Uni Emirat Arab adalah salah satu lokasi terkering di bumi. Negeri tersebut menjadi pelopor dalam pembibitan awan hujan.
Oleh
IWAN SANTOSA
·3 menit baca
DUBAI, KAMIS — Kota Dubai, Uni Emirat Arab, masih separuh lumpuh akibat hujan angin dahsyat selama dua hari yang memicu banjir. Hingga Kamis (18/4/2024), penerbangan di Bandara Internasional Dubai, bandara tersibuk di dunia, masih terganggu.
Mobil–mobil masih terjebak di jalanan yang tergenang air. Curah hujan selama dua hari tersebut sama dengan curah hujan selama satu setengah tahun dalam keadaan normal.
Kantor berita WAM menyebut, hujan pada Selasa (16/4/2024) adalah peristiwa bersejarah sejak pencatatan cuaca di Dubai tahun 1949. Hujan mendera Dubai sejak Senin petang waktu setempat dengan curah hujan 20 milimeter yang mulai menggenangi jalan raya-jalan raya dan padang pasir.
Pada Senin malam, curah hujan mencapai 142 milimeter. Sebagai pembanding, curah hujan tahunan tercatat 94,7 milimeter di Bandara Internasional Dubai.
Otoritas Bandara Internasional Dubai mengatakan, pelayanan mengalami gangguan setelah hujan menimbulkan genangan di landas pacu. Bandara mulai menerima kedatangan penumpang di Terminal 1 yang digunakan maskapai internasional. Beberapa penerbangan terjadwal masih mengalami penundaan ataupun gangguan.
Koran setempat, Khaleej Times, melaporkan, banyak warga meninggalkan kendaraan mereka yang terjebak genangan air di jalan. ”Saya terpaksa meninggalkan mobil di jalan karena permukaan air terus naik,” kata seorang warga.
Cuaca buruk di Dubai, selain memicu banjir, juga mengakibatkan putusnya aliran listrik dan gangguan penerbangan. Landas pacu dan jalan raya digenangi air yang mengalir deras bak sungai.
Presiden Uni Emirat Arab Mohammad bin Zayed Al-Nahyan mengatakan, keselamatan dan keamanan warga menjadi prioritas Pemerintah Uni Emirat Arab dalam tanggap bencana saat ini. Dia mengarahkan bantuan bagi para korban bencana dan memerintahkan evakuasi keluarga terdampak banjir ke daerah aman. Dia juga memerintahkan segera mengkaji kelaikan infrastruktur di Dubai.
Pusat Meteorologi UEA membantah tudingan bahwa rekayasa cuaca berupa pembibitan awan memicu hujan badai yang menghantam Dubai. ”Tidak ada pembibitan awan,” kata Habib Ahmed, ahli meteorologi senior Stasiun Cuaca Uni Emirat Arab.
Dia mendesak warga agar tidak mempercayai informasi sesat yang beredar. Para pakar cuaca menilai, situasi akan membaik dalam beberapa hari ke depan walau masih ada cuaca berawan.
Dilaporkan cuaca buruk tersebut juga mengakibatkan 20 orang tewas di Oman, negara tetangga Uni Emirat Arab. Hujan dan badai sebelumnya menghantam Oman lalu bergerak ke arah Dubai.
Uni Emirat Arab adalah salah satu lokasi paling kering di bumi. Negeri tersebut menjadi salah satu pelopor dalam pembibitan awan untuk memicu hujan. Dugaan soal perubahan iklim memicu hujan badai di Oman dan Dubai menjadi perhatian para peneliti.
Menurut prakirawan cuaca di Pusat Meteorologi UAE, Esraa Alnaqbi, tekanan rendah di bagian atas atmosfer berbarengan dengan tekanan rendah di permukaan bumi menimbulkan tekanan di udara. Tekanan tersebut membuat perbedaan ekstrem suhu udara panas di permukaan dan udara dingin di bagian atas atmosfer. Itu menjadi pemicu hujan badai.
Fenomena abnormal tersebut bukan tidak mungkin terjadi pada April karena pada masa pancaroba tekanan udara berubah drastis. Dia menduga perubahan iklim juga bisa menjadi pemicu kondisi cuaca ekstrem tersebut.
”Hujan dari badai di Uni Emirat Arab beberapa hari terakhir terlihat menguat lalu diikuti udara panas. Ini semakin sering terjadi di bumi yang memanas suhunya,” kata Dim Coumou, pakar cuaca ekstrem pada Universitas Vrije Amsterdam, Belanda.
Gabi Hegerl, ahli cuaca di Universitas Edinburgh, Skotlandia, mengatakan, curah hujan ekstrem di Uni Emirat Arab dan Oman akan rutin terjadi di banyak tempat sebagai dampak perubahan iklim. (Reuters)