Jerman Perluas Operasi Penangkapan Mata-mata China
Penangkapan terkait dugaan mata-mata China meningkat di seluruh Eropa Barat dalam beberapa bulan terakhir.
BERLIN, RABU — Asisten anggota Parlemen Eropa dari partai sayap kanan Jerman (AfD) ditangkap dengan tuduhan melakukan spionase untuk China. Asisten itu dituduh membocorkan informasi berisi diskusi yang bergulir di badan legislatif Uni Eropa kepada intelijen China.
Jaksa Federal Jerman menyebut nama asisten itu Jian G. Ia tinggal di Brussels dan Dresden. Jian G juga dituduh memata-matai tokoh oposisi China di Jerman. Dia ditangkap di Dresden pada awal pekan ini. Apartemennya digeledah.
”Kasus yang dituduhkan sangat berat karena bekerja untuk dinas rahasia asing,” sebut pernyataan jaksa pada Selasa (23/4/2024) waktu setempat atau Rabu (24/4/2024) WIB.
Maximilian Krah, politisi dan kandidat utama AfD untuk pemilu Eropa pada Juni mendatang, mencantumkan nama Jian Guo sebagai salah satu asisten di situsnya. Krah mengatakan, dia mengetahui penangkapan Guo dari media. Ia juga menyatakan siap berhenti memperkerjakannya jika tuduhan itu terbukti.
Wakil pemimpin AfD, Tino Chrupalla, menyebut penangkapan itu sangat meresahkan. Saat ini Krah sedang dalam perjalanan ke Berlin untuk membahas kasus tersebut.
Setahun yang lalu, Krah menyangkal tuduhan serupa, yaitu bahwa asistennya melobi China. Ia menyebut tuduhan itu sebagai fitnah keji yang menyasar dirinya sendiri.
Kasus yang dituduhkan sangat berat karena bekerja untuk dinas rahasia asing.
”Ini tentang seorang staf yang lahir di China. Dia warga negara Jerman, anggota AfD, belajar di Dresden dan fasih berbahasa Jerman dan Inggris. Ada banyak kebohongan yang terjadi,” katanya dalam unggahan di media sosial X.
Selama bertahun-tahun, Krah menganjurkan agar Jerman mempererat hubungan dengan China. ”Pendalaman kerja sama ekonomi, teknologi, dan perdagangan antara China dan Jerman sangat diperlukan bagi pembangunan Jerman. Kekuatan anti-China di Jerman tidak mewakili kepentingan Jerman,” katanya seperti dikutip media China, Global Times, pada 2022.
Penangkapan terkait dugaan mata-mata China meningkat di seluruh Eropa Barat dalam beberapa bulan terakhir. Pada Senin, tiga warga negara Jerman ditangkap karena dicurigai menyerahkan teknologi dengan aplikasi militer ke China.
Ketiganya diidentifikasi sebagai Herwig F, Ina F dan Thomas R. Mereka dituduh terlibat dalam proyek pengumpulan informasi yang didanai badan-badan negara China. Mereka juga dituduh mengekspor laser ke China secara ilegal.
Di Inggris, pada hari yang sama, dua pria juga didakwa melakukan kegiatan mata-mata untuk China. Mereka dituduh menyerahkan artikel, catatan, dokumen, atau informasi ke China antara tahun 2021 dan 2023.
Baca juga: Jerman dan Inggris Kebobolan Intelijen China
Polisi Inggris mengidentifikasi keduanya sebagai Christopher Berry (32) dan Christoper Cash (29). Sebelum ditangkap, Cash diketahui bekerja di parlemen Inggris sebagai peneliti untuk salah satu anggota parlemen terkemuka dari Partai Konservatif yang saat ini tengah berkuasa di Inggris.
Pada 25 Maret 2024, Amerika Serikat dan Inggris juga menuduh Beijing melakukan spionase siber, yaitu memata-matai di dunia maya. Spionase siber ini disebut dilakukan terhadap jutaan orang, mulai dari anggota parlemen, akademisi dan jurnalis, hingga perusahaan seperti kontraktor pertahanan.
Berlebihan
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengatakan, laporan spionase China di Eropa tersebut berlebihan dan dimaksudkan untuk mencoreng nama serta menekan China.
”Kami dengan tegas menentang dan mendesak pihak-pihak terkait untuk berhenti menyebarkan informasi palsu tentang ancaman mata-mata China, menghentikan manipulasi politik dan pencemaran nama baik yang jahat terhadap China,” kata Wang saat ditanya wartawan.
Menurut Wang, klaim tersebut dirancang untuk menghancurkan atmosfer kerja sama antara China dan Eropa. Ia menekankan bahwa China selalu berpegang pada prinsip saling menghormati dan tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing dalam bekerja sama dengan negara-negara di seluruh dunia, termasuk Eropa.
Baca juga: China Makin Waspada terhadap Mata-mata
Serangan ke AfD
Dua pekan lalu, surat kabar Ceko, Denik Na dan majalah Jerman, Der Spiegel, melaporkan, anggota parlemen Jerman, Petr Bystron, telah menerima uang dari situs media pro-Rusia. AfD mengatakan, Bystron membantah tuduhan tersebut. Bystron adalah kandidat terpenting kedua AfD dalam pemilu Parlemen Eropa.
Konstantin von Notz, Ketua Komite Parlemen Jerman yang mengawasi badan intelijen Jerman, mengatakan, kasus itu bukan hanya kasus individual. Kasus tersebut menunjukkan masalah AfD yang lebih luas.
”AfD adalah partai diktaktor. Mereka tidak berusaha menyembunyikan kebencian mereka terhadap demokrasi dan supremasi hukum kita. Dan, itu jelas membuat politisi mereka rentan dipengaruhi dan diarahkan oleh China dan Rusia,” katanya.
Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser mengatakan, jika terbukti, kasus itu adalah serangan terhadap demokrasi Eropa dari dalam. Ia menekankan, Badan Keamanan Jerman telah meningkatkan upaya kontraspionase terhadap ancaman Rusia dan pengintaian China.
Baca juga: Jutaan Akun Daring Diretas Jaringan Spionase China
Kedutaan Besar China di Jerman mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir tuduhan spionase seperti itu sering muncul di media Jerman dan Eropa. ”Niat membesar-besarkan hal tersebut sudah jelas dan disebabkan oleh pola pikir Perang Dingin yang meracuni suasana kerja sama antara China, Jerman, dan Eropa,” sebut pernyataan Kedubes China melalui surat elektronik.
Penangkapan terduga mata-mata ini terjadi setelah Kanselir Jerman Olaf Scholz mengunjungi China pekan lalu. Kunjungan itu dimaksudkan untuk meningkatkan hubungan ekonomi dengan China sebagai mitra dagang terbesar Jerman. Lawatan itu juga diharap dapat mengatasi perbedaan kedua negara, seperti dukungan China untuk Rusia.
(Reuters/AFP)