Setelah Saling Serang, Iran Kembali Jalin Relasi dengan Pakistan
Pertemuan digelar setelah Iran menyerang Israel. Raisi mendapatkan pengawalan ketat.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
ISLAMABAD, SENIN — Iran dan Pakistan sepakat memperkuat kerja sama ekonomi dan keamanan. Hubungan kedua negara memburuk setelah saling melancarkan serangan pada awal tahun 2024 dengan alasan menyasar kelompok bersenjata.
Presiden Iran Ebrahim Raisi tiba di Islamabad, Senin (22/4/2024), untuk kunjungan selama tiga hari. Ia bertemu Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif di kantor perdana menteri dengan pengawalan ketat. Pertemuan digelar setelah Iran melancarkan serangan terhadap wilayah Israel pada 13 April 2024.
Ratusan polisi dan pasukan paramiliter tambahan dikerahkan untuk memastikan keamanan Raisi selama kunjungan di Pakistan. Pihak berwenang bahkan menutup jalan-jalan utama di Islamabad saat kedatangan Raisi.
Menurut pernyataan resmi kantor Perdana Menteri Pakistan, kedua pemimpin negara membahas berbagai masalah, termasuk untuk meningkatkan hubungan bilateral dan kerja sama di berbagai bidang. Mereka juga sepakat bekerja sama memerangi terorisme.
Pada 16 Januari 2024, Iran menembakkan rudal ke Balochistan, provinsi di Pakistan yang berbatasan dengan Iran dan Afghanistan. Iran menyatakan serangan itu menyasar kelompok Jaish al-Ad yang dimasukkan dalam daftar kelompok teroris. Serangan itu menewaskan sejumlah warga sipil. Pakistan mengecam serangan itu dan menuding Iran melanggar kedaulatan dan hukum internasional (Kompas.id, 18 Januari 2024).
Membalas serangan itu, Pakistan menyerang sejumlah lokasi di Balochistan bagian Iran pada 18 Januari 2024. Media Pakistan menyebut serangan itu menyasar fasilitas milik kelompok Saravan Sepah Pasdaran Army yang dituding melakukan teror di berbagai lokasi di Pakistan selama bertahun-tahun.
Kami memperkirakan akan adanya peningkatan pengelolaan perbatasan dan transisi menuju praktik perdagangan formal.
Sejak itu hubungan kedua negara memburuk. Kunjungan Raisi dinilai sebagai upaya untuk memperbaiki hubungan tersebut. ”Ini kesempatan untuk mengembalikan relasi ke jalurnya dan memperbaiki kerusakan akibat (serangan pada) Januari,” kata Maleeha Lodhi, mantan diplomat Pakistan dan analis kebijakan luar negeri.
Menurut dia, kuncinya adalah pengelolaan perbatasan kedua negara. Sebab, ada kelompok-kelompok pelaku teror di kedua belah pihak.
Analis keamanan, Qamar Cheema, mengatakan, kunjungan Raisi ke Pakistan dimaksudkan untuk menghilangkan ketidakpercayaan antarnegara tetangga. ”Tak hanya itu, kunjungan ini juga signifikan dalam hal perdagangan. Kami memperkirakan akan adanya peningkatan pengelolaan perbatasan dan transisi menuju praktik perdagangan formal. Dengan demikian, ada mitigasi terhadap perdagangan informal dan aktivitas penyelundupan di sepanjang perbatasan,” paparnya.
Terkait kerja sama perekonomian, menurut keterangan resmi kantor PM Pakistan, Raisi dan Sharif membahas proyek pipa gas bernilai miliaran dollar AS yang tertunda sejak 2014. Proyek itu dirancang untuk menyalurkan gas dari ladang gas South Fars di Iran ke provinsi-provinsi di selatan Pakistan seperti Balochistan dan Sindh.
Namun, proyek itu ditentang Washington yang diketahui dekat dengan Islamabad secara historis. AS menanggap proyek itu melanggar sanksi yang dijatuhkan terhadap Iran terkait program nuklirnya. Padahal, proyek itu dinilai penting bagi Pakistan yang kekurangan energi.
Iran mengatakan telah menyelesaikan pembangunan pipa di sisi perbatasannya setelah menginvestasikan 2 miliar dollar AS. Pakistan seharusnya menyelesaikan pembangunan di wilayahnya pada akhir 2014. Namun, pekerjaan tersebut terhenti sehingga menyebabkan ketegangan di antara kedua negara. (AP/AFP/Reuters)