Tradisi, Teknologi, dan Persahabatan dalam Taiwan Lantern Festival
Kekayaan budaya, kemajuan teknologi, dan hangatnya persahabatan hadir dalam ratusan lampion di Taiwan Lantern Festival.
Taiwan Lantern Festival 2024 tak sekadar menampilkan warna-warni lampion dengan beragam bentuk. Di balik keindahan cahaya lampion yang terpancar, ada kisah tentang tradisi panjang yang terus dilestarikan sekaligus kemajuan teknologi yang berhasil diraih Taiwan.
Diiringi alunan musik yang semarak, lampion berbentuk naga itu perlahan-lahan menyala dan bergerak memutar. Tubuh naga setinggi 18 meter itu memancarkan aneka kombinasi warna, seperti biru, ungu, kuning, hijau, dan merah muda. Para pengunjung di sekitar lampion raksasa itu pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabadikan momen langka tersebut.
Lampion bernama ”Dragon Comes to Taiwan” atau Naga Datang ke Taiwan itu merupakan lampion utama dalam Taiwan Lantern Festival 2024 yang digelar di kota Tainan, Taiwan. Lampion yang dibuat seniman Peng Li-chen itu terinspirasi dari patung naga di depan Kuil Daitian di Tainan.
Taiwan Lantern Festival merupakan festival lampion tahunan yang digelar Pemerintah Taiwan sejak 1990. Awalnya, festival tersebut digelar di Taipei yang merupakan ibu kota Taiwan. Namun, sejak tahun 2001, festival tersebut diselenggarakan secara bergilir di kota-kota di Taiwan.
Tahun ini, festival itu kembali ke Tainan setelah 16 tahun. Penyelenggaraan Taiwan Lantern Festival ke-35 itu pun terasa istimewa karena Tainan merupakan kota tua yang telah berusia ratusan tahun. Kota itu juga pernah menjadi ibu kota Taiwan, termasuk pada masa pendudukan Belanda.
Taiwan Lantern Festival 2024 digelar pada 24 Februari sampai 10 Maret 2024 dengan menampilkan sekitar 300 lampion. Terdapat dua area utama untuk penyelenggaraan festival tersebut, yakni High Speed Rail Lantern Area dan Anping Lantern Area.
Baca juga: Taiwan Lantern Festival Tampilkan 300 Lampion, Targetkan 15 Juta Pengunjung
Direktur Jenderal Tourism Administration, Taiwan’s Ministry of Transportation and Communications, Chou Yung-hui, mengatakan, ratusan lampion yang ditampilkan di festival itu berasal dari berbagai kota di Taiwan dan sejumlah negara. Beberapa negara yang turut menampilkan lampion antara lain Jepang, Korea Selatan, Indonesia, dan Belize.
“Selama 16 hari penyelenggaraan, Taiwan Lantern Festival 2024 ditargetkan mendatangkan 10 juta hingga 15 juta pengunjung,” kata Chou dalam konferensi pers, Sabtu (24/2/2024), di Tainan.
Pada Jumat (23/2) malam, atas undangan Taiwan Tourism Administration, Kompas bersama rombongan jurnalis asal Indonesia berkesempatan melihat gladi bersih festival itu di High Speed Rail Lantern Area.
Dalam gladi bersih tersebut, seluruh lampion telah dinyalakan sehingga pengunjung bisa menikmati warna-warni lampion dengan aneka bentuk. Yang paling menarik perhatian tentu saja lampion Naga Datang ke Taiwan.
Setiap tahun, lampion utama di Taiwan Lantern Festival memang menampilkan hewan yang menjadi penanda tahun berdasarkan zodiak China atau shio. Karena tahun ini dikenal sebagai Tahun Naga Kayu, lampion utama pun menampilkan sosok naga.
Budaya
Pemilihan tema lampion utama itu sekaligus menunjukkan Taiwan Lantern Festival memiliki akar budaya dan tradisi yang kuat. Apalagi, di kalangan masyarakat Taiwan, memang terdapat tradisi menggelar festival lampion pada tanggal 15 bulan pertama dalam kalender Lunar. Tradisi ini menjadi simbol kedamaian dan kemakmuran.
Salah seorang warga Taiwan, Chen Qingxiong (57), menuturkan, saat dirinya masih kecil, festival lampion dirayakan oleh anak-anak dengan membuat lampion dari kaleng. Selain itu, biasanya juga terdapat parade kendaraan hias yang dipasangi lampion. ”Saat saya masih kecil, hal yang paling istimewa adalah membuat lampion dari kaleng,” katanya.
Lihat juga: Petik Jeruk di Orange Forest Taiwan
Unsur budaya dalam Taiwan Lantern Festival juga tampak dari kehadiran lampion yang menampilkan sosok dewa, makhluk mitologi, dan binatang yang menjadi simbol dari nilai-nilai tertentu dalam kebudayaan masyarakat Taiwan.
Salah satu yang ditampilkan adalah lampion Matsu atau dewi laut bersama dua pengawalnya. Matsu disebut memegang peranan penting dalam kepercayaan masyarakat Tainan. Sebab, pada masa lalu, Tainan merupakan kota pelabuhan internasional yang makmur.
Lihat juga: Saat Cahaya Naga, Dewi Laut, dan Candi Borobudur Mewarnai Kota Tua di Taiwan
Matsu juga disebut berbeda dengan karakter dewa laut di negara-negara Barat. Dengan matanya yang mampu melihat hingga kejauhan dan telinganya yang sensitif, dewi ini dipercaya bisa memandu para pelaut sehingga perjalanan mereka menjadi aman. Selain itu, Matsu diyakini bisa mengabulkan permohonan terkait keberuntungan dan kesehatan.
Sosok putri duyung juga hadir dalam bentuk lampion di festival ini. Makhluk mitologi dengan penampilan menawan dan nyanyian merdu ini dipercaya sebagai simbol keberhasilan dalam percintaan.
Ada juga lampion yang menampilkan sejumlah hewan laut, misalnya gurita dan bintang laut. Gurita merupakan simbol kecerdasan karena binatang ini memiliki ingatan yang baik dan pandai beradaptasi dengan lingkungan berbeda. Gurita juga memiliki delapan lengan yang bisa melakukan aktivitas berbeda pada saat bersamaan.
Sementara itu, bintang laut yang lincah merupakan simbol kerja keras untuk mencapai kesuksesan. Oleh karena itu, lampion dengan sosok bintang laut membawa harapan agar masyarakat bisa mengatasi rintangan dan berhasil mencapai tujuan.
Selama 16 hari penyelenggaraan, Taiwan Lantern Festival 2024 ditargetkan mendatangkan 10 juta hingga 15 juta pengunjung
Energi surya
Selain kekayaan budaya dan tradisi, Taiwan Lantern Festival juga menghadirkan kemajuan teknologi yang dimiliki Taiwan. Bagian lampu dari lampion Naga Datang ke Taiwan, misalnya, menggunakan elemen energi hijau Carbon 60. Lampion ini juga menggunakan sistem penyimpanan energi surya sehingga sangat hemat energi.
Penggunaan energi surya itu tak bisa dilepaskan dari berkembangnya industri energi surya di Tainan. Di tataran global, industri energi surya di Tainan dikenal dengan teknologi fotovoltaik yang bisa mengubah sinar matahari menjadi energi listrik secara langsung.
Di sisi lain, Taiwan Lantern Festival juga menjadi simbol persahabatan antara warga Taiwan dan masyarakat dari negara lain. Hal ini tampak dari partisipasi sejumlah negara yang ikut menghadirkan lampion dalam festival tersebut.
Lampion perwakilan Indonesia berbentuk Candi Borobudur dengan hiasan bunga di sampingnya. Lampion tersebut dibuat oleh seniman asal Taiwan, Li Jian Nan, atas permintaan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei, Taiwan.
Keberadaan lampion itu diharapkan bisa memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Taiwan. ”Candi Borobudur itu kan warisan budaya dunia yang ada di Indonesia. Jadi, lampion ini diharapkan bisa mewakili Indonesia dalam festival ini,” kata Li.
Deborah Howell, wisatawan asal Los Angeles, Amerika Serikat, mengaku sangat terkesan dengan beragam bentuk dan warna lampion di Taiwan Lantern Festival. Dia menyebut, tampilan lampion di festival tersebut jauh lebih indah daripada perkiraannya. “Ini sangat mengesankan dan luar biasa indah,” tuturnya.