Dubai Berupaya ”Mengeringkan Diri” Setelah Banjir Terparah
Hujan sangat deras itu disebut sebagai ”peristiwa cuaca bersejarah”, melampaui data apa pun yang tercatat sejak 1949.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
DUBAI, RABU — Otoritas Uni Emirat Arab berupaya ”mengeringkan diri” setelah dilanda banjir akibat hujan paling deras yang tercatat sejarah negara itu. Banjir tersebut merendam jalan-jalan raya di pusat kota dan Bandara Internasional Dubai, membuat bandara tersibuk di dunia itu ditutup sementara.
Kantor berita milik pemerintah, WAM, Rabu (17/4/2024), menyebut hujan sangat deras itu sebagai ”peristiwa cuaca bersejarah” yang melampaui ”apa pun yang tercatat sejak pengumpulan data pada 1949”. Pencatatan itu bahkan sebelum cadangan minyak mentah ditemukan di Uni Emirat Arab.
Akibat hujan deras dan banjir, sekolah-sekolah ditutup. Para pegawai pemerintah bekerja dari rumah. Otoritas mengirimkan truk pompa ke jalan-jalan raya untuk memompa air. Banjir juga menggenangi sejumlah hunian.
Menurut data meteorologi yang dikumpulkan Bandara Internasional Dubai, hujan mulai turun pada Senin (15/4/2024) malam waktu setempat. Curah hujan mencapai 20 milimeter. Hujan semakin deras sejak pukul 21.00 waktu setempat dan terus turun sepanjang hari berikutnya.
Hingga Selasa malam, curah hujan lebih dari 142 milimeter turun dan merendam Dubai selama lebih dari 24 jam. Rata-rata curah hujan per tahun di Uni Emirat Arab mencapai 94,7 milimeter.
Polisi menyebut, setidaknya satu orang dilaporkan tewas akibat bencana tersebut. Seorang pria berusia 70 tahun terjebak di dalam mobil yang tersapu banjir di Ras Al-Khaimah, satu dari tujuh emirat di negara itu.
Orang-orang tidur di stasiun kereta bawah tanah. Orang-orang tidur di bandara.
Mobil-mobil terjebak banjir di jalan raya. Para calon penumpang pesawat diimbau untuk tidak menuju ke bandara. ”Penerbangan masih ditunda dan dialihkan. Kami sedang bekerja keras memulihkan operasional secepat mungkin di tengah kondisi yang menantang,” kata seorang juru bicara Bandara Internasional Dubai.
Genangan air terempas di taxiway saat pesawat mendarat. Kedatangan pesawat telah dihentikan sejak Selasa malam. Video-video yang beredar menunjukkan pesawat-pesawat seakan-akan mendarat di sungai karena landasan tertutup genangan air.
Maskapai penerbangan Emirates membatalkan semua pendaftaran penerbangan pada Rabu. Para staf dan penumpang sudah berjuang keras untuk sampai ke bandara di tengah jalanan yang banjir dan layanan kereta bawah tanah dihentikan. Di bandara terjadi penumpukan penumpang.
Dua penumpang yang berbicara kepada kantor berita AFP dengan syarat anonim mengungkap, situasi di bandara benar-benar parah. ”Kami tidak bisa mendapatkan taksi. Orang-orang tidur di stasiun kereta bawah tanah. Orang-orang tidur di bandara,” katanya.
Pihak berwenang Bandara Internasional Dubai hingga Rabu pagi waktu setempat mengakui, banjir membuat pilihan mereka amat terbatas. ”Pemulihan butuh beberapa waktu,” sebut bandara di media sosial X.
CEO Bandara Internasional Dubai Paul Griffits mengatakan, masalah banjir belum selesai hingga Rabu. Setiap tempat untuk parkir pesawat dengan aman sudah penuh. Beberapa pesawat dialihkan ke Bandara Internasional Al Maktoum di Dubai World Central, bandara kedua Uni Emirat Arab.
”Situasinya masih benar-benar menantang. Sepanjang ingatan, saya kira tidak ada yang pernah mengalami kondisi ini,” kata Griffits.
Kementerian Luar Negeri mengimbau warga Indonesia yang berada di Dubai untuk meningkatkan kewaspadaan dan terus memantau perkembangan situasi. ”Bagi Anda yang terjadwal melakukan penerbangan dari atau menuju Dubai agar segera menghubungi maskapai atau agen perjalanan untuk mendapatkan kabar terbaru penerbangan Anda,” sebut Kemenlu.
Pembibitan awan
Tak hanya di Dubai, hujan deras juga turun di Bahrain, Oman, Qatar, dan Arab Saudi. Namun, hujan terparah turun di Uni Emirat Arab. Salah satu alasannya kemungkinan adalah pembibitan awan. Pesawat-pesawat kecil diterbangkan oleh pemerintah melintasi awan dengan membakar garam khusus. Suar dari pembakaran itu bisa meningkatkan penguapan.
Sejumlah laporan mengutip ahli meteorologi di Pusat Meteorologi Nasional mengungkap, mereka menerbangkan enam atau tujuh penerbangan untuk pembibitan awan sebelum hujan. Lembaga itu belum merespons pertanyaan dari kantor berita Associated Press hingga Rabu.
Uni Emirat Arab mengandalkan desalinasi untuk menyediakan air bersih. Pembibitan awan dilakukan untuk meningkatkan air tanah yang terbatas.
Hujan terhitung jarang terjadi di Uni Emirat Arab yang kering. Namun, hujan turun secara periodik saat bulan-bulan musim dingin. Lantaran jarang hujan, drainase di jalanan dan area lain pun kurang sehingga terjadi banjir.
Di Oman, tetangga Uni Emirat Arab, dilaporkan sedikitnya 19 orang tewas akibat hujan deras dalam beberapa hari terakhir. Komite Nasional untuk Manajemen Bencana Oman, Rabu, menyebut, korban tewas termasuk 10 siswa sekolah yang hanyut setelah kendaraan yang mereka tumpangi tersapu banjir.
Dalam beberapa hari terakhir, Kazakhstan telah mengevakuasi hampir 117.000 orang akibat banjir. Pemerintah Kazakhstan, Rabu (17/4/2024), menyebut banjir di bagian utara negara itu sebagai bencana nasional.
Rusia juga dilanda banjir terburuk sepanjang ingatan warganya. Sungai-sungai di wilayah Ural dan Siberia meluap dengan cepat. Bencana banjir disebabkan cepatnya salju mencair di tengah hujan deras. (AP/AFP/REUTERS)