Rusia Tuding Ukraina Terlibat Serangan di Dekat Moskwa, Korban Tewas Jadi 133 Orang
Rusia menangkap 11 tersangka pelaku serangan terorisme yang menewaskan 133 orang. Rusia menuding Ukraina terlibat.
MOSKWA, SABTU — Sedikitnya 133 orang tewas dalam serangan berdarah di gedung konser dekat Moskwa, Rusia. Sampai sejauh ini 11 tersangka, yang diduga anggota kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah atau NIIS, sudah ditahan. Sebelumnya, NIIS mengaku bertanggung jawab atas serangan yang paling mematikan di Rusia dalam 20 tahun terakhir.
Baca juga: Klaim AS Tahu Rencana Serangan di Dekat Moskwa Picu Kecurigaan Rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, para tersangka sedang menuju ke arah perbatasan Rusia-Ukraina dan hendak menyeberangi perbatasan. Ia menyebut, ada beberapa orang dari sisi Ukraina yang memperbolehkan para tersangka masuk dari arah Rusia.
”Mereka hendak bersembunyi dan masuk ke Ukraina. Dari data sementara yang kami terima, ada beberapa orang dari sisi Ukraina yang membantu mereka menyeberang,” kata Putin, Sabtu (23/3/2024).
Untuk menghormati para korban serangan, Pemerintah Rusia menetapkan tanggal 24 Maret sebagai hari berkabung.
Putin menyebut para pelaku serangan tergabung dalam terorisme internasional. Dia menegaskan, Rusia siap bekerja sama dengan negara mana pun yang mau bersama-sama Rusia melawan terorisme.
”Siapa saja yang berada di balik serangan ini, para pelakunya, dan siapa pun yang memerintahkan serangan ini akan diadili dan dihukum. Siapa pun mereka dan siapa pun yang menyuruh mereka,” kata Putin.
NIIS mengeluarkan foto yang menggambarkan ada empat pelaku serangan di gedung konser itu. Foto itu dikeluarkan kelompok itu melalui Telegram.
Baca juga: Serangan Berdarah atas Konser di Dekat Moskwa, Sedikitnya 60 Orang Tewas
Dari 11 orang yang ditahan itu, empat orang di antaranya diyakini teroris. Badan Keamanan Federal Rusia (FSB), lembaga pengganti KGB pada era Soviet, sudah menginterogasi para tersangka dan sedang mengidentifikasi para pelaku lainnya. Dari rekaman video proses investigasi para tersangka, mereka dicecar serentetan pertanyaan.
Suara mereka terdengar beraksen Rusia. Salah satu tersangka mengaku terbang dari Turki pada 4 Maret 2024 dan menerima instruksi dari orang yang tidak dikenal di aplikasi pesan Telegram. Oleh orang itu, dia disuruh menyerang gedung konser itu dengan imbalan uang, tetapi tidak disebutkan besaran uangnya.
Sepanjang proses investigasi, suara si tersangka bergetar. Dalam rekaman gambar pada awal video, dia terlihat sedang tengkurap di lantai dengan kedua tangan di belakang. Di bawah dagunya terlihat sepatu bot dan seragam kamuflase. Dia kemudian disuruh bersimpuh. Ada lagi seorang tersangka berwajah penuh luka yang diinterogasi dengan bantuan penerjemah.
Meski Rusia yakin Ukraina terlibat dalam serangan ini, sampai sejauh ini belum ada bukti-bukti yang mendukungnya. ”Saya tegaskan: Ukraina sama sekali tidak terlibat dalam serangan itu,” kata penasihat presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak.
Baca juga: Cikal Bakal NIIS di Rusia, Mengapa Mereka Serang Jantung Pemerintahan Putin?
FSB menyatakan keempat teroris itu ditangkap ketika mobilnya sedang mengarah ke perbatasan Rusia-Ukraina. Mereka diketahui berhubungan dengan beberapa orang di Ukraina. Mereka juga dibawa masuk ke Moskwa.
Anggota parlemen Rusia, Alexander Khinshtein, mengatakan, para pelaku melarikan diri dengan mobil berjenama Renault. Mereka lalu dikejar polisi di wilayah Bryansk, 340 kilometer dari Moskwa, karena tidak mau berhenti ketika disuruh berhenti. Di dalam mobil pelaku ditemukan pistol, magasin untuk senapan serbu, dan paspor Tajikistan.
Seperti diberitakan Kompas.id, Sabtu, dalam serangan itu ada sekelompok orang yang berpakaian kamuflase menembakkan senjata otomatis ke arah kumpulan massa penonton konser kelompok rock era Soviet, Picnic, di Crocus City Hall, pinggiran sebelah barat Moskwa.
Baca juga: Rusia-Ukraina Saling Tuding Gara-gara Pesawat Jatuh di Belgorod
Saat serangan terjadi, penonton memadati ruangan teater berkapasitas 6.200 kursi tersebut. Penonton sudah duduk di kursi masing-masing dan pertunjukan konser akan dimulai ketika tiba-tiba sedikitnya lima pria bersenjata menembaki mereka.
Dari video yang terverifikasi, begitu pria bersenjata tersebut menembaki penonton, penonton segera berlarian menuju pintu keluar. Sejumlah korban tergeletak di lantai, tak berdaya dan bersimbah darah.
”Tiba-tiba saja terdengar ledakan di belakang, ada tembakan-tembakan. Rentetan tembakan, saya tidak tahu (tembakan) apa itu,” ujar seorang saksi mata yang tak mau disebut identitasnya kepada Reuters. ”Mulailah saling injak. Semua berlarian menuju eskalator. Semua orang menjerit, semua orang berlarian,” ujarnya.
Tuduhan Moskwa
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan, kini mereka mengetahui rencana persembunyian di Ukraina. Anggota parlemen Rusia, Andrei Kartapolov, mengatakan, jika Ukraina memang benar terlibat, Rusia harus menyerang Ukaina dengan lebih keras.
Amerika Serikat, Eropa, China, dan negara-negara Arab serta banyak negara mantan anggota Soviet menyampaikan simpatinya ke Rusia. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mengecam serangan teroris yang disebut kejam dan pengecut itu.
AS memiliki informasi intelijen yang mengonfirmasi klaim NIIS bertanggung jawab atas serangan itu. Pejabat AS yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, AS sudah memperingatkan Rusia dalam beberapa pekan terakhir kemungkinan terjadinya serangan.
Kedutaan AS di Rusia, dua pekan lalu, sudah mengeluarkan peringatan bahwa ada kelompok ekstremis yang berencana melakukan serangan di Moskwa. Beberapa jam sebelum peringatan kedutaan AS itu, FSB mengatakan pihaknya telah menggagalkan serangan terhadap sinagoge di Moskwa oleh afiliasi NIIS di Afganistan.
Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Masih Akan Lama
Kelompok yang dikenal sebagai NIIS-Khorasan atau ISIS-K itu berupaya mendirikan kekhalifahan di Afganistan, Pakistan, Turkmenistan, Tajikistan, Uzbekistan, dan Iran. Putin mengubah arah perang saudara di Suriah dengan terlibat dalam perang atas permintaan Presiden Bashar al-Assad pada 2015. Rusia mendukung Assad melawan oposisi dan NIIS.
”NIIS-K sering mengkritik Putin dalam propagandanya,” kata Colin Clarke dari lembaga penelitian Soufan Center.
Bukan kali ini saja Rusia menjadi sasaran serangan NIIS. Sebelumnya, pada Oktober 2015, NIIS pernah meledakkan pesawat komersial dengan bom ketika terbang di wilayah udara Sinai. Akibatnya, 224 orang tewas, mayoritas wisatawan Rusia yang baru kembali dari Mesir.
Kelompok itu juga mengklaim melakukan beberapa serangan di Kaucasus dan daerah-daerah lain di Rusia dalam beberapa tahun terakhir. Mereka juga diketahui merekrut anggota dari Rusia dan daerah lain di negara bekas anggota Uni Soviet. (REUTERS/AP)