Dengan alasan mencari sandera, pasukan Israel lagi-lagi menyerbu rumah sakit di Gaza, mengakibatkan krisis medis.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
RAFAH, JUMAT — Pasukan Israel menyerbu Rumah Sakit Nasser yang merupakan rumah sakit utama di Gaza selatan pada Kamis (15/2/2024) waktu setempat. Serangan ini menewaskan satu pasien dan melukai enam lainnya.
Sebelumnya, serangan Israel di rumah sakit lain di Gaza melalui personel militer yang menyamar menewaskan tiga orang. Menurut hukum humaniter internasional, serangan di rumah sakit termasuk kejahatan perang.
Penggerebekan di Rumah Sakit Nasser terjadi setelah pasukan, tank, dan para penembak jitu Israel mengepung kompleks rumah sakit selama hampir sepekan. Ratusan anggota staf, pasien, dan pengungsi terjebak di dalam gedung, di tengah baku tembak dan berkurangnya persediaan, termasuk makanan dan air.
”Semalaman, serangan menghantam salah satu bangsal Rumah Sakit Nasser, menewaskan satu pasien dan melukai enam lainnya,” kata Khaled Alserr, salah satu ahli bedah yang tersisa di sana.
Video menunjukkan petugas medis bergegas memindahkan pasien ke koridor yang dipenuhi asap dan debu. Sementara di ruangan gelap, seorang pria yang terluka menjerit kesakitan ketika suara tembakan bergema di luar. ”Situasinya memburuk setiap jam dan setiap menit,” ujar Alserr.
Lembaga bantuan internasional Dokter Lintas Batas (MSF) mengatakan, anggota stafnya harus meninggalkan rumah sakit dan pasien. Seorang anggota staf MSF ditahan di pos pemeriksaan Israel di luar fasilitas tersebut.
Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan, mereka memiliki informasi intelijen yang dapat dipercaya bahwa Hamas telah menahan sandera di Rumah Sakit Nasser. Jenazah para sandera juga diduga berada di rumah sakit itu. Pasukan Israel masuk rumah sakit beberapa jam setelah serangan oleh penembak jitu.
Sehari sebelumnya, tentara Israel memerintahkan ribuan pengungsi yang berlindung untuk meninggalkan rumah sakit di kota Khan Younis. Kota tersebut menjadi fokus serangan Israel terhadap Hamas dalam beberapa pekan terakhir.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, saat menyerang masuk, pasukan Israel memerintahkan lebih dari 460 anggota staf, pasien, dan kerabat mereka pindah ke gedung tua di kompleks yang tidak dilengkapi fasilitas untuk merawat pasien. Mereka dalam kondisi yang sulit tanpa makanan atau susu dan kekurangan air yang parah.
Tidak ada air, tidak ada makanan. Sampah ada di mana-mana. Limbah telah membanjiri bangsal gawat darurat.
Enam pasien masih berada dalam perawatan intensif bersama dengan tiga bayi di inkubator tanpa anggota staf yang merawat mereka. Bahan bakar untuk generator pun akan segera habis sehingga membahayakan mereka.
”Tidak ada air, tidak ada makanan. Sampah ada di mana-mana. Limbah telah membanjiri bangsal gawat darurat,” kata Raed Abed, seorang pasien yang terpaksa pergi dari Rumah Sakit Nasser atas perintah Israel pada Rabu.
Abed masih terluka parah di perut. Dia mengatakan awalnya pingsan saat bangkit dari ranjang rumah sakit dan mencoba untuk pergi. Dia kemudian menunggu di luar selama berjam-jam ketika tentara memaksa mereka keluar. Abed melihat tentara Israel menangkap beberapa orang dan memaksa mereka membuka pakaian.
Sebelumnya, seorang sandera yang dibebaskan mengungkapkan, dia dan puluhan sandera lain ditahan di Rumah Sakit Nasser. Beberapa jam setelah tentara memasuki rumah sakit, Hagari mengatakan, mereka masih mencari sandera. Puluhan anggota Hamas, katanya, ditangkap di halaman rumah sakit, termasuk tiga orang yang ikut serta dalam serangan 7 Oktober 2023 ke wilayah selatan Israel.
Hagari juga mengatakan, tentara menemukan granat dan mortir. Radar Israel memastikan kelompok bersenjata di Gaza menembakkan mortir dari halaman rumah sakit sebulan yang lalu.
Perbatasan Lebanon memanas
Secara terpisah, pada Kamis, Israel melancarkan serangan udara ke Lebanon selatan selama dua hari berturut-turut. Serangan pada Rabu menewaskan 10 warga sipil dan tiga anggota Hezbollah. Serangan itu balasan atas serangan roket yang menewaskan seorang tentara Israel dan melukai beberapa lainnya.
Israel dan Hezbollah terus baku serang dengan roket dan tembakan sejak perang Israel-Hamas berlangsung di Gaza. Sepekan terakhir, saling balas itu semakin intensif dan telah menewaskan korban jiwa warga sipil Lebanon.
Hezbollah belum menyatakan bertanggung jawab atas serangan roket pada Rabu. Sheikh Nabil Kaouk, anggota senior kelompok tersebut, mengatakan siap menghadapi kemungkinan perluasan perang. ”Kami akan menghadapi eskalasi demi eskalasi, pengungsian demi pengungsian, dan kehancuran demi kehancuran,” ujarnya.
Sementara itu, perundingan mengenai gencatan senjata di Gaza tampaknya terhenti. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk melanjutkan serangan sampai Hamas dihancurkan dan sandera yang ditawan bebas.
Setidaknya 28.663 warga Palestina tewas dan lebih dari 68.000 orang terluka dalam serangan Israel di Gaza yang telah berlangsung lebih dari empat bulan ini. Sementara serbuan Hamas ke wilayah selatan Israel menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan setidaknya 250 orang disandera. Sebanyak 100 orang di antaranya telah dibebaskan. (AP/AFP/REUTERS)