Sejumlah suku membentuk aliansi untuk menyerbu aliansi suku lain. Perang suku sudah berulang kali terjadi.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·2 menit baca
PORT MORESBY, SENIN — Sedikitnya 64 orang tewas akibat perang suku di Provinsi Enga, Papua Niugini. Sudah berulang kali Papua Niugini diguncang perang suku di daerah pedalaman.
Para korban tewas ditemukan pada Minggu (18/2/2024) di Wapenamanda, Enga. Aparat masih mengidentifikasi para korban. ”Kami mulai mengumpulkan mayat-mayat, tersebar di seluruh medan perang, jalan raya, dan tepi sungai. Mereka dimasukkan ke dalam truk polisi dan dibawa ke rumah sakit,” kata Penjabat Kepala Kepolisian Papua Niugini George Kakas.
Kakas menyebut, petugas yang mendatangi lokasi pun terperangah. ”Sejauh ini, inilah pembunuhan terbesar di Enga, bahkan mungkin di seluruh dataran tinggi,” ujarnya sebagaimana dikutip media Australia, ABC.
Berdasarkan informasi awal, pihak yang bertikai dalam insiden kemarin sama dengan pihak dalam perang suku beberapa bulan lalu. Sejumlah suku membentuk aliansi untuk menyerbu aliansi suku lain.
Menurut Kakas, korban terdiri dari kelompok suku dan pasukan bayaran. Mereka sedang dalam perjalanan menuju posisi suku lain saat diserang. ”Mereka yang tertembak, terluka, dan lari ke semak-semak. Kemungkinan lebih banyak lagi orang yang tewas di semak-semak,” ujarnya.
Menurut media Papua Niugini, Post-Courier, kelompok utama perang itu adalah suku Ambulin dan suku Sikin. Sejumlah suku lain menjadi sekutu atau pasukan bayaran kedua suku tersebut.
Aparat menemukan senapan serbu buatan Amerika Utara dan Eropa Barat di lokasi pertempuran. Selain itu, ditemukan pula sejumlah senapan dan pistol rakitan.
Wakil Kepala Kepolisian Enga Samson Kua mengatakan, pertempuran terjadi pada Minggu dini hari. Pertempuran masih berlangsung saat regu pertama aparat tiba di lokasi.
Kakas menyebut, aparat mempertaruhkan nyawa untuk menghentikan pertempuran yang telah berulang kali terjadi itu. ”Mereka (aparat) menanggung risiko untuk membawa ketenangan,” ujarnya.
Terakhir kali pertempuran besar Ambulin-Sikin terjadi pada Agustus 2023. Kala itu, setidaknya 150 orang tewas. Aparat dan pemerintah membatasi pergerakan orang untuk mencegah kekerasan berlanjut.
Aparat juga berusaha menghentikan penyelundupan senjata ke pedalaman Papua Niugini. Senapan dan pistol modern membuat korban lebih banyak pada setiap perang suku.
Kakas mengakui, jumlah aparat belum memadai untuk sepenuhnya menjaga area pedalaman dan terpencil. Karena itu, perlu kerja sama semua pihak untuk mencegah kekerasan terus berlanjut.
Papua Niugini menggandeng Amerika Serikat dan Australia untuk membantu kemampuan aparatnya mengurus keamanan. Australia memberikan hingga Rp 2 triliun untuk pelatihan dan penambahan anggota baru kepolisian Papua Niugini. Port Moresby juga akan merekrut polisi dari Australia. (AFP/REUTERS)