T-160M, "Angsa Putih” Andalan Putin
Riwayat Tu-160 seperti sejarah Uni Soviet lalu Rusia: jatuh bangun. Dari 10 varian rancangan, hanya tiga beroperasi
Hanya 30 menit di atas Kazan, Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menunjukkan kemampuan nuklir negaranya. Unjuk kekuatan menggunakan pesawat yang menjadi bagian Angkatan Udara Rusia empat tahun terakhir, Tu-160M.
Putin bergabung dengan Tu-160M dalam penerbangan pada Kamis (22/2/2024) tersebut. Di dalam salah satu pesawat pengebom strategis Voenno-vozdushnye sily Rossii (VVS) atau AU Rusia itu, Putin duduk di kursi pilot cadangan. ”Hari ini, porsi persenjataan dan peralatan modern di angkatan nuklir strategis mencapai 95 persen. Sementara di Angkatan Laut sudah mendekati 100 persen,” ujarnya.
Baca juga: Pesan di Balik Aksi Putin Naik Pesawat Supersonik Pengebom Nuklir
Pernyataan itu mengindikasikan Rusia telah menyelesaikan proyek yang digagas pada 2002: modernisasi Tu-160. Total ada 10 varian Tu-160 dikembangkan dalam setengah abad terakhir. Akan tetapi, hanya tiga varian Tu-160 yang benar-benar diproduksi dan beroperasi
Varian yang diproduksi untuk beroperasi adalah Tu-160, Tu-160M, dan Tu-160M2. Tu-160 beroperasi sejak 1987 dan Tu-160M hasil modernisasi pertama Tu-160.
Sementara Tu-160M2 adalah versi modernisasi lanjutan atas Tu-160M. Proyek Tu-160M2 diungkap pada 2018 dan ditargetkan mulai beroperasi dalam tiga tahun mendatang.
Kementerian Pertahanan Rusia mengungkap, Tu-160M dan Tu-160M2 mempertahankan tugasnya sebagai pengebom strategis VVS. Selain Tu-160, AU Rusia mengoperasikan Tu-95 yang bermesin baling-baling dan jet Tu-22M.
Baca juga: Anak-anak Kembali Jadi Korban Perang Ukraina-Rusia
Pesawat Tu-160 satu-satunya pengebom bermesin jet dan berdaya angkut besar milik AU Rusia. Bobot maksimum Tu-22M saat lepas landas hanya 126 ton, sementara Tu-160 bisa 275 ton.
Soal persenjataan, Tu-22M hanya bisa mengangkut bom, sementara Tu-160 bisa mengangkut total 12 rudal berhulu ledak nuklir.
Jatuh bangun
Riwayat Tu-160 sama seperti sejarah Uni Soviet lalu Rusia: jatuh bangun dan terus bertahan. Di tengah perang dingin, Moskwa ingin pesaing atas pesawat pengebom bermesin jet yang sedang dikembangkan Washington. Kala itu, Amerika Serikat mulai mengembangkan pesawat yang kini dikenal sebagai B-1 Lancer.
Moskwa menugasi Tupolev, V. M. Myasishchev, dan JSC Sukhoi mengembangkan pesaing B-1 Lancer. Tupolev merekayasa pesawat penumpang Tu-144 untuk dijadikan pengebom. Sementara Myasishchev mengusung Myasishchev M-18. Adapun Sukhoi datang dengan T-4. Dari tiga gagasan itu, Moskwa memutuskan Tu-160 dilanjutkan pengembangannya.
Setelah 15 tahun dikembangkan, Tu-160 mulai dioperasikan pada April 1987. Pangkalan perdananya di Ukraina tengah.
Baca juga: Pesona Pesawat Jet Pribadi Rusia Memudar
Kala Uni Soviet bubar pada 1991, ada 19 Tu-160 ditempatkan di Ukraina. Sementara 16 lain berada di wilayah lain bekas Uni Soviet. Presiden Rusia Boris Yeltsin memerintahkan penghentian produksi Tu-160 pada 1992. Sebab, Moskwa sedang pusing mengurusi ekonomi.
Atas alasan serupa, Ukraina juga tidak mampu merawat pesawat yang oleh pilot Uni Soviet diberi panggilan ”angsa putih” tersebut. Pada April 1999, hanya delapan Tu-160 Ukraina bisa beroperasi.
Kyiv juga punya 575 rudal Kh-55 yang bisa ditembakkan dari Tu-160. Seluruh pesawat dan rudal itu dijual Kyiv ke Moskwa. Sejak Rusia menyerbu Ukraina dua tahun lalu, berulang kali Moskwa menembakkan Kh-55. Seluruhnya diduga rudal yang dulu dibeli Rusia dari Ukraina.
Modernisasi bertahap
Sejak mulai berkuasa pada Agustus 1999, Putin telah berulang kali memerintahkan pembaruan Tu-160. Perintah pertama dikeluarkan pada 2002. Kementerian Pertahanan Rusia dan Kazan-Gorbunov Aircraft Production Association (KAPO) menyepakati peremajaan pesawat-pesawat itu. Pesawat perdana hasil proyek itu terbang pada 2008.
Baca juga: Rusia-Ukraina Tingkatkan Serangan Pesawat Nirawak
Pada 2014, Tu-160 yang dilengkapi radar dan sistem avionik baru mulai beroperasi. Pada 2018, Moskwa mengumumkan Tu-160 akan dipasangi mesin NK-32.
Sementara pada awal 2020, versi perdana Tu-160M terbang perdana di Kazan. Menurut keterangan Rusia, negara yang juga dijuluki ”Negeri Beruang Merah”, total sembilan Tu-160M beroperasi di VVS sejak 2022.
Berdasarkan kontrak yang ditandatangani pada 2018, 10 pesawat pengebom nuklir Tu-160M yang telah dimodernisasi akan dikirim VVS hingga tahun 2027. Biaya modernisasi pesawat masing-masing sebesar 163 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,5 triliun.
Rusia berambisi memiliki hingga 50 Tu-160M dan Tu-160M2. Semua dibeli bertahap dari Tupolev dan KAPO sampai tiga dekade mendatang.
Baca juga: AS Perlihatkan B-21 Raider, Pengebom Siluman yang Diklaim Tak Tertandingi
Mokswa menegaskan, pembelian Tu-160M dan Tu-160M2 tidak akan mengganggu Tupolev Pak Da. Rusia mengembangkan Pak Da sebagai versi terbaru pesawat pengebom dan dilengkapi teknologi siluman.
Seperti Tu-160 untuk B-1, Tupolev Pak Da dirancang untuk menyaingi B-21 Raider. AS telah menunjukkan purwarupa B-21. Sementara Rusia belum kunjung menunjukkan wujud Pak Da. Padahal, purwarupa Pak Da pernah ditargetkan akan ditampilkan pada April 2023.
Kekuatan nuklir
Keputusan Putin ikut terbang pada Kamis diduga caranya menunjukkan bahwa Rusia masih memiliki kekuatan nuklir. Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang kini menjadi Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, berulang kali memperingatkan risiko perang nuklir dengan Barat. Medvedev rutin mengungkap itu dalam dua tahun terakhir.
Sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata Rusia, Putin juga berulang kali menyatakan Rusia tidak terancam negara mana pun. Tidak ada pihak yang akan berani menggunakan senjata nuklir melawan Rusia.
Doktrin nuklir Rusia menetapkan kondisi di mana presiden Rusia akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir. Kondisi yang dimaksud adalah ketika Rusia berada di bawah ancaman dan mendapat serangan yang menggunakan senjata konvensional, nuklir, atau senjata pemusnah massal lainnya.
Baca juga: Rusia Percepat Penempatan Senjata Nuklir ke Belarus
Pesan lain yang dapat ditangkap dari unjuk gigi Putin naik Tu-160M adalah upaya Kremlin menonjolkan citra Putin sebagai sosok yang memiliki kekuatan fisik dan kecintaannya pada aksi. Pada beberapa kesempatan sebelumnya, Putin pernah duduk di kursi kopilot pesawat amfibi. Ia juga terbang dengan paraglider, serta mengendarai mobil balap dan truk angkutan berat.
Pernah pula ditunjukkan Putin bertelanjang dada sembari menunggang kuda. Aksi itu disebut dilakukan saat suhu di bawah 10 derajat celsius.
Di Kazan, Putin tidak hanya ikut dalam pesawat pengebom. Ia juga naik truk angkutan berat menuju lokasi sebuah pertemuan di Kazan. Pertemuan ini bagian dari serangkaian kampanye menjelang pemilu Rusia, 15-17 Maret 2024.
Putin hampir bisa dipastikan bakal menang dalam pemilu mendatang. Prediksi ini tak lepas dari kenyataan bahwa sejumlah pengkritik utama yang bisa menantang Putin telah dijebloskan ke penjara atau tinggal di luar negeri.
Baca juga: Biden Pun Kegerahan dengan Buah Kemerdekaan Pers
Sebagian besar media independen di Rusia juga dilarang terbit. Dapat dikata, Putin tidak akan mengalami perlawanan dari tiga calon presiden lain yang diusung oleh partai-partai mitra Kremlin.
Aksi Putin dilakukan menjelang dua tahun serbuan Rusia ke Ukraina. Aksi di Kazan juga dilakukan nyaris bersamaan dengan masa kampanye pemilihan presiden AS. Sebagian pemilih di AS ragu pada kondisi fisik calon presiden. (AFP/REUTERS/AP)