Mata-mata China diduga menyelinap di Jerman dan Inggris sejak lama. Jerman tangkap tiga orang dan Inggris dua orang.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
BERLIN, SELASA — Tiga warga Jerman ditangkap karena dicurigai bekerja sama dengan dinas rahasia China. Mereka diduga telah menyerahkan informasi teknologi baru Jerman yang dapat digunakan untuk kepentingan militer sejak Juni 2022. Teknologi itu dikhawatirkan berpotensi memperkuat angkatan laut China.
Kedutaan Besar China di Berlin menampik tuduhan itu. ”Kami meminta Jerman berhenti mengeksploitasi tuduhan mata-mata demi memanipulasi citra China secara politik dan mencemarkan nama baik China,” demikian pernyataan Kedutaan Besar China di Berlin, sebagaimana dikutip Xinhua pada Selasa (23/4/2024).
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kehakiman Jerman membenarkan adanya penangkapan itu pada Senin (22/4/2024). Aparat Jerman menangkap Herwig dan Ina, pasangan suami istri yang mengelola perusahaan di Duesseldorf.
Aparat juga menangkap Thomas, pria yang disebut menjadi perantara Herwig dan Ina dengan agen dari Kementerian Keamanan Negara China. Aparat menggeledah rumah dan kantor para tersangka di Duesseldorf dan Bad Homburg.
Perusahaan Herwig-Ina disebut menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di Jerman. Kerja sama itu mencakup persiapan studi bagi karyawan mengenai bagian-bagian mesin yang dapat digunakan untuk kapal perang.
Herwig-Ina juga disebut melanggar aturan ekspor Jerman karena mengekspor perangkat laser khusus tanpa izin. Laser khusus itu disebutkan dibeli dengan dana dari Kementerian Keamanan Negara China.
Adapun peran Thomas, menurut Kejaksaaan Jerman, membantu mendapatkan informasi terkait teknologi inovatif yang bisa digunakan militer untuk orang tersebut. Untuk memuluskan operasinya, Thomas memanfaatkan Herwig dan Ina yang pernah menghubungi dirinya.
Peningkatan ancaman
Menurut Menteri Kehakiman Jerman Marco Buschmann, para tersangka sedang mempersiapkan kerja sama riset lebih lanjut kala ditangkap aparat. Riset itu berpotensi meningkatkan kekuatan tempur maritim China.
Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser mengatakan, pemerintah sedang memantau ”ancaman” akibat spionase China pada bisnis, industri, dan ilmu pengetahuan. Penangkapan para tersangka mata-mata China itu dianggap sebagai kesuksesan dalam melawan spionase. ”Kami mencermati risiko dan ancaman ini dan sudah memperingatkan serta meningkatkan kesadaran akan hal itu sehingga perlindungan sudah ditingkatkan di mana-mana,” ujarnya.
Dalam dokumen strategi hubungan Jerman dengan China yang dirilis tahun lalu, Jerman menyebutkan adanya ”persaingan sistemik” dengan kekuatan Asia. Jerman juga perlu mengurangi risiko ketergantungan ekonomi. Di sisi lain, Jerman menekankan keinginan bekerja sama dengan China dalam menghadapi tantangan bersama, seperti perubahan iklim, serta menjaga hubungan dagang yang kuat.
Dokumen tersebut juga menyatakan, Jerman akan mengambil tindakan tegas dalam melawan spionase dan sabotase analog dan digital yang dilakukan intelijen China dan kelompok yang dikendalikan negara terhadap Jerman.
Penangkapan Inggris
Sebelum kasus Jerman, Inggris juga telah menangkap dua warga Inggris yang diduga mata-mata China. Kedua tersangka laki-laki itu, yakni Christopher Cash (29) yang berprofesi sebagai peneliti dan Christopher Berry (32), didakwa telah memberikan informasi rahasia kepada China dan melanggar Undang-Undang Rahasia Negara.
Sidang kasus ini akan dimulai di Pengadilan Westminster Magistrates pada Jumat mendatang. BBC menyebutkan, kedua terdakwa itu diduga memberikan artikel, catatan, dokumen, atau informasi kepada negara asing.
Cash dan Berry ditangkap pada Maret lalu. Cash dilaporkan berprofesi sebagai peneliti parlemen yang terlibat dalam Kelompok Penelitian China. Dia diketahui dekat dengan sejumlah anggota parlemen Partai Konservatif.
Harian The Sunday Times melaporkan, Cash dekat dengan Menteri Keamanan Inggris Tom Tugendhart dan Ketua Komite Urusan Luar Negeri Alicia Kearns. Bahkan, Cash disebut terdaftar di dokumen parlemen bekerja untuk Kearns pada awal 2023.
Cash diduga telah membantu China pada 20 Januari 2022 hingga 3 Februari 2023. Sementara Berry membantu China pada 28 Desember 2021 hingga 3 Februari 2023.
Kedutaan Besar China di London menegaskan, tuduhan China mencuri informasi rahasia Inggris hanya fitnah keji dan sepenuhnya dibuat-buat. ”Kami dengan tegas menentangnya dan mendesak Inggris untuk menghentikan manipulasi politik anti-China dan berhenti membuat lelucon politik karangannya sendiri,” demikian pernyataan kedutaan.
Kecemasan meningkat di seluruh Eropa mengenai dugaan aktivitas spionase China. Selama beberapa bulan terakhir, Inggris menjadi semakin vokal menyuarakan kekhawatirannya. ”Ini penyelidikan yang sangat kompleks terhadap tuduhan yang sangat serius,” kata Kepala Komando Kontra Terorisme di Kepolisian Metropolitan Inggris Dominic Murphy.
Pada bulan lalu, Pemerintah Inggris juga memanggil kuasa usaha Kedutaan Besar China di London gara-gara tuduhan peretas yang mencuri data dari pengawas pemilu Inggris. Peretas itu diduga didukung China.
Inggris juga memperketat pengawasan terhadap anggota parlemen gara-gara diketahui ada mata-mata China yang menyasar para pejabat Inggris, September lalu. Pejabat yang disasar adalah mereka yang memegang posisi penting dalam politik, bidang pertahanan keamanan, dan bisnis (REUTERS/AFP/AP)