Nikki Haley Mundur dari Bursa Capres AS, Trump Vs Biden Kian Dekat
Jalan Nikki Haley dari Partai Republik menuju kursi kepresidenan AS kandas. AS akan kembali dipimpin angkatan sepuh.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
Nikki Haley, satu-satunya perempuan yang berusaha memperebutkan tiket calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik dengan menantang mantan Presiden Donald Trump, memutuskan lempar handuk. Keputusan menyerah ini ia ambil pada Rabu (6/3/2024) waktu AS atau Kamis (7/3/2024) dini hari WIB setelah kalah dari Trump pada Selasa Super (Super Tuesday), ajang pemilihan umum internal partai politik yang dilaksanakan serentak di sejumlah negara bagian.
Mundurnya Haley membuka jalan bagi Trump sebagai satu-satunya bakal calon presiden (capres) dari Partai Republik. Keputusan Haley sekaligus melempangkan peluang ”pertarungan ulang (rematch)” antara Trump dan Presiden Joe Biden, bakal capres dari Partai Demokrat, pada pemilu presiden AS, 5 November 2024.
Dari 29 pemilihan internal (primary) dan kaukus Partai Republik yang diselenggarakan di sejumlah negara bagian AS beserta teritorial, Haley hanya menang di dua tempat, yaitu ibu kota nasional Washington DC dan Negara Bagian Vermont. Keduanya adalah wilayah dengan tingkat pendidikan dan kesejahteraan tertinggi di AS.
”Sudah waktunya saya mengakhiri kampanye. Saya tidak menyesal (dengan perjuangan ini),” kata Haley di kampung halamannya, Charleston, Negara Bagian South Carolina, Rabu (6/3/2024) waktu setempat.
Ia menekankan bahwa meskipun Trump kini menjadi satu-satunya calon dari Partai Republik, Haley tidak akan mendukungnya. ”Sekarang semua tergantung Trump untuk berusaha memperoleh dukungan orang-orang Partai Republik yang tidak menyokongnya,” tutur Haley.
Trump, seperti kebiasaannya di media sosial, mencemooh Haley. Ia mengejek bahwa sekuat apa pun Haley berusaha, perolehan suara perempuan mantan Dubes AS untuk PBB itu di internal Partai Republik tetap saja sedikit sekali.
Mayoritas kader dan pendukung Republikan berada di belakang Trump. Padahal, Trump sedang terlilit berbagai kasus pengadilan, mulai atas tuduhan mendalangi kerusuhan 6 Januari 2020 hingga penipuan pinjaman perbankan.
Biden siap tampung
Biden memanfaatkan peluang tersebut untuk merangkul para pendukung Haley. Ia mengulurkan tangan kepada mereka agar bergabung dengannya pada pilpres November.
Melalui pernyataan tertulis, Biden melontarkan pujian atas Haley, terutama keterbukaan Haley dalam mengkritik Trump yang menurutnya tidak amanah dengan nilai-nilai Partai Republik. ”Trump jelas mengatakan tidak menginginkan para pendukung Haley. Saya ingin berkata dengan jelas bahwa selalu ada tempat untuk mereka di dalam kampanye saya,” kata Biden.
Biden melanjutkan, para pendukung Haley tidak harus sepenuhnya setuju dengan dirinya. Menurut Biden, ikatan mereka dengan dia adalah sama-sama mengerti bahwa ekstremisme kanan berbahaya bagi demokrasi dan kebangsaan AS.
Wajah progresif
Haley adalah mantan Gubernur South Carolina yang kemudian ditunjuk Trump, yang memimpin AS periode 2017-2021, menjadi Duta Besar AS untuk PBB. Setelah satu tahun menjalankan jabatan itu, Haley memutuskan mundur dari PBB pada tahun 2018.
Ia kemudian fokus berkampanye supaya terpilih menjadi calon presiden dari Partai Republik. Di partai yang konservatif ini, Haley adalah wajah progresif. Ia seorang perempuan generasi kedua dari keluarga migran.
Kedua orangtua Haley berasal dari India. Mereka pindah ke AS sebagai tenaga kerja profesional, ayahnya dosen biologi dan ibunya pakar pendidikan.
Haley memutuskan mencoba jalan menjadi presiden karena ingin menunjukkan wajah baru dan progresif di Partai Republik. Visi dan misinya juga lebih global. Ia menginginkan agar AS kembali memperoleh kepercayaan dan wibawa di tataran internasional.
Haley mengkritik Trump dan Biden memiliki kebijakan luar negeri yang buruk sehingga terjadi perang dagang dan ketegangan dunia yang sebenarnya bisa dihindari. Haley juga mendukung komitmen AS untuk terus memberi bantuan kepada Ukraina yang sedang melawan invasi Rusia.
Trump melawan kampanye Haley secara personal. Ia banyak merendahkan status Haley sebagai perempuan dan keturunan migran sehingga dianggap tidak benar-benar murni orang AS.
Haley membalas dengan mengusulkan agar semua politikus berusia 70 tahun ke atas harus menjalani uji kesehatan mental guna memastikan pemikirannya masih tajam. ”Pilpres nanti akan mempertemukan dua orang sepuh, Trump dan Biden, yang tidak memahami kebutuhan nyata masyarakat AS,” ujar Haley.
Hans Noel, dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Georgetown, menjelaskan, para pendukung Haley adalah komunitas yang spesifik di Partai Republik. Mereka benar-benar tidak setuju dengan Trump, tetapi belum tentu pula mau mengalihkan suara ke Biden.
Jajak pendapat Universitas Quinnipac atas para pendukung Haley menunjukkan bahwa setengah dari mereka berpikir mungkin akan mendukung Trump. Sebanyak 37 persen mengaku akan beralih ke Biden dan 12 persen akan mencari kandidat independen atau malah memilih menjadi golongan putih.
”Saya tidak sanggup memikirkan negara ini kembali dipimpin Biden atau Trump. Sepertinya saya akan mencoblos Robert F Kennedy dari calon independen,” kata Ann Trudeau, warga Aurora, Colorado, yang pada tahun 2016 dan 2020 mencoblos Trump, kepada harian Washington Post. (AP/REUTERS)