AS Tuduh Rusia Kembangkan Persenjataan Luar Angkasa
Para pakar mengatakan, AS tidak memiliki kemampuan untuk menghadang senjata semacam itu.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Amerika Serikat menuding Rusia tengah mengembangkan persenjataan nuklir antisatelit yang berbahaya bagi keamanan internasional. Rusia membantah tudingan itu dan memastikan klaim AS hanya trik memuluskan upaya memperoleh dukungan dari Kongres untuk menyetujui paket bantuan bagi Ukraina.
BBC, Jumat (16/2/2024), melaporkan, persenjataan yang dikembangkan Rusia berupa persenjataan luar angkasa yang memiliki kemampuan nuklir. Senjata itu disebut menyasar satelit-satelit, tetapi tidak menimbulkan kerusakan fisik di Bumi.
Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby, Kamis (15/2/2024), menyatakan, Rusia mengembangkan senjata antisatelit yang belum digunakan. ”Kami tidak bicara tentang persenjataan yang akan menyerang manusia, atau menimbulkan kerusakan di Bumi,” katanya.
Dia menambahkan, Presiden Joe Biden memerintahkan pembahasan diplomatik langsung dengan Moskwa terkait isu tersebut, tetapi belum ada kontak. Kirby tidak menjelaskan secara detail tentang ancaman terhadap keamanan itu.
Komponen nuklir yang tengah dikembangkan Rusia pun tidak dijelaskan. Namun, analis mengatakan, kemungkinan komponen itu berupa perangkat dengan tenaga nuklir untuk membutakan, mencegat, atau membingungkan peralatan elektronik di dalam satelit, bukan senjata berhulu ledak nuklir untuk menjatuhkan satelit.
Ancaman terhadap satelit semacam itu bisa menyebabkan banyak kekacauan, seperti menghambat komunikasi, pengawasan, intelijen, serta perintah dan kendali di seluruh dunia, termasuk atas senjata nuklir. Para pakar mengatakan, AS tidak memiliki kemampuan untuk menghadang senjata semacam itu.
Kami tidak bicara tentang persenjataan yang akan menyerang manusia, atau menimbulkan kerusakan di Bumi.
Kirby mengatakan, apabila Rusia betul mengembangkan persenjataan luar angkasa, upaya itu bisa melanggar Perjanjian Luar Angkasa tahun 1967. Perjanjian itu ditandatangani lebih dari 130 negara, termasuk Rusia dan AS. Perjanjian itu melarang penempatan senjata nuklir atau jenis senjata pemusnah massal di orbit atau menempatkan senjata di luar angkasa dengan cara apa pun.
Sejumlah pejabat tinggi AS juga telah mengeluarkan peringatan tentang persenjataan Rusia itu. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengadakan pertemuan tertutup dengan para pemimpin Kongres pada Kamis tentang perkembangan tersebut.
Sebelumnya, Ketua Komite Intelijen DPR AS Mike Turner mengeluarkan pernyataan publik yang menyebut ”ancaman keamanan nasional serius” dan meminta Biden ”mengungkap semua informasi rahasia terkait ancaman itu”.
Rusia menyanggah tuduhan AS. Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menilai pernyataan AS sebagai akal-akalan Gedung Putih untuk membuat Kongres AS mendukung bantuan bagi Ukraina. ”Jelas, Washington berusaha membuat Kongres mengadakan pemungutan suara soal rancangan undang-undang alokasi anggaran dengan cara apa pun. Mari kita lihat muslihat apa yang akan digunakan Gedung Putih,” kata Peskov, sebagaimana dikutip kantor berita Rusia, TASS.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan, AS ”berfantasi” dan harus memberikan bukti klaimnya. Ryabkov termasuk pejabat yang membuat kebijakan nuklir Rusia.
Hingga saat ini, pembahasan paket bantuan untuk Ukraina di Kongres AS masih menghadapi jalan buntu. Biden mengajukan permintaan dana hingga 60 miliar dollar AS kepada Kongres untuk membantu pertahanan Ukraina menghadapi invasi Rusia. Senat yang dikuasai Partai Demokrat telah memberikan persetujuan. Namun, DPR AS menolaknya.
Invasi Rusia ke Ukraina sejak Februari 2022 memicu konfrontasi terbesar antara Barat dan Rusia sejak Krisis Rudal Kuba 1962. Baik Washington maupun Moskwa saling memperingatkan risiko konflik terbuka antara Pakta Pertahanan Atlantik Utara dan Rusia.
Barat menuding Rusia ceroboh setelah Presiden Vladimir Putin mengeluarkan retorika bahwa ia siap menggunakan senjata nuklir jika Rusia terancam. Berulang kali AS mengungkap temuan intelijen tentang rencana dan operasi militer Rusia dalam invasi di Ukraina. Rusia dan AS merupakan dua kekuatan nuklir terbesar di dunia. Mereka memiliki sekitar 90 persen senjata nuklir dunia. Keduanya juga memiliki satelit canggih yang mengorbit Bumi. (AP/AFP/REUTERS)