L’Oreal dan Louis Vuitton Cemas Menanti Hasil Pertemuan Xi-Macron
L’Oreal dan Louis Vuitton butuh kepastian nasib impor kosmetik ke China. Jutaan pengguna kosmetik menanti Xi dan Macron.
Pertemuan Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Presiden China Xi Jinping di Paris, Senin (6/5/2024), dinanti banyak pihak. Perusahaan-perusahaan kosmetik global asal Perancis, termasuk L’Oreal, Louis Vuitton, dan Coty Inc, ikut berdebar kala menanti hasil pertemuan itu.
Para raksasa produk kecantikan itu ingin tahu apakah Macron dan Xi membahas kecemasan mereka. Perusahaan-perusahaan itu pusing oleh aturan China soal kosmetik impor. Lipstik dan wewangian Perancis ikut terimbas aturan tersebut.
Baca juga: Tanpa Produk Perawatan Kulit, Anak-anak Merasa Layu dan Tak Ayu
Dalam laporan pada 18 September 2023, The New York Times menulis soal kewajiban berbagi formula produk. Kewajiban itu berlaku juga untuk produk kosmetik impor. Produsen kosmetik impor harus mengungkap formula dan kualitas bahan produk mereka.
Daftar pemasok dan lokasi produksi bahan baku juga harus dilaporkan ke Beijing. Semua data itu harus dimasukkan dalam pusat data China. Bukan hanya itu. Perusahaan kosmetik Perancis juga harus menerima pengawas dari China di pabrik-pabrik mereka.
Diumumkan pada 2021, aturan itu akan diberlakukan mulai Mei 2025. Produsen kosmetik Perancis tentu saja keberatan dengan aturan itu. Mereka khawatir jika informasi serinci itu diberikan, akan bisa ditiru oleh produsen China yang berbiaya rendah. Jika itu terjadi, produsen Perancis akan bisa kehilangan kendali atas kekayaan intelektualnya.
Perancis dan China sudah menegosiasikan masalah ini sejak 2023. Paris berusaha meyakinkan Beijing bahwa Perancis bertanggung jawab pada keamanan produknya tanpa perlu pemeriksaan dari China. ”Kami menjamin standar keamanan tertinggi bagi konsumen China,” kata Sekretaris Jenderal Federasi Perusahaan Kecantikan Perancis (FEBEA) Emmanuel Guichard.
Masuk bahasan
Kantor Kepresidenan Perancis menyebut, isu kosmetik adalah salah satu pembahasan dalam pertemuan Macron-Xi. Macron akan berusaha menemukan solusi yang akan melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan Perancis.
Kunjungan Xi ke Perancis ini menjadi kunjungan pertama Xi ke Eropa dalam lima tahun terakhir. Lawatan ini di tengah ketegangan hubungan dagang China-Uni Eropa. UE mengancam kendaraan listrik China dan industri energi ramah lingkungan dengan tarif tinggi.
Perancis merupakan eksportir kosmetik terkemuka di dunia. Pada 2023, Perancis mengirimkan produk tata rias dan perawatan kulit hingga 2,15 miliar dollar AS ke China.
Baca juga: Perawatan Tepat untuk Kulit Sehat
Produk kosmetik menempati posisi kedua komoditas terpenting setelah produk-produk aeronautika. Kantor berita China, Xinhua, 9 Februari 2021, menyebutkan, produk-produk kecantikan yang terkait dengan perawatan kulit dan riasan sangat populer di pasar China. Laporan ekspor FEBEA tahun 2020 menyebutkan China merupakan pasar utama bagi kosmetik Perancis.
Di tengah krisis kesehatan dan ekonomi pada waktu itu, kosmetik Perancis masih bisa mengekspor produk senilai 19 miliar dollar AS. Meski angkanya turun 11,8 persen dibandingkan 2019, penurunannya lebih moderat dibandingkan sektor lain yang berkontribusi positif 10,6 miliar euro terhadap perekonomian Perancis. ”Perancis tetap memimpin dalam bidang kosmetik,” sebut FEBEA.
Media China, CGTN, dalam laporan pada 6 April 2023, menyebut peningkatan investasi perusahaan kosmetik Perancis di China. Asosiasi perusahaan Perancis di China, CCI France Chine, menemukan 305 perusahaan Perancis akan memperluas investasi.
Perusahaan-perusahaan itu juga akan menambah gerai penjualan di China. ”Bagi banyak perusahaan Perancis, pasar China luar biasa besar dan 30-35 persen total pendapatan mereka didapat dari China,” kata Menteri Keuangan Perancis Bruno Le Maire.
Uji hewan
Ada isu lain yang dipersoalkan soal aturan kosmetik impor di China. Sebab, praktik yang diminta itu sudah lama dihentikan perusahaan di berbagai negara. Aturan itu soal produk-produk kecantikan harus diujikan terlebih dahulu pada hewan hidup.
Uji itu harus dilakukan sebelum dipasarkan. Ketentuan itu berlaku antara lain bagi tabir surya atau antiperspiran, pewarna rambut, dan pencerah kulit. Masalahnya, China menghapus ketentuan itu bagi produk kosmetik China setidaknya sejak 10 tahun lalu, sementara untuk kosmetik impor kewajiban itu masih berlaku.
Wakil Presiden PETA Asia Jason Baker mengatakan, pengujian terhadap hewan termasuk memaksa hewan untuk menelan atau menghirup zat uji atau aplikasi pada kulit atau mata mereka. Menurut organisasi hak pembela hewan tersebut, hewan yang paling sering digunakan adalah kelinci, marmut, dan tikus.
Baca juga: Gagal Cantik akibat Salah Pilih Kosmetik
Kepala Eksekutif Cruelty Free International Michelle Thew menambahkan bahwa China berada di puncak daftar negara yang menggunakan hewan dalam pengujian dan penelitian untuk berbagai tujuan. Jumlahnya sekitar 20 juta hewan setiap tahunnya.
Industri kecantikan dan perawatan pribadi internasional mendukung upaya mengurangi pengujian pada hewan untuk produk yang dijual di China, baik untuk produsen dalam negeri maupun luar negeri. Unilever, produsen Dove dan Vaseline serta pemilik merek perawatan kulit Dermalogica, sudah bekerja sama dengan akademisi dan pihak berwenang China untuk menghilangkan kebutuhan kosmetik impor untuk menjalani pengujian pada hewan.
Produk lokal
Statistik terkini menunjukkan betapa cepatnya perusahaan kosmetik asing kehilangan pangsa pasarnya karena pesaing domestik di China. Penjualan ritel kosmetik di China pada paruh pertama tahun 2023 naik 8,7 persen dari paruh pertama tahun 2022. Namun, impor secara keseluruhan turun 13,7 persen.
Jenama-jenama kecantikan lokal China semakin populer. Menurut data Euromonitor International, perusahaan riset pasar, jenama kecantikan China tumbuh signifikan dalam tiga tahun terakhir.
Mereka menyumbang 27 persen dari penjualan ritel kosmetik dari 10 jenama teratas. Perusahaan konsultan McKinsey memperkirakan China akan menyumbang sekitar seperenam dari total penjualan ritel kecantikan global pada 2027.
Baca juga: Pasar Ekspor Kosmetik Tak Terpengaruh Situasi Geopolitik Global
Perbedaan antara peningkatan penjualan dan penurunan impor mencerminkan keuntungan bagi pabrik-pabrik di China yang sebagian besar dimiliki oleh perusahaan China. Proya Cosmetics, yang berbasis di Hangzhou, melaporkan peningkatan penjualan 35 persen pada semester pertama tahun 2023 dibandingkan 2022. ”Ada peningkatan penerimaan terhadap merek dalam negeri,” kata Chris Gao, analis kosmetik China di CLSA, perusahaan pialang dan investasi di Hong Kong.
Data bea cukai China menunjukkan impor kosmetik, perlengkapan mandi, dan parfum dari Perancis ke China mencapai 5,4 miliar dollar AS pada 2022. Nilainya turun 6,2 persen pada paruh pertama 2023 dibandingkan pada 2022. Impor kosmetik dari Korea Selatan dan Amerika Serikat masing-masing turun 22,2 persen dan 19,8 persen.
Tindakan keras pihak berwenang terhadap pedagang di pusat bebas bea Hainan juga berdampak buruk pada penjualan produk kecantikan internasional. Dampak itu antara lain dirasakan La Prairie dan Shiseido. (REUTERS)