Gen Z Jadi Andalan Ambisi Semikonduktor Vietnam
Vietnam butuh 50.000 insinyur untuk mengembangkan industri semikonduktor. Gen Z jadi andalan pengembangan itu.
Vietnam punya ambisi besar: mencetak 50.000 insinyur elektronika. Ambisi bagian dari menjadikan Vietnam salah satu produsen semikonduktor global. Generasi Z jadi tumpuan ambisi tersebut.
Pada Selasa (19/3/2024) di Hanoi, perwakilan Intel.Corp Vietnam, Phung Viet Thang, mengungkap kerja sama Intel dengan Kementerian Pendidikan Vietnam. Kerja sama itu bagian dari upaya Intel mencari pekerja Vietnam untuk industri semikonduktor dan sektor terkait.
Baca juga: Ambisi Semikonduktor AS Terhambat Faktor Internal
Industri semikonduktor menjadi salah satu fokus aras baru kemitraan Vietnam dengan Amerika Serikat. AS akan membantu Vietnam mengembangkan ekosistem industri, infrastruktur, dan keterampilan pekerja semikonduktor. Salah satu wujudnya adalah investasi 2 juta dollar AS untuk pelatihan perakitan, pengujian, dan pengemasan semikonduktor.
Intel menjadi pemain lama di Vietnam. Raksasa AS itu membangun pusat perakitan, pengemasan, dan pengujian semikonduktor di Vietnam. Intel mengatakan, fokus mereka di Vietnam akan tetap pada perakitan dan pengujian. Aktivitas itu bagian dengan nilai terendah dalam rantai pasok semikonduktor.
Bagi generasi Z Vietnam, industri semikonduktor telah menjadi bagian mimpi. Nguyen Pguong Linh (21), salah satu orang di kelompok tersebut. Mahasiswi teknik elektro pada Universitas Sains dan Teknologi Hanoi, Vietnam, awalnya mau jadi perancang semikonduktor. Kini, perempuan itu mau jadi dosen saja.
Hasrat Lihn dan anak muda Vietnam pada semikonduktor disorot AFP. Dalam laporan pada 15 Maret 2024, AFP menyorot gairah generasi Z atau Gen Z Vietnam pada industri semikonduktor.
Baca juga: China Siasati Larangan Pembelian Semikonduktor AI
Bagi Linh, menjadi dosen lebih menantang seiring dengan ambisi Vietnam menjadi pusat produsen semikonduktor dunia. Ia ingin mengajar dan melatih anak muda Vietnam pada industri tersebut.
Beberapa tahun ini, Vietnam sedang berusaha mengubah industrinya. Sampai sekarang, Hanoi dikenal sebagai asal produksi pakaian, sepatu, dan perabot murah.
Ke depan, Vietnam mau jadi produsen semikonduktor. Hanoi berharap para investor asing mau memindahkan usahanya dari Taiwan atau China ke Vietnam. Ambisi Vietnam ini cocok untuk Amerika Serikat yang sedang mencari produsen lain selain China. Presiden AS Joe Biden telah mengumumkan kesepakatan dukungan AS pada industri semikonduktor Vietnam.
Kekurangan insinyur
Ada masalah pokok untuk mewujudkan hasrat itu. Vietnam kekurangan insinyur dan tenaga terampil. ”Negara kita membutuhkan lebih banyak guru kalau mau menciptakan angkatan kerja yang lebih baik,” kata Linh.
Baca juga: Memahami ”Perang Semikonduktor” antara AS dan China
Technavio, lembaga riset pasar, menaksir pasar semikonduktor Vietnam diperkirakan akan tumbuh 6,5 persen per tahun. Angkanya bisa sampai 7 miliar dollar AS pada 2028. Peningkatan sebanyak itu akan butuh tambahan tenaga kerja.
Hanoi menaksir, butuh 20.000 insinyur terkait semikonduktor dalam lima tahun mendatang. Sementara dalam satu dekade ke depan, akan perlu sampai 50.000 orang.
Sejumlah perguruan tinggi Vietnam telah membuka program studi perancangan semikonduktor. Sayangnya, menurut dosen perancangan semikonduktor, Nguyen Duc Minh, setiap tahun Vietnam cuma bisa menghasilkan 500 insinyur bagi industri semikonduktor.
Wakil Perdana Menteri Vietnam Tran Luu Quang meminta tolong Samsung untuk membantu menggenjot jumlah itu. Namun, menurut peneliti tamu di Institut ISEAS-Yusof Ishak Singapura, Nguyen Khac Giang, rencana dan strategi menjalani ambisi para pemimpin Vietnam itu sulit dipahami.
Baca juga: Kecerdikan Vietnam dalam Hubungan Segitiga dengan AS dan China
Tidak jelas apakah Vietnam mau jadi seperti Samsung yang unggul di bidang semikonduktor atau hanya ingin menarik lebih banyak investasi untuk semikonduktor. ”Kalau mau jadi seperti Samsung, butuh banyak modal dan investasi,” ujar Giang.
Para ahli juga tampaknya tidak yakin pemerintah akan bisa menggapai ambisi 50.000 insinyur. Belum jelas juga insinyur sebanyak itu akan mengerjakan desain sip saja atau sekadar pekerjaan pabrik. ”Itu jumlah lulusan yang sangat besar. Kami belum melihat apakah industri ini memang butuh lulusan sebanyak itu,” kata dosen perancangan semikonduktor Pham Nguyen Thanh Loan.
Bagi para ahli, sebenarnya yang lebih penting dilakukan adalah investasi dalam pelatihan berkualitas. Dengan pelatihan ini, para siswa akan memperoleh keterampilan praktis yang diminta oleh perusahaan-perusahaan terkemuka dunia.
Minh menyarankan agar pemerintah lebih banyak berinvestasi dalam infrastruktur dan peralatan agar siswa bisa langsung praktik. Teori di dalam ruang kelas saja tidak akan cukup.
Baca juga: Industri Semikonduktor, Perisai dan Rantai Taiwan di Tengah Rivalitas AS-China
Setelah lulus, para siswa juga didorong untuk tetap bekerja di dalam negeri. Biasanya, lulusan-lulusan terbaik akan memilih bekerja di luar negeri dengan alasan gaji dan kesempatan berkembang yang lebih baik.
Biasanya, anak-anak muda akan memilih bekerja di Taiwan. Giang mengakui hal ini. ”Jujur saja, gaji di Vietnam cukup rendah. Bahkan, bagi mereka yang memiliki keterampilan sangat tinggi,” ujarnya.
Linh juga mengakui ingin ke luar negeri. Akan tetapi, alasannya untuk belajar dan mendapatkan koneksi yang lebih baik di industri semikonduktor. Selesai belajar, dia tetap akan kembali ke negaranya.
Temannya, Son, berbeda impian. ”Saya bisa banyak belajar, kemudian tinggal di luar negeri selama beberapa tahun. Peluangnya juga lebih banyak di luar Vietnam,” ujarnya. (REUTERS/AFP)