AS Buat Terobosan Teknologi Kecerdasan Buatan untuk Jet Tempur
Pilot AI jet tempur dianggap revolusi. Di sisi lain, program ini berarti AI memegang senjata yang bisa membunuh manusia.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
EDWARDS, SABTU – Angkatan Udara Amerika Serikat membuat terobosan baru keterlibatan kecerdasan buatan dalam persenjataan. Uji coba teknologi itu sebagai pengendali jet tempur F-16 terus dimatangkan. Washington berencana membuat 1.000 pesawat tempur yang dikendalikan kecerdasan buatan.
Dilaporkan Associated Press pada Sabtu (4/5/2024), Direktur Jenderal Angkatan Udara pada Departemen Pertahanan AS Frank Kendall menaiki salah satu F-16 tersebut. Dengan alasan keamanan, waktu penerbangan Kendall tidak diungkap. Hanya disebutkan Kendall turun di Pangkalan Udara Edwards di California setelah menaiki pesawat yang dikendalikan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) itu.
Ia menaiki pesawat yang disebut Variable in-flight Simulator Aircraft (Vista). Kendall naik ke Vista setelah program itu mulai uji terbang pada Desember 2022.
Ia ingin melihat dan merasakan kemampuan AI mengendalikan salah satu pesawat tempur terlaris tersebut. Setelah terbang sejam, ia yakin pada peran AI di pertempuran udara masa depan. ”Ada risiko keamanan jika tidak memilikinya. Pada titik ini, kita harus memilikinya,” katanya.
Pesawat Kendall terlibat simulasi tempur udara dengan F-16 yang diawaki manusia. Kendall yakin, dalam pertempuran, pengendali AI mampu memutuskan kapan harus menembak. Hal itu didasarkan pada kemampuan jet yang dinaikinya baku elak dan kejar dengan pesawat yang dikendalikan manusia.
Di sisi lain, Kendall menyebut akan selalu ada orang di balik AI. Orang tersebut akan mengawasi keputusan AI soal menembak atau tidak.
Ada pertimbangan keamanan, anggaran, dan strategis soal penggunaan AI sebagai pilot jet tempur. AU masa kini, yang mengandalkan manusia, akan sangat mahal dan berbahaya. Kini, AU AS antara lain kesulitan menjaga pengoperasian F-35. Pesawat tempur generasi mutakhir AS itu butuh 1,7 triliun dollar AS.
Padahal, butuh dana untuk program lain. Perang elektronika, penggunaan pertahanan udara dan antariksa, hingga teknik pengerubungan sasaran membutuhkan biaya besar sekaligus membahayakan manusia. Di sisi lain, AS mengaku tertinggal dari China soal wahana nirawak.
Dalam skenario perang AS di masa depan, penggunaan wahana nirawak untu mengerubungi sasaran akan memberikan keunggulan taktis. Wahana lebih kecil dan murah serta dikendalikan AI akan menjadi masa depan.
Kemajuan besar
Penggunaan AI sebagai pilot menjadi salah satu kemajuan besar penerbangan militer AS. Meski rangkaian uji coba masih terus berlangsung, AS berencana membuat 1.000 jet tempur yang dikendalikan AI.
Operator Vista mengklaim, teknologi sejenis tidak dimiliki negara lain. Vista merupakan perangkat lunak yang mempelajari asupan jutaan data. Berdasarkan pelajaran itu, Vista menguji kemampuannya dalam simulasi lapangan dengan pesawat asli. Hasil simulasi itu dipelajari lagi untuk peningkatan lanjutan.
Sejauh ini, setidaknya 24 kali simulasi dengan pesawat asli digelar. Dari setiap simulasi, AU mengklaim ada peningkatan. Bahkan, Vista diklaim telah mengalahkan pilot manusia.
Sejumlah pihak mengkritik gagasan pilot AI di pesawat tempur itu. Di antaranya pakar pengendalian senjata dan kelompok kemanusiaan. Mereka khawatir di masa mendatang AI dapat memutuskan secara mandiri untuk menjatuhkan bom.
Artinya, pilot AI akan dapat membunuh orang tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan manusia. Untuk itu, sebagian pihak berupaya membatasi penggunaan pilot AI.
”Ada kekhawatiran yang luas dan serius mengenai penyerahan keputusan hidup dan mati kepada sensor dan perangkat lunak. Senjata otonom menimbulkan kekhawatiran dan memerlukan tanggapan politik internasional yang mendesak,” demikian peringatan Komite Palang Merah Internasional. (AP)