Kelaparan, Mahasiswa di AS Andalkan Dapur Umum Gratis
Tingginya biaya hidup dan biaya kuliah membuat mahasiswa tidak mampu membeli makanan. Kualitas pendidikan jadi taruhan.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
Susah sekali menjadi mahasiswa di Amerika Serikat. Tak hanya terlilit utang pinjaman kuliah, sekarang banyak mahasiswa yang kelaparan. Saking tidak punya uang untuk memasak sendiri ataupun makan di kantin, mereka mengandalkan dapur umum gratis.
Universitas West Virginia menambah dapur umum mereka. Dilaporkan oleh surat kabar lokal, Dominion Post, Jumat (23/2/2024), di perguruan tinggi itu kini ada dapur umum di tiga lokasi. Sejak tahun 2010, masalah kelaparan di kalangan mahasiswa telah menjadi perhatian.
”Dulu, mahasiswa selalu bercanda, makanan pokoknya mi instan. Sekarang, untuk membeli mi saja tidak bisa,” kata Sydni Vega, Asisten Pengawas Keterlibatan dan Kepemimpinan Mahasiswa Universitas West Virginia.
Ia bertanggung jawab atas operasionalisasi dapur umum di sana. Selama periode 2022-2023, ada 1.000 mahasiswa yang bergantung pada dapur umum ini.
Kelaparan membuat mahasiswa sakit, tidak produktif, depresi, dan berdampak buruk pada kehidupan akademis serta sosial mereka.
Menurut angket Universitas West Virginia, uang kuliah yang terus naik dan disertai meningkatnya harga sewa kamar indekos ataupun asrama mengakibatkan uang mahasiswa terkuras. Selain itu, mereka juga masih harus membeli peralatan kuliah, seperti alat tulis, komputer, dan penunjang lain. Makanan bergizi semakin tergeser dari daftar prioritas.
”Kelaparan membuat mahasiswa sakit, tidak produktif, depresi, dan berdampak buruk pada kehidupan akademis serta sosial mereka,” demikian tulis laporan angket tersebut.
Satu dari tiga
Media CBS edisi Rabu (21/2/2024) menerbitkan laporan hasil penelitian Universitas Temple bersama Universitas California Davis. Mereka menemukan, di AS, satu dari tiga mahasiswa kelaparan. Mulai dari kampus besar dan elite sampai dengan kampus kecil, semua mengalami kasus kelaparan. Setiap hari, mahasiswa yang kelaparan ini mengantre di dapur umum untuk makan.
Dapur umum bukan kantin. Di kantin, mahasiswa harus membayar. Pilihan makanan serta minumannya pun beragam. Dapur umum mengandalkan sumbangan dari masyarakat lokal.
Sejumlah kampus dan asrama mengembangkan lahan pertanian sendiri, termasuk pertanian hidroponik. Hasil panennya disumbangkan ke dapur umum. Kegiatan memasak dan pelayanannya dikelola oleh unit kerja mahasiswa.
”Setiap hari, saya mengantre 90 menit supaya dapat kursi di dapur umum,” kata Erin Cashin, mahasiswa tingkat akhir di UC Davis. Ia bahkan mengatur jadwal kuliahnya sedemikian rupa agar bisa memastikan memperoleh makanan di dapur umum.
Menurut Leslie Kemp, Direktur Pusat Kebutuhan Mahasiswa UC Davis, harga semua barang melejit naik. Dulu, dengan uang 1 dollar AS, setidaknya mahasiswa bisa membeli roti dan susu. Sekarang, uang 1 dollar itu hanya bisa membeli sepertiga dari barang-barang yang lima tahun lalu terjangkau.
Pada Senin (19/2/2024), DPR AS mengesahkan Undang-Undang Kampus Bebas Kelaparan. Aturan inisiatif publik ini digerakkan oleh organisasi masyarakat Swipe Out Hunger. Tujuannya, memberi dana bagi perguruan tinggi untuk memastikan kecukupan pangan bagi mahasiswa yang membutuhkan.
Dilansir dari majalah Forbes edisi 17 Agustus 2021, masalah kelaparan di kampus ini semakin parah sejak tahun 2010. Pandemi Covid-19 membuatnya semakin berat karena keluarga banyak yang kehilangan mata pencarian dan jatuh miskin. Anak-anak mereka yang berkuliah benar-benar harus mengencangkan ikat pinggang.
”Mahasiswa yang kelaparan kesulitan menuntaskan kuliah. Jika putus kuliah, mereka hanya akan mendapat pekerjaan berupah rendah dan ini melanggengkan lingkaran kemiskinan,” kata Tenille Metti Bowling, juru bicara Swipe Out Hunger.