Polisi Baik Bukan Mitos, 90 Detik Paling Genting di Jembatan Baltimore
Berpacu dengan waktu dalam 90 detik, polisi di Baltimore, AS, menjadi pahlawan berkat kesiagaan dan kegesitan bertindak.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
Polisi yang sedang jaga malam di sekitar Jembatan Francis Scott Key, Baltimore, Maryland, Amerika Serikat, tiba-tiba mendapat panggilan darurat dari radio pada Selasa (26/3/2024) dini hari waktu setempat atau Selasa menjelang sore waktu Indonesia. Saat itu, jam di sana menunjukkan pukul 01.27.
Kapal kargo Dali dengan panjang 289 meter dan berbobot 95.000 gros ton mengalami mati mesin dan hilang kendali. Kapal berbendera Singapura itu meluncur secepat 15 kilometer per jam terseret arus. Dari kejauhan, kapal terlihat akan segera menabrak pilar penyangga jembatan yang terletak 2,6 kilometer di depannya.
Polisi hanya punya waktu kurang dari 90 detik untuk mengosongkan Jembatan Francis Scott Key dengan menghentikan kendaraan yang akan melintas dari dua arah. Jembatan yang diresmikan pada 1977 itu membentang sepanjang 2,6 km di atas Sungai Patapsco.
”Kalian harus segera bergerak ke ujung jembatan, satu di utara dan satu di selatan. Tahan semua kendaraan yang akan melintas,” perintah seorang polisi yang segera dijalankan rekan-rekannya.
Salah satu dari polisi itu kemudian berbicara lagi lewat radio dengan nada khawatir. ”Sepertinya ada beberapa orang yang sedang bekerja di jembatan,” katanya.
Saat itu ada delapan pekerja proyek di atas jembatan. Mereka tengah duduk-duduk di atas mobil untuk istirahat sejenak dan makan.
Pukul 01.28, polisi yang di awal memerintahkan rekannya agar segera menuju ujung jembatan memberi perintah tambahan agar pekerja itu segera diperingatkan untuk menjauhi jembatan. Salah satu polisi menjawab akan segera ke sana setelah menghentikan lalu lintas. Namun, tak sampai 10 detik kemudian, musibah itu terjadi.
”C-13 dispatch! Jembatan baru saja runtuh!” kata salah satu polisi berteriak panik. ”Siapa pun, semuanya, seluruh jembatan baru saja ambruk.”
Enam hilang
Delapan pekerja itu jatuh dari ketinggian 56 meter saat jembatan ambruk. Mereka tercebur ke sungai yang dinginnya 8 derajat celsius. Petugas penyelamat berhasil menemukan dua orang di antaranya. Setelah menjalani perawatan di rumah sakit, satu orang diizinkan pulang.
Hingga Kamis (28/3/2024), enam orang belum ditemukan. Mereka adalah pekerja migran asal Guatemala, Honduras, dan Meksiko. Petugas berwenang menyebut, enam korban itu kemungkinan besar telah meninggal mengingat suhu sungai yang amat dingin.
Wali Kota Baltimore Brandon Scott menyebut runtuhnya jembatan Francis Scott Key sebagai tragedi yang amat mengejutkan. Adapun Gubernur Maryland Wes Moore menyampaikan dukacita yang mendalam kepada keluarga para korban.
Moore juga mengapresiasi polisi yang merespons cepat panggilan darurat pada dini hari itu. ”Dengan menghentikan kendaraan melintas ke jembatan, orang-orang ini adalah pahlawan, mereka menyelamatkan banyak nyawa tadi malam,” katanya.
Jembatan Francis Scott Key membentang dekat mulut Teluk Chesapeake. Kapal-kapal yang akan masuk Pelabuhan Baltimore biasanya antre di teluk itu. Kini, puing jembatan menutup satu-satunya akses dari dan ke pelabuhan. Pembangunan kembali jembatan tersebut diperkirakan memakan biaya 600 juta dollar AS.
Kapal yang sama
Dali, kapal yang menabrak Jembatan Francis Scott Key, dioperasikan oleh Synergy Marine Group. Menurut perusahaan itu, kapal tersebut diawaki 22 orang. Satu anak buah kapal mengalami luka ringan akibat kecelakaan tersebut.
Kapal itu dimiliki Grace Ocean Private Ltd yang bermarkas di Singapura. Saat kejadian, Dali tengah disewa perusahaan peti kemas raksasa asal Denmark, Maersk, untuk menangkut peti kemas dari Pelabuhan Baltimore menuju Kolombo, Sri Lanka.
Pada 2016, Dali juga mengalami kecelakaan di Pelabuhan Antwerp, Belgia. Kapal itu menabrak dermaga saat akan keluar dari pelabuhan peti kemas North Sea.
Laman Equasis, yang menampilkan informasi terkait kapal, menyebutkan, hasil inspeksi di San Antonio, Chile, menunjukkan, kapal itu pernah mengalami masalah di mesin yang mengakibatkan kekurangan daya dorong. (AP/REUTERS)