Tiket Pesawat Mahal Jadi Keluhan Global
Penerbangan global pulih. Tetapi, harga tiket pesawat diperkirakan tak akan menurun dengan sendirinya sepanjang 2024.
Harga tiket pesawat yang meningkat dan relatif mahal menjadi keluhan warga global. Penumpang di Indonesia, ASEAN, India, hingga Eropa dan AS mengeluhkan hal serupa: tiket mahal membuat biaya liburan lebih tinggi. Pemerintah mendengar rintihan ini, tetapi tidak bisa berbuat banyak.
Harga tiket kelas ekonomi rute London-New York, misalnya, rata-rata lebih tinggi 19 persen sekarang ini dibandingkan dengan harga tahun 2019. Tiket penerbangan rute Singapura-Sydney lebih mahal 100 dollar AS dibandingkan dengan harga tahun 2019.
Sejumlah pemerintah mencoba berpihak pada penumpang. Harian The Financial Times, 30 Desember 2023, menuliskan bahwa Pemerintah Italia mengancam akan mematok harga tiket pesawat. Pemikiran serupa diserukan sejumlah pemerintahan lain.
Akan tetapi, maskapai penerbangan global juga menghadapi masalah-masalah berikut. Inflasi tinggi selama tiga tahun terakhir membuat karyawan penerbangan juga menuntut kenaikan upah, mulai dari pekerja di kabin, pilot, hingga pekerja di bandara.
Kenaikan biaya operasional di bandara-bandara dunia juga turut naik sehingga mendorong kenaikan harga tiket. Kenaikan harga avtur dibandingkan sebelum Covid-19 tentu termasuk menjadi penyebab di balik kenaikan harga tiket pesawat.
Baca juga: Singapura Wajibkan Bahan Bakar Lebih Mahal untuk Pesawat, Harga Tiket Akan Naik
Dirjen International Air Transport Association (IATA) Willie Walsh menyebut faktor inflasi sebagai bagian dari penyebab kenaikan harga tiket. Kenaikan harga tiket pesawat tersebut bahkan berada jauh di atas inflasi.
Rindu pelesiran
Akan tetapi, kenaikan harga tiket pesawat itu tidak menyurutkan perjalanan domestik ataupun global. Salah satu alasannya adalah dendam warga dunia untuk pelesiran amat tinggi setelah pandemi dinyatakan berakhir.
Baca juga: Pariwisata Dunia Bangkit, tetapi Belum Sepenuhnya Pulih
Ada saja kelompok penumpang yang tetap berniat pelesiran dan melakukan perjalanan dinas meski harga tiket naik. ”Para turis internasional tidak terpengaruh harga tiket yang tinggi,” kata Suksit Suvunditkul, Presiden Divisi Selatan Thai Hotels Association (THA), seperti dikutip The Bangkok Post, 16 Februari 2024.
Para turis internasional tidak terpengaruh harga tiket yang tinggi. (Suksit Suvunditkul)
Dalam istilah Elie Maalouf, CEO Intercontinental Hotels Group, para turis membalaskan dendam akibat restriksi selama Covid-19. Ini juga terjadi di China dan seluruh dunia. Pesanan hotel di bawah jaringan yang dipimpin Maalouf terasa kuat (CNBC, 24 Oktober 2023).
Untunglah, tipe penumpang seperti itu ada sehingga maskapai penerbangan sangat tertolong. Beberapa maskapai bahkan mencatatkan laba tinggi. Maskapai penerbangan merasakan kelegaan setelah terpukul keras selama pandemi.
”Warga global senang pelesiran dan ini membantu maskapai penerbangan,” kata Walsh, seperti dituliskan The Business Insiders, 13 Desember 2023.
Tipe penumpang berstatus kelas menengah dan kaum kaya adalah kelompok yang paling antusias melampiaskan dendam untuk liburan, meski harga tiket lebih tinggi dari biasanya. ”Sebesar 10 persen penduduk global berstatus pendapatan menengah dan tinggi menjadi penopang utama pemulihan penumpang pesawat,” demikian dituliskan analis Ing, 10 Juli 2023.
Sebanyak 90 persen kontribusi kelompok tersebut terhadap pemulihan penerbangan. Tentu, di samping itu, terjadi juga pemulihan perjalanan bisnis.
Hilangnya tiket murah
Penerbangan global juga telah pulih, setidaknya sudah mencapai level 90 persen dibandingkan dengan situasi sebelum pandemi sepanjang 2023. Penerbangan bahkan akan pulih lebih jauh, melewati level sebelum pandemi pada 2024 dan 2025. Berdasarkan data IATA, pada 2024 akan ada 4,7 miliar penumpang global atau 200 juta penumpang lebih banyak daripada 2019.
Dendam kesumat akan liburan diperkirakan mulai berkurang pada 2024 karena setidaknya rindu dendam pelesiran sudah terpenuhi. Akan tetapi, harga tiket pesawat diperkirakan tetap tidak akan menurun dengan sendirinya sepanjang 2024.
Baca juga: Harga Tiket Pesawat Terus Naik, Penting Tahu Kiat Cari Tiket Murah
Oleh karena itu, keluhan penumpang biasa bahkan terus bermunculan secara global tentang harga tiket yang relatif mahal. Penumpang yang sebelum pandemi menikmati tiket murah dari penerbangan murah turut mengeluh.
Akan tetapi, maskapai yang terkenal dengan penawaran tiket murah sekalipun tidak bisa memenuhi janjinya akan tiket relatif murah seperti sediakala. Bob Jordan, CEO Southwest, maskapai penerbangan murah di AS, mengatakan tidak bisa mempertahankan tiket murahnya, sebagaimana dituliskan situs The Street, 18 Februari 2024.
Alasannya, kenaikan harga tiket bukan semata karena ada tuntutan kenaikan upah oleh karyawan. Masalah lain yang dihadapi Southwest, sebagaimana dihadapi maskapai penerbangan dunia secara keseluruhan, adalah sulitnya memulihkan kapasitas kursi penerbangan.
Tiket relatif murah bisa ditawarkan jika kapasitas kursi penumpang bisa dinaikkan. Masalahnya, Southwest tidak bisa menaikkan kapasitas kursi. Ada kendala dari Boeing untuk penyerahan pesawat baru.
Penyerahan pesawat tersendat
Peningkatan kapasitas kursi pesawat diperlukan karena pulihnya penumpang. Masalahnya kembali pada kapasitas penerbangan yang tersendat peningkatannya. Selain masalah Boeing dengan penundaan penyerahan pesawat baru, termasuk Boeing 737 Max, juga ada ketersendatan pengiriman suku cadang pesawat.
Sebagaimana diberitakan Reuters, 19 April 2023, Boeing mengumumkan penghentian penyerahan sebagian pesawat untuk sementara. Airbus juga telah menyatakan kepada sejumlah maskapai akan tersendatnya penyerahan kelas A320 Neo pada 2024.
Baca juga: Korean Air Memesan Tambahan 20 Pesawat Airbus A321neo
Masalah lain lagi, tersendatnya perawatan pesawat di hanggar-hanggar, termasuk karena kurangnya anggota staf dan langkanya tenaga terampil untuk perawatan mesin pesawat.
Hal lain yang turut menambah persoalan dalam peningkatan kapasitas adalah pendaratan sejumlah pesawat terkait dengan masalah mesin buatan Pratt & Whitney. Ratusan pesawat berhenti beroperasi sementara dalam beberapa bulan mendatang sepanjang 2024.
Masalah-masalah itu membuat maskapai seperti Aegean Airlines, EasyJet, Lufthansa, dan Wizz Air di Eropa; Air New Zealand, Cebu Pacific, dan IndiGo di Asia Pasifik; serta JetBlue Airways, Spirit Airlines, dan Volaris di Benua Amerika sedang menghadapi masalah peningkatan kapasitas kursi.
Kapasitas menjadi masalah walau tidak terlalu akut. Akan tetapi, Walsh menyatakan, peningkatan kapasitas kursi pesawat akan terkendala hingga 2025. Inilah salah satu masalah di balik kenaikan harga tiket pesawat. (AFP/AP/REUTERS)
Simon Saragih, wartawan Kompas 1989-2023