Terpengaruh Propaganda di Tiktok, Eks Tentara Jerman Jadi Mata-mata Rusia
Terdakwa mata-mata warga Jerman untuk Rusia takut eskalasi perang Rusia-Ukraina akan menyeret Jerman secara langsung.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
DUESSELDORF, SELASA - Pengadilan negeri Jerman memulai proses persidangan Thomas H (54), seorang mantan tentara yang dituduh menjadi mata-mataRusia. Ia mengakui perbuatannya dengan alasan ingin mencegah terjadinya perang nuklir yang bisa mengakibatkan kehancuran Jerman.
Ia mengaku jadi mata-mata Rusia setelah terpengaruh unggahan propaganda pemengaruh partai ekstrem kanan Jerman Alternatif (AfD), yang pro-Rusia, di media sosial Tiktok.
Thomas diadili di pengadilan di kota Duesseldorf sejak Senin (29/4/2024) siang waktu setempat. Proses hukum ini diperkirakan berlangsung hingga bulan Juni nanti.
Ia adalah mantan perwira karier di militer Jerman yang bertugas di Kantor Peralatan Bundeswehr, Teknologi Informasi, dan Layanan Federal. Thomas dulu berpangkat kapten.
Lembaga tempatnya bekerja bertugas memasok peralatan untuk militer Jerman. Selain itu, lembaga tersebut juga mengembangkan dan menguji teknologi militer terbaru. Di antara 12.000 pegawai, Thomas merupakan salah satu yang memiliki akses ke berbagai informasi sensitif.
Menurut gugatan jaksa, sejak Mei 2023 Thomas menawarkan diri bekerja sama dengan pihak Rusia. Hal ini dilakukan melalui Kedutaan Besar Rusia di Berlin dan Konsulat Rusia di Bonn. Semua dilakukan atas inisiatif Thomas. Ia ditangkap oleh aparat penegak hukum Jerman pada Agustus 2023.
”Ia menyerahkan informasi kepada Rusia dengan tujuan agar dipakai oleh intelijen Rusia. Belum ada bukti bahwa Thomas menerima imbalan uang,” demikian bunyi tuntutan jaksa yang dikutip oleh kantor berita DPA.
Berdasarkan penyelidikan, pada rentang waktu yang sama, Thomas bergabung dengan partai ekstrem kanan Jerman Alternatif (AfD). Ini adalah partai politik yang condong kepada Rusia. Thomas mengakui, dirinya mengikuti seorang pemengaruh dari AfD di Tiktok.
”Saya tidak ingat persis, tetapi salah satu unggahan pemengaruh itu di Tiktok memicu saya untuk mengontak Rusia,” kata Thomas.
Takut
Menurut Thomas, dirinya takut melihat perkembangan perang antara Rusia dan Ukraina. Sejak dimulai pada 24 Februari 2022, tidak ada pertanda bahwa konflik itu akan usai. Padahal, dunia sempat merasakan krisis pangan.
Ia khawatir Jerman sangat mendukung Ukraina. Berlin juga terus mengirim persenjataan berat ke Kyiv yang dalam pandangan Thomas berisiko menyeret Jerman terlibat langsung dalam konflik tersebut serta membahayakan rakyat.
Oleh sebab itu, ia mengontak Pemerintah Rusia guna mencari tahu jika ada kemungkinan terjadi perang nuklir. ”Saya ingin memastikan tanggalnya supaya bisa menyelamatkan keluarga,” ujarnya.
Thomas memotret berbagai berkas mengenai sistem amunisi dan kedirgantaraan di kantornya. Foto-foto itu kemudian dicetak dan dimasukkan ke kotak surat Kedubes Rusia di Berlin maupun Konsulat Rusia di Bonn.
Beberapa informasi yang ia bocorkan ialah teknologi pemantauan dan pengganggu sistem radio dan teknologi yang bisa mematikan sistem pertahanan udara lawan.
Thomas mengakui semua gugatan yang ditujukan kepadanya. Perbedaannya hanya gugatan mengatakan bahwa informasi yang dibocorkan Thomas berbentuk cakram padat (CD), sementara sejatinya berupa kertas.
Kepada hakim, ia membela diri dengan mengatakan bahwa keadaan kejiwaannya tidak baik ketika bekerja sama dengan Rusia. Thomas menyalahkan tekanan pekerjaan yang semakin berat sejak perang terjadi dan efek jangka panjang dari vaksin Covid-19 sebagai penyebab kekeruhan mentalnya.
Selain Thomas, ada tiga warga Jerman yang juga sedang menjalani sidang atas tuduhan mata-mata. Mereka bekerja untuk Rusia dan salah satu di antaranya mantan petugas di badan intelijen Jerman. Dua orang terdakwa bahkan merencanakan serangan di sejumlah titik di Jerman, termasuk di beberapa perwakilan Amerika Serikat. (AFP)