China: Fatah-Hamas Siap Rekonsiliasi
Hamas dan Fatah gagal menjembatani perselisihan politik sejak 2007. Kini mereka menyatakan bersedia terus berdialog.
BEIJING, SELASA — Kelompok Hamas dan Fatah mengutarakan kehendak politik untuk rekonsiliasi melalui dialog. Dua faksi yang berseberangan di Palestina itu bersedia meneruskan dialog untuk mencapai pemerintahan bersatu.
Hal tersebut diungkapkan Kementerian Luar Negeri China, Selasa (30/4/2024). Perwakilan Hamas dan Fatah berada di Beijing atas undangan Pemerintah China. Juru bicara Kemlu China, Lin Jian, mengatakan, ada perkembangan positif dalam pertemuan kedua kelompok tersebut.
”Mereka bersedia hadir untuk perundingan memperjuangkan rekonsiliasi Palestina. Mereka membahas berbagai isu khusus dan mencapai kemajuan yang menggembirakan,” kata Lin dalam pengarahan pers harian.
Ia mengatakan, perwakilan Hamas dan Fatah tiba di Beijing beberapa hari lalu untuk dialog mendalam. ”Para pihak sepakat melanjutkan perundingan untuk mencapai solidaritas dan persatuan Palestina dalam waktu dekat. Mereka sangat menghargai dukungan kuat China atas keadilan bagi rakyat Palestina demi memulihkan hak kedaulatan sebagai bangsa. Mereka berterima kasih atas dukungan China untuk memperkuat persatuan Palestina dan sepakat untuk berunding lebih lanjut di masa mendatang,” papar Lin.
Baca juga: Hamas-Fatah Bertemu di China, Pemerintahan Persatuan Palestina Semakin Berpeluang Terbentuk
Hamas dan Fatah gagal menjembatani perselisihan politik sejak 2007. Pertemuan yang dimediasi China kali ini juga berlangsung di tengah perang yang masih berkecamuk antara Hamas dan militer Israel di Gaza.
Hamas dikepung militer Israel di Gaza sejak melancarkan serangan ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023. Sementara pemerintahan Fatah di Tepi Barat mendapatkan tekanan berat di tengah kehadiran pemukim Israel yang semakin meluas, perekonomian yang tidak sehat, dan tuduhan banyaknya korupsi.
Para pihak sepakat melanjutkan perundingan untuk mencapai solidaritas dan persatuan Palestina dalam waktu dekat.
Selama 15 tahun, Hamas terus menyatakan dapat menerima kompromi Solusi Dua Negara dengan Israel. Namun, Hamas menolak mengakui Israel ataupun meninggalkan perjuangan bersenjata melawan Israel. Israel dan negara-negara sekutunya menganggap serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 sebagai bukti kelompok itu tetap bertujuan menghancurkan keberadaan Israel.
Di sisi lain, hubungan Hamas dan Otoritas Palestina pimpinan Presiden Mahmoud Abbas tidak harmonis sejak tahun 2006. Ketika itu Hamas memenangi pemilu legislatif di Jalur Gaza.
Dalam perundingan di masa lalu, pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, mengatakan, mereka mendukung negara Palestina sesuai garis perbatasan sebelum Perang Arab–Israel tahun 1967. ”Namun, itu tidak disertai pengakuan atas negara Israel, hanya sebatas imbalan untuk gencatan senjata,” katanya.
Para pihak di Palestina setuju membentuk Pemerintahan Persatuan dengan Hamas menghormati kesepakatan damai yang dibuat Otoritas Palestina dan Israel. Kesepakatan damai tersebut menjadi jalan tengah sehingga Hamas tidak perlu berunding dan bersepakat untuk mengakui Israel.
Baca juga: Hamas Siap Akui Israel dan Letakkan Senjata
Namun, Israel dan Amerika Serikat menolak mengakui Pemerintahan Persatuan dan tetap menerapkan sanksi terhadap Palestina. Akhirnya Pemerintahan Persatuan Palestina runtuh dan terjadi perang antara Fatah dan Hamas. Akhirnya Hamas menguasai Jalur Gaza pada 2007.
Pengakuan
Adapun China sejak lama mengakui negara Palestina sebagai bagian dari kebijakan era Perang Dingin untuk membangun kerja sama negara berkembang dan menghadapi Barat yang mendukung Israel. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, China juga menjaga hubungan dengan Israel. China mengangkat utusan khusus untuk berunding dengan Israel dan Palestina.
Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing kali ini merupakan upaya terbaru Beijing untuk memediasi perdamaian di Timur Tengah. Presiden China Xi Jinping telah mendesak digelarnya Konferensi Perdamaian Internasional untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza.
Pada Maret 2023, China menjadi tuan rumah dialog Arab Saudi dan Iran. Melalui pertemuan itu, kedua negara sepakat memperbaiki hubungan diplomatik.
Baca juga: Di Rusia, Hamas-Fatah Bahas Pemerintahan Persatuan Palestina
Sebelum pertemuan di Beijing, perwakilan Fatah dan Hamas juga telah bertemu di Rusia. Pertemuan itu untuk membahas pembentukan pemerintahan persatuan Palestina dan rencana pembangunan kembali Gaza pascaperang (Kompas.id, 29/2/2024). Sama halnya dengan China, Pemerintah Rusia juga berupaya menjadi mediator dalam konflik di Timur Tengah.
Dalam perkembangan upaya diplomatik di Timur Tengah, kantor berita Al Qahera di Mesir melaporkan, delegasi Hamas telah meninggalkan Kairo setelah bertemu pejabat Mesir untuk membahas gencatan senjata di Jalur Gaza, Selasa. Disebutkan, Hamas segera memberikan jawaban terhadap usulan gencatan senjata. Adapun Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan melawat ke Israel sebagai bagian terakhir kunjungan ke Timur Tengah.
Blinken mendesak Israel untuk memberi keleluasaan bagi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza. Namun, jalan keluar terbaik, kata Blinken, adalah menerapkan gencatan senjata di Jalur Gaza. (AP/Reuters)