Korut Jajal Ketangguhan Rudal Jelajah Strategis dan Rudal Antipesawat
Foto media Korut memperlihatkan dua rudal ditembakkan dari truk peluncur dan diyakini mampu membawa hulu ledak nuklir.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
PYONGYANG, SABTU — Korea Utara kembali menguji kemampuan persenjataannya dengan meluncurkan rudal jelajah strategis dengan hulu ledak ”superbesar” dan rudal antipesawat di wilayah pesisir barat Laut Korea, Jumat (19/4/2024). Kedua rudal ini diyakini mampu membawa hulu ledak nuklir.
Laporan kantor berita Korea Utara, KCNA, Sabtu (20/4/2024), menyebut Administrator Rudal Korea Utara menguji rudal jelajah strategis baru, Hwasal-1 Ra-3, dan rudal antipesawat, Pyoljji-1-2, sepanjang Jumat sore waktu setempat. Dalam laporannya, Sabtu, KCNA menyebut tujuan uji coba rudal itu telah tercapai tanpa memberikan perincian lebih detail.
Sejumlah foto yang dirilis oleh KCNA memperlihatkan dua rudal ditembakkan dari truk peluncur di sebuah landasan pacu. Tidak dijelaskan secara detail lokasi uji coba peluncuran dua rudal itu.
”Militer kami telah memantau dengan cermat tanda-tanda provokasi dan aktivitas militer Korea Utara sambil mempertahankan postur pertahanan gabungan yang kuat,” demikian pernyataan militer Korea Selatan, Sabtu, yang dikutip laman kantor berita Korea Selatan, Yonhap.
Uji coba ini merupakan uji coba peluncuran rudal keempat yang diketahui publik sejak Januari 2024. Uji coba pada Jumat kemarin pernah dilakukan pada awal Februari 2024 meski saat itu Korut tidak menyebutkan secara spesifik nama rudal jelajah atau rudal antipesawat yang diuji coba.
Meski demikian, dengan menguji coba dua rudal yang sama dalam rentang waktu yang berbeda bisa dipahami bahwa Korut mungkin mengalami kemajuan teknologi setelah menguji sistem yang sama selama beberapa pekan.
Dengan menguji coba dua rudal yang sama dalam rentang waktu berbeda, bisa dipahami, Korut mungkin mengalami kemajuan teknologi setelah menguji sistem yang sama selama beberapa pekan.
Dalam laporannya, KCNA bersikeras bahwa uji coba yang dilakukan oleh Korut adalah bagian dari kegiatan pengembangan militer reguler negara tersebut dan tidak ada hubungan dengan situasi geopolitik dan geostrategi lingkungan sekitarnya.
”Kedua uji coba itu merupakan bagian dari kegiatan rutin pemerintah dan lembaga ilmu pertahanan yang berafiliasi dengannya untuk mengembangkan berbagai aspek dalam teknologinya, seperti kinerja taktis dan teknis serta pengoperasian sistem senjata jenis baru. Hal ini tidak tidak ada hubungannya dengan situasi sekitar,” kata Administrator Rudal Korut, seperti dilaporkan KCNA.
Ketegangan di Semenanjung Korea semakin meningkas, beberapa tahun terakhir, setelah Pemimpin Korut Kim Jong Un unjuk kemampuan militer dan persenjataan negaranya. Ia memerintahkan berbagai uji coba rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak nuklir.
Waktu antaruji coba itu semakin dekat: dari enam bulan sekali kini menjadi satu bulan sekali atau kurang dari itu pada tahun 2024 ini. Menurut catatan militer Korea Selatan, Korut telah melakukan enam kali uji coba peluncuran rudal jelajah dalam kurun waktu empat bulan terakhir.
Menurut catatan militer Korea Selatan, Korut telah melakukan enam kali uji coba peluncuran rudal jelajah dalam kurun waktu empat bulan terakhir.
Ketegangan semakin meningkat setelah Korut menutup pintu rekonsiliasi dengan Korsel. Pyongyang membubarkan sejumlah organisasi yang bekerja untuk mengelola hubungan dengan Seoul, seperti Komite Reunifikasi Damai Negara, Biro Kerja Sama Ekonomi Nasional dan Administrasi Pariwisata Internasional.
Kim Jong Un bahkan memerintahkan dimasukkannya Korsel sebagai musuh nomor satu negara dalam konstitusinya.
Pemerintah Korsel bersama sekutunya, yakni Amerika Serikat dan Jepang, merespons sikap Pyongyang dengan mengintensifkan latihan militer gabungan mereka, khususnya untuk mengasah strategi pencegahan.
Rudal jelajah merupakan salah satu dari sekian banyak senjata Korut yang dirancang untuk mengalahkan pertahanan rudal regional. Rudal-rudal tersebut melengkapi jajaran rudal balistik Korut, termasuk rudal balistik antarbenua yang ditujukan ke Benua Amerika. Uji coba terbaru rudal jelajah Korut memperlihatkan kemampuannya mencapai pangkalan militer AS di Guam yang berjarak 4.000 kilometer.
Para analis mengatakan, teknologi rudal antipesawat adalah bidang yang bisa memberikan keuntungan bagi Pyongyang bila Korut bekerja sama erat dengan Rusia, pesaing strategis AS. Washington dan Seoul telah berulang kali menuding Pyongyang, bersama Iran, menyediakan peluru artileri dan peralatan lainnya ke Rusia untuk membantu invasi mereka ke Ukraina.
Uji coba rudal jelajah Hwasal-1 Ra-3 dan rudal antipesawat Pyoljji-1-2 dilakukan tidak lama setelah Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield melakukan perjalanan ke Korsel dan Jepang. Kunjungan diplomat senior Departemen Luar Negeri AS itu adalah untuk mencari tindakan alternatif setelah Dewan Keamanan PBB gagal memperluas mandat panel ahli yang ditugaskan untuk memantau penegakan sanksi atas program nuklir dan rudal Korut.
Selama kunjungan ke zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, Selasa (16/4/2024), Thomas-Greenfield menyebut bahwa Washington dan Seoul tengah mempertimbangkan opsi-opsi yang tidak biasa untuk melanjutkan pemantauan sanksi terhadap Pyongyang. (AP/AFP/REUTERS)