Vonis 1,5 Tahun bagi Nancy Gonzalez, Perancang Tas Mewah Langganan Britney Spears dan Victoria Beckham
Nancy Gonzalez bersalah karena menyelundupkan tas dari kulit buaya dan kulit ular ke Amerika Serikat.
MIAMI, SELASA — Perancang asal Kolombia, Nancy Gonzalez (71), divonis 1,5 tahun penjara. Ia dinyatakan bersalah dalam penyelundupan tas dari kulit buaya dan kulit ular. Kliennya termasuk Salma Hayek, Britney Spears, hingga Victoria Beckham.
Gonzales ditangkap pada 2022 di negara asalnya, Kolombia. Selanjutnya, ia diekstradisi di Amerika Serikat. Pengadilan Miami, Florida memvonis perancang itu pada Senin (22/4/2024).
Baca juga: Tas Mewah Laris, Karyawan Hermes Dapat Bonus Rp 1,4 Triliun
Gonzales tidak punya izin impor dari otoritas terkait di Amerika Serikat. Izin itu wajib dimiliki pada produk yang dibuat dengan bahan baku dari spesies langka atau terancam punah.
Ia didakwa menjalankan jaringan penyelundup tas dari kulit buaya dan kulit ular. Jaringan itu mulai dari perekrutan kurir hingga membawa tas tangan dengan penerbangan komersial.
Menurut kesaksian rekan dan mantan karyawannya, menjelang acara mode penting, Gonzalez merekrut 40 penumpang sebagai kurir. Mereka diperintahkan membawa masing-masing empat tas tangan desainer dalam penerbangan komersial.
Dengan cara ini, jaksa penuntut umum memperkirakan bahwa dia menyelundupkan barang-barang senilai 2 juta dollar AS di AS. Pengacara Gonzalez membantah klaim tersebut. Mereka mengatakan, setiap tas kulit itu hanya berharga sekitar 140 dollar AS.
Tas-tas tersebut akhirnya akhirnya dipamerkan di ruang pamer kelas atas dan acara mode eksklusif di New York. Seluruhnya melanggar peraturan dan hukum satwa liar yang berlaku di AS. ”Semuanya didorong oleh uang,” kata jaksa penuntut, Thomas Watts-Fitzgerald.
Baca juga: Skandal Tas Dior Goyang Presiden dan Partai Berkuasa Korsel
Jaksa menyamakan kejahatan Gonzalez dengan perilaku pengedar narkoba. ”Untuk mencegahnya, sang gembong kokain harus ditangkap. Bukan orang yang ada di lapangan,” kata Watts-Fitzgerald.
Seluruh kulit bahan tas tangan mewah selundupan itu berasal dari buaya jenis caiman dan ular piton yang diternakkan di penangkaran. Gonzales beberapa kali gagal mendapat izin impor dari Dinas Perikanan dan Margasatwa AS. Izin impor ini wajib didasarkan pada perjanjian internasional tentang perdagangan spesies satwa liar terancam punah.
Mohon keringanan
Tim pengacara Gonzalez meminta keringanan. Pengacara beralasan, Gonzales orangtua tunggal bagi dua anak. Gonzalez harus bertahan hidup dengan membuat ikat pinggang dan aneka aksesori lain di Cali, Kolombia.
Desain yang ia buat dengan mesin jahit rumahan itu awalnya dibeli oleh teman-temannya. Lama-kelamaan usahanya membesar dan menjadi ikon mode dunia yang mengungguli merek, seperti Dior, Prada, dan Gucci. ”Dia bertekad untuk menunjukkan kepada anak-anaknya dan dunia bahwa perempuan, termasuk perempuan minoritas seperti dirinya, dapat mengejar impian mereka dengan sukses, dan menjadi mandiri secara finansial,” tulis para pengacara itu dalam memo sebelum sidang hari Senin.
Menurut para pengacaranya, Gonzales telah melawan segala rintangan. ”Perempuan mungil tetapi perkasa itu mampu menciptakan perusahaan fashion mewah dan kelas atas. Ini merupakan kesuksesan yang pertama dari negara dunia ketiga,” kata tim itu.
Baca juga: Musnah Mewah karena Diskon Melanda Tas-tas Mahal
Mereka juga berpendapat bahwa hanya satu persen dari barang dagangan yang dia impor ke AS yang melanggar hukum. Pelanggaran yang dimaksud adalah tak memiliki izin yang sesuai. Barang-barang yang melanggar itu, kata tim pengacaranya, hanya contoh untuk Pekan Mode New York dan acara lainnya.
Sebelum vonis tersebut, Gonzales juga telah membayar mahal atas kejahatannya. Perusahaan Kolombia yang ia bangun bangkrut sejak dia ditangkap. Sebelumnya, perusahaan itu begitu besar hingga pernah mempekerjakan 300 karyawan yang sebagian besar perempuan.
Di pengadilan, Gonzalez menyatakan sangat menyesal karena tidak mematuhi hukum AS dengan cermat. Saat ini satu-satunya yang ia harapkan hanya memeluk ibunya yang berusia 103 tahun sekali lagi.
”Dari lubuk hati saya yang terdalam, saya meminta maaf kepada Amerika Serikat. Saya tidak pernah bermaksud menyinggung negara yang sangat saya syukuri. Di bawah tekanan, saya membuat keputusan yang buruk,” katanya.
Baca juga: Barang Mewah-Langka, Investasi Alternatif Investor Superkaya
Jaksa membantah pembelaan itu. Gonzalez telah memperoleh kekayaan besar dan gaya hidup mewah atas perbuatannya. Hal ini berbeda dengan kurir yang dia rekrut untuk menyelundupkan barang dagangannya ke AS.
Jika ditanya petugas bea cukai, para kurir diinstruksikan untuk mengatakan bahwa barang tersebut adalah hadiah untuk kerabat mereka. ”Misinya berubah menjadi menghasilkan penjahat. Dia mencoba menulis ulang undang-undang untuk dirinya sendiri, melakukannya dengan caranya sendiri,” kata Watts-Fitzgerald.
Pada tahun 2016 dan 2017, pejabat AS memperingatkan Gonzales agar tidak mengabaikan aturan tersebut. Namun ia tetap melakukannya. ”Hal ini membuat tindakannya menjadi sangat mengerikan,” kata Hakim Robert Scola saat menjatuhkan hukuman.
Vonis untuk Gonzales ini lebih ringan dari tuntutan jaksa, yaitu 30 hingga 37 bulan. Vonis ringan ini karena Hakim Scola mempertimbangkan masa tahanan hampir 14 bulan di penjara Kolombia yang kondisinya buruk sebelum diekstradisi ke AS. Gonzalez, yang saat ini bebas dengan jaminan di rumah putrinya di Miami, harus menyerahkan diri pada 6 Juni untuk memulai hukumannya.
Pelanggan menyesal
Perdagangan kulit yang digunakan oleh Gonzalez sebenarnya tidak dilarang. Namun, kulit tersebut berasal dari satwa liar yang dilindungi dan memerlukan pemantauan ketat berdasarkan Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah (CITES).
Salma Hayek, Britney Spears, dan Victoria Beckham termasuk di antara selebritas yang membeli tas tangan Gonzalez yang terkenal karena buatan tangan yang dibuat dengan cermat. Karyanya juga diikutsertakan dalam pameran tahun 2008 di Metropolitan Museum of Art di New York.
Tas tangan Gozales juga menjadi incaran rumah-rumah mode paling terkemuka di muka bumi. Di pengadilan, pengacara Gonzalez juga menunjukkan video yang direkam pada 2019 untuk membuktikan pembelian produk kliennya oleh sejumlah rumah mode terkemuka. Para pembeli dari rumah-rumah mode terkemuka dunia itu memuji kreativitas, produktivitas, dan kemanusiaan Gonzales.
Baca juga: Rahasia Keaslian Tas Mewah
Jaksa Watts-Fitzgerald mengatakan, para pembeli tas-tas itu sekarang pasti menyesal. ”Mereka pasti menyesal telah melakukan hal tersebut. Jika mereka mendengarnya diajukan di pengadilan, mereka akan merasa ngeri. Sebab, mereka memiliki merek sendiri yang harus dilindungi,” katanya.
Kendati terus diprotes organisasi pecinta binatang dan aktivis lingkungan, tas tangan karya desainer masih terus diminati dengan harga yang tinggi. Hal ini karena tas tangan mewah merupakan simbol status kekayaan dan eksklusivitas, seperti dikutip dari Wall Street Journal, Foxnews, dan Central News Asia.
Tas ini tak bisa diperoleh dengan mudah, langka, eksotis, dan mahal. Lembaga di bidang kesejahteraan hewan, VIVA, menyebut hampir 1 miliar sapi dipotong setiap hari. Selain untuk dagingnya, sapi-sapi itu juga menghasilkan kulit untuk industri mode, otomotif, hingga perkakas.
Tidak hanya sapi, ada juga hewan-hewan lain dipotong untuk diambil daging dan kulitnya. Bahkan, ada hewan yang hanya diambil kulitnya karena alasan eksotika. Hal itu, antara lain, berlaku untuk ular dan buaya.
Baca juga: Pasar Barang Mewah Mengandalkan Konsumen China
Semakin langka hewannya, semakin mahal produk yang memakai kulitnya. Hal itu tidak lepas dari anggapan produk kulit merupakan hal prestisius. Harganya menjadi salah satu penunjang anggapan itu. Harga setiap tas Chanel berbahan kulit ular rata-rata Rp 150 juta. Ada juga jaket dari kulit buaya berharga Rp 300 juta.
Pada beberapa jenama, harga produknya malah terus naik meski barangnya sudah lama disimpan. Orang-orang memperlakukannya sebagai sarana investasi. ”Kita perlu mengubah pola pikir seputar kulit,” kata Yvonne Taylor, Manajer Proyek Korporat Organisas Kesejahteraan Hewan PETA Inggris. (AP/AFP)