mereka,” sebut OKI yang berbasis di Jeddah, Arab Saudi.
Riyadh segera meminta pertemuan Dewan Keamanan PBB. Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan, prioritas utama saat ini adalah penghentian segera pertempuran.
Netanyahu berkilah masih ada banyak tempat bagi warga Gaza di Rafah untuk menyelamatkan diri sebelum serangan dilancarkan. Dia berdalih akan memandu mereka menuju tempat aman lewat koridor yang disiapkan. Namun, serangan-serangan Israel sebelumnya telah menimbulkan kerusakan parah di mana-mana sehingga tak banyak tempat yang bisa dipakai warga untuk berlindung. (AP/AFP/REUTERS)