Blinken Tekankan Komitmen Dialog Langsung dan Terbuka dengan China
Blinken kembali datang ke China tanpa kepastian akan diterima Presiden Xi Jinping.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
SHANGHAI, KAMIS — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken berkunjung lagi ke China. Tujuannya, menunjukkan komitmen Washington pada dialog yang berkesinambungan dengan Beijing. Sayangnya, ia dianggap sibuk menceramahi China.
Blinken tiba di Shanghai pada Rabu (24/4/2024). Pada Kamis (25/4/2024), ia bertemu dengan para tokoh Partai Komunis China di Shanghai. Pertemuan diatur agar santai.
Sebagian agenda Blinken di Shangai juga diatur informal. Ia antara lain berkeliling ke sebagian Shanghai tanpa memakai dasi. Ia menyantap makan siang di restoran tanpa ruangan khusus ataupun pengawalan khusus. Dengan demikian, tamu-tamu lain bisa melihatnya.
Blinken menyempatkan diri mampir di Universitas New York (NYU) di Shanghai. Kepada sivitas akademika, ia meyakinkan bahwa para mahasiswa China diterima dengan senang hati di AS.
Pernyataan itu untuk menekankan kepada masyarakat China bahwa imigrasi AS tidak mencari-cari kesalahan para mahasiswa China yang hendak berkuliah di AS. Ia juga mengatakan agar mahasiswa AS lebih banyak yang berkuliah ke China.
Blinken menutup kegiatannya di Shanghai dengan menonton pertandingan bola basket antara Shanghai Sharks melawan Zhejiang Golden Bulls. Ia ditemani para diplomat AS di China.
Dari Shanghai, ia dijadwalkan ke Beijing. Sejauh ini, baru Menlu China Wang Yi dipastikan menerima Blinken di Beijing. Sementara pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping belum pasti. ”Presiden AS Joe Biden bersungguh-sungguh menerapkan janji menjaga komunikasi yang langsung, terbuka, dan berkelanjutan dengan China,” kata Blinken.
Ia menuturkan, Beijing dan Washington harus mencari cara untuk jujur terhadap segala perbedaan. Selanjutnya, AS-China perlu mengelola perbedaan itu dengan baik. Perbedaan-perbedaan ini seyogianya dibahas dengan berlandaskan itikad baik agar tidak membawa kesalahpahaman.
Dalam pertemuan dengan Wang, Blinken antara lain akan membahas soal Rusia dan Taiwan. AS menghargai China tidak mengirim persenjataan kepada Rusia selama menginvasi Ukraina.
Namun, akhir-akhir ini diketahui bahwa Beijing mengekspor berbagai peralatan industri, termasuk semikonduktor, ke Rusia. AS menduga bahwa peralatan-peralatan itu dipakai Rusia untuk memproduksi persenjataan.
Soal Taiwan, Washington baru saja mengesahkan paket bantuan 8 miliar dollar AS untuk Taipei. Taiwan berencana menggunakan dana tersebut untuk meningkatkan pertahanan mereka di Selat Taiwan ataupun di Laut China Selatan. Menurut Taiwan, kapal dan pesawat Tentara Pembebasan Rakyat China sering menerobos wilayah Taiwan di perairan tersebut.
Beijing menganggap Washington selalu memanas-manasi Taiwan agar melepaskan diri dari China. Padahal, AS sejatinya berhubungan diplomatik dengan China, bukan Taiwan.
Tuduhan ini terus ditampik oleh AS. Washington mengatakan AS hanya ingin memastikan Taiwan bisa aman dan bebas dalam mempraktikkan demokrasi.
Perilaku perdagangan
Blinken turut menyuarakan kekhawatiran AS mengenai perilaku China di tataran perdagangan global. Menurut dia—serupa dengan yang diutarakan oleh Menteri Keuangan AS Janet Yellen—ada banjir produk murah dari China di pasar AS.
Ini mematikan persaingan dengan produk-produk AS ataupun negara-negara lain. ”Kami meminta agar perusahaan-perusahaan ataupun tenaga kerja AS di China juga diberi kesempatan yang sama dengan perusahaan lokal,” ujarnya.
Ia mendorong agar persaingan usaha kedua negara berlangsung secara adil dan sesuai dengan kaidah Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). China diimbau menghindari cara-cara yang menikung lawan main, misalnya dengan mencuri teknologi dari perusahaan asing ataupun menggunakan tenaga kerja murah karena diambil dari kemah pekerja paksa.
Pernyataan Blinken ditanggapi oleh Sekretaris PKC Shanghai Chen Jining. ”China dan AS memiliki tanggung jawab kepada masyarakat dunia. Pilihan kita untuk bekerja sama atau berkonfrontasi berdampak langsung kepada kesejahteraan global dan masa depan kemanusiaan,” tuturnya.
Meskipun begitu, para pengamat politik internasional di China berpendapat, kedatangan AS kali ini tetap seperti yang sebelum-sebelumnya. Li Haidong dari Universitas Hubungan Internasional China melihat perkataan Blinken sebagai ultimatum AS kepada China. Semestinya, AS juga datang ke China dengan menunjukkan itikad baik dan tidak sekadar menyuruh-nyuruh, katanya kepada Global Times. (AP/AFP/Reuters)