Siprus Jadi Titik Krusial dalam Percepatan Bantuan via Laut ke Gaza
PBB dan sejumlah negara membahas cara tercepat mengirim bantuan ke Gaza melalui jalur laut, memanfaatkan posisi Siprus.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
LARNACA, JUMAT — Para pejabat dari 36 negara dan badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa menggelar pertemuan di Siprus guna mencari cara mempercepat penyaluran bantuan ke Jalur Gaza lewat jalur laut. Sementara citra satelit PBB menunjukkan 35 persen bangunan di Jalur Gaza rusak akibat serangan Israel.
”Kami sedang mendiskusikan agar kami dapat memaksimalkan kapasitas operasional, baik dalam hal pemberangkatan maupun sarana transportasi, serta terkait dengan cara penerimaan dan distribusi,” kata Menteri Luar Negeri Siprus Constantinos Kombos, Kamis (21/3/2024).
Pertemuan tersebut dihadiri, antara lain, Koordinator Senior Kemanusiaan dan Rekonstruksi PBB untuk Gaza Sigrid Kaag dan Kepala Staf Dewan Keamanan Nasional AS Curtis Ried.
Penyaluran bantuan untuk warga Palestina di Jalur Gaza lewat jalur laut menjadi alternatif. Lantaran letak geografisnya, yakni di tengah Laut Tengah yang dekat ke Gaza, Siprus memegang peran penting sebagai titik penyaluran bantuan lewat laut.
Sejak perang antara Hamas dan Israel berkecamuk mulai 7 Oktober 2023, Israel memblokade dan memeriksa ketat atas truk-truk bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza.
Kombos mengatakan, tujuan pertemuan di negaranya adalah untuk mengirim sebanyak mungkin kapal-kapal pengangkut bantuan kemanusiaan ke Gaza dengan memanfaatkan posisi geografis Siprus di kawasan.
Dia mengakui, memang ada keterbatasan dalam hal kemampuan menerima dan mendistribusikan bantuan lewat jalur laut ini. Meski demikian, jalur bantuan ini menjadi alternatif yang tersedia—selain lewat udara—di tengah tersendatnya jalur bantuan lewat darat ke Gaza.
Sebelum pecah perang, jumlah truk yang masuk ke Jalur Gaza mencapai 500 truk. Begitu perang meletus, jumlah truk pengangkut bantuan ke Jalur Gaza menurun drastis.
PBB mencatat, lebih dari 500.000 warga Gaza menderita kekurangan pangan. Kondisi paling buruk karena warga kekurangan pangan terjadi di Gaza Utara. Badan-badan PBB dan sejumlah negara mencoba mencari jalur alternatif pengiriman bantuan dan distribusi.
Sejumlah negara, seperti Jordania, AS, Mesir, Qatar, Perancis, dan Uni Emirat Arab, mengirimkan bantuan kemanusiaan lewat udara. Pekan lalu, AS berinisiatif membangun dermaga temporer di lepas pantai Gaza.
Dermaga temporer itu menjadi infrastruktur untuk penyaluran bantuan kemanusiaan yang diberangkatkan dari Siprus. Berdasarkan perjanjian yang disepakati dengan Israel, kapal kargo pengangkut bantuan akan diperiksa lebih dulu oleh tim Israel di Siprus.
Pemeriksaan di awal akan menghilangkan pemeriksaan di titik pembongkaran terakhir. Hal itu akan menghilangkan potensi penundaan pengiriman bantuan ke Gaza.
Dilaporkan Al Jazeera, satu kapal kargo pengangkut bantuan makanan yang dikoordinasi lembaga nonprofit World Central Kitchen (WCK) berangkat dari Pelabuhan Larnaca di Siprus pada 12 Maret 2024. Dua kapal lainnya diperkirakan berangkat dalam beberapa hari mendatang, tergantung kondisi cuaca.
Kombos menambahkan, delegasi juga akan membahas pendanaan untuk mengoordinasikan inisiatif kegiatan operasional tersebut. Ia juga mengklarifikasi, pertemuan tersebut bukanlah konferensi donor.
Saat ditanya jumlah kapal pembawa bantuan yang akan meninggalkan Ciprus, Kombos mengatakan, sebanyak mungkin. ”Kita harus ingat ada keterbatasan dalam penerimaan dan distribusi. Intinya bukan hanya sekadar menimbun bantuan di sini, tetapi tentang penyelesaian yang cepat sehingga kita dapat bekerja seefisien mungkin,” katanya.
Kehancuran Gaza
Sementara sejumlah negara mencari cara mempercepat pengiriman bantuan, PBB mengungkapkan, 35 persen bangunan di Jalur Gaza sudah hancur atau rusak akibat serangan Israel di enklav itu. Hal ini terekam dari citra satelit.
Bangunan-bangunan di Jalur Gaza hancur luluh lantak akibat gempuran membabi buta oleh militer Israel. Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan, hampir 32.000 warga Gaza tewas. Di sisi Israel, serbuan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan sekitar 1.200 orang.
Pusat Satelit PBB, UNOSAT, dengan menggunakan citra satelit resolusi tinggi, mengambil citra pada 29 Februari 2024. Citra itu kemudian dibandingkan dengan citra yang diambil sebelum dan sesudah berlangsungnya konflik terbaru.
Dari perbandingan tersebut, ditemukan 35 persen dari seluruh bangunan di Jalur Gaza atau sebanyak 88.868 bangunan telah rusak atau hancur. Dari jumlah tersebut, sebanyak 31.198 bangunan hancur, 16.908 bangunan rusak berat, dan 40.762 bangunan rusak sedang.
UNOSAT mengatakan, jumlah ini menunjukkan adanya peningkatan hampir 20.000 bangunan rusak dibandingkan penilaian sebelumnya berdasarkan gambar yang diambil pada Januari 2024. Penilaian gambar pada Januari itu menunjukkan 30 persen dari seluruh bangunan di Gaza rusak atau hancur.
Menurut UNOSAT, Khan Younis dan Gaza mengalami kerusakan paling signifikan. Di Khan Younis, sebanyak 12.279 bangunan tambahan rusak dan di Gaza ada tambahan 2.010 bangunan yang rusak. (REUTERS)