Tragedi Gaza, Warga Palestina Terpaksa Konsumsi Pakan Ternak
Kini, tanaman-tanaman liar pakan ternak pun sudah menipis. Warga Palestina di Gaza tidak punya lagi sumber pangan.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·5 menit baca
GAZA, SABTU — Bencana kelaparan menyiksa warga Jalur Gaza di Palestina. Kepungan militer Israel membuat truk-truk pengangkut bantuan sosial yang menyeberang dari Mesir lamban datang. Tiadanya bantuan makanan membuat warga Palestina di Gaza terpaksa mengonsumsi pakan ternak untuk bertahan hidup.
Namun, setelah berhari-hari bertahan hidup dengan mengonsumsi pakan ternak, kini pilihan itu pun menipis. Abu Qussay Abu Nasser, warga Gaza, terpaksa mencari-cari tanaman panirak (Malva sylvetris) yang biasanya tumbuh liar di padang rumput ataupun di pinggir jalan. Tanaman berbunga ungu ini aman diolah untuk makan meskipun selama ini masyarakat tidak menganggapnya sebagai sumber pangan.
”Panirak sekarang sudah jarang sekali. Banyak orang memetiknya saking tidak ada makanan,” kata Abu Nasser kepada kantor berita Turki, Anadolu, Jumat (1/3/2024).
Panirak bukan pilihan pertama Abu Nasser. Sebelumnya, ia pergi ke pasar di Jabaliyya untuk mencari jagung kering dan jelai sisa. Biasanya, biji-bijian ini dipakai untuk pakan ternak. Ketika tiba di pasar, pakan ternak sekalipun sudah habis terjual.
Di beberapa wilayah, warga mengeluhkan harga pakan ternak yang melejit. Satu karung seberat 3 kilogram dibanderol dengan kisaran harga 60-80 shekel atau hampir seharga Rp 3 juta. Padahal, warga Gaza sudah serba kekurangan sejak Israel melakukan invasi per Oktober 2023.
”Kemarin, kami sekeluarga masing-masing hanya memakan sebutir kurma. Saya harus mencari makanan, anak-anak menangis kelaparan,” kata Abu Nasser.
Data Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UN OCHA) memperlihatkan, sedikitnya 576.000 warga Gaza—seperempat dari total populasi di enklave tersebut—tinggal satu tahap masuk kategori kelaparan. Tak hanya terpaksa mengonsumsi pakan ternak, warga Gaza juga mengonsumsi kaktus untuk bertahan hidup.
Sejumlah tenaga medis menuturkan, banyak pasien anak di rumah sakit-rumah sakit sekarat dan meninggal akibat malanutrisi dan dehidrasi.
Kelaparan akut
Bantuan untuk warga Gaza pun lamban bergulir. Data Kementerian Kesehatan di Gaza menunjukkan, sudah 30.035 orang tewas akibat serangan militer Israel dan 70.457 orang terluka. Mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.
Dari sisi Israel, korban tewas berjumlah 1.200 orang dalam serangan Badai Aqsa yang dilancarkan kelompok Hamas, 7 Oktober 2023.
Kemarin, kami sekeluarga masing-masing hanya memakan sebutir kurma. Saya harus mencari makanan, anak-anak menangis kelaparan. (Abu Qussay Abu Nasser, warga Gaza)
”Segala sistem layanan masyarakat di Gaza sudah ambruk,” kata Juru Bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Christian Lindmeier.
Lindmeier menjelaskan, anak-anak berumur 6-59 bulan menderita kelaparan akut. Angka kelaparan mereka 16,2 persen. Padahal, WHO menetapkan ambang batas bahaya kelaparan tertinggi di dunia adalah 15 persen.
Pada Kamis (29/2/2024), terjadi peristiwa menyedihkan. Truk-truk pengangkut bantuan dikerubuti warga yang mencari bantuan. Militer Israel menyebutkan, terjadi kekacauan sehingga warga yang mengantre saling injak dan tindih. Akan tetapi, sejumlah laporan mengatakan bahwa militer Israel sempat melepas tembakan. Total korban tewas dalam kekacauan itu lebih dari 100 orang.
Militer Israel melalui Kepala Humas Internasional Nir Dinar mengatakan kepada Washington Post edisi Sabtu (2/3/2024) bahwa mereka tidak terlibat dalam peristiwa tersebut. Menurut dia, tentara hanya menembakkan tembakan peringatan ke udara. Kematian terjadi karena saling tindih.
Dunia menyaksikan anak-anak Gaza dibunuh pelan-pelan. (Alexandra Saieh, Save the Children)
Namun, tim PBB yang berkunjung ke sebuah rumah sakit di Gaza memberi kesaksian berbeda. Dalam kunjungan pada korban insiden 29 Februari, mereka melihat banyak korban terluka akibat tembakan.
”Rumah Sakit Al-Shifa dilaporkan telah menerima lebih dari 700 orang yang terluka (pada Kamis) kemarin, sekitar 200 orang di antaranya masih dirawat di rumah sakit,” kata Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, korban tewas dalam insiden Kamis lalu saat ini tercatat 115 orang, sementara sekitar 760 orang lainnya luka-luka.
Alexandra Saieh, Kepala Kebijakan Kemanusiaan Save the Children, lembaga kemanusiaan internasional, mengatakan bahwa dunia menyaksikan anak-anak Gaza dibunuh pelan-pelan. ”Mereka mati karena truk-truk bantuan dipaksa mengantre hanya beberapa kilometer dari mereka. Bantuan ada, tapi penyalurannya dibuat lama,” ujarnya.
Bantuan lewat udara
Di Washington DC, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan bahwa militer AS akan memberi bantuan sosial kepada Gaza dengan cara diterjunkan dari udara. Belum ada keterangan waktu dan lokasi pemberiannya. Negara tetangga, Jordania, sudah lebih dulu memakai cara ini pada Kamis (29/2/2024).
Menurut para pakar kemanusiaan, menyalurkan bantuan dengan cara diterjunkan dari pesawat militer ini tidak efisien karena mahal dan merepotkan. Akan tetapi, langkah ini diambil apabila tidak ada cara lain yang memungkinkan bantuan bisa diberikan kepada warga.
Selain Jordania, beberapa negara lain, seperti Mesir, Perancis, Qatar, dan Uni Emirat Arab, juga telah memasok bantuan kemanusiaan lewat udara sejak perang Gaza meletus mulai Oktober 2023. Namun, efektivitas cara tersebut dipertanyakan di tengah masifnya bahaya kelaparan yang dialami warga Gaza saat ini.
Seorang pejabat AS, yang tak mau disebut namanya, mengakui bahwa pasokan bantuan lewat udara sangat terbatas mengurangi penderitaan warga Gaza. ”Cara itu tidak menyelesaikan akar penyebab masalah,” ujarnya.
Menurut dia, hanya dengan pembukaan pintu-pintu perbatasan menuju Gaza, pasokan bantuan kemanusiaan itu bakal lebih efektif mengatasi kelaparan warga Palestina di Gaza.
Bagus untuk foto saja
Hal senada disampaikan Richard Gowan, Direktur PBB pada International Crisis Group. Menurut dia, satu-satunya cara untuk memasok bantuan kemanusiaan ke Gaza adalah dengan mengirim melalui konvoi pengiriman bantuan menyusul gencatan senjata.
”Para pekerja bantuan kemanusiaan sering menyampaikan keluhan bahwa pengiriman bantuan lewat udara hanya menjadi kesempatan untuk foto yang bagus, tetapi menjadi cara buruk untuk mengirimkan bantuan,” ujar Gowan.
”Memang menjadi perdebatan bahwa situasi di Gaza saat ini begitu buruk sehingga pasokan bantuan-bantuan itu paling tidak bisa mengurangi penderitaan. Tetapi, cara ini hanyalah bersifat sementara,” katanya.
Pejabat AS lainnya mengungkapkan, di tengah kuatnya tekanan dari dalam ataupun luar negeri, Biden juga mempertimbangkan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza melalui laut dari Siprus, 389 kilometer dari garis pantai Gaza.
Biden juga mengatakan bahwa ia mengharapkan perundingan damai antara Hamas dan Israel bisa selesai sebelum memasuki bulan Ramadhan. Puasa dimulai tanggal 10 atau 11 Maret tahun ini. (AP/AFP/REUTERS/SAM)