Semakin Dekat Serbu Rafah, Israel Minta 100.000 Pengungsi Palestina Pindah
Pengungsi diminta ke Al Mawasi dan sebagian Khan Younis. Serbuan darat ke Rafah bisa segera dilancarkan.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
GAZA, SENIN — Israel meminta setidaknya 100.000 pengungsi Palestina di Gaza kembali mengungsi. Perintah itu dikhawatirkan menjadi indikasi Rafah akan segera diserbu Israel.
Israel menyebarkan ultimatum evakuasi pada Senin (6/5/2024) dini hari. Militer Israel (IDF) menyebut, akan berbahaya bagi warga sipil jika tetap berada di lokasi yang diperintahkan dikosongkan.
Warga dari lokasi yang ditetapkan harus dikosongkan juga dilarang mendekati pagar perbatasan Gaza dengan Israel. Selepas ultimatum disiarkan, Mesir segera menutup pintu perbatasan Rafah.
Operasi di Rafah dan bagian lain di Gaza akan segera dilakukan dalam waktu dekat.
Ultimatum dikeluarkan beberapa jam selepas perundingan lanjutan di Kairo, Mesir, buntu. Perwakilan Hamas pulang ke Qatar setelah dipastikan tidak akan ada kesepakatan dari pertemuan.
Juru bicara IDF, Nadav Shoshani, mengatakan, ada 100.000 orang terdampak perintah itu. Mereka diminta ke Al Mawasi dan sebagian Khan Younis. Israel mengklaim telah menyiapkan tenda di kedua wilayah.
Perintah evakuasi diberikan kepada pengungsi di antara Rafah dan Al Bayuk. Mayoritas orang terdampak merupakan pengungsi dari sejumlah daerah lain di Gaza.
Shoshani tidak menyebutkan berapa lama evakuasi harus dituntaskan. Ia hanya menekankan, rencana evakuasi diterapkan terbatas di lokasi yang diperintahkan.
Dilaporkan The Jerusalem Post, kabinet Israel memutuskan perintah evakuasi pada Minggu malam. Selepas keputusan dibuat, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengabari Menhan Amerika Serikat Lloyd Austin.
Kepada Austin, Gallant berkilah Israel sudah tidak punya pilihan lain. ”Operasi di Rafah dan bagian lain di Gaza akan segera dilakukan dalam waktu dekat,” katanya.
Juru bicara Departemen Pertahanan AS, Pat Ryder, membenarkan Gallant menelepon Austin. Menurut Ryder, mereka membahas perundingan soal sandera. Mereka juga membahas pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan soal Rafah.
Austin, menurut Ryder, menekankan bahwa serangan ke Rafah harus diikuti dengan rencana jelas perlindungan warga sipil. Rencana serangan juga harus diikuti jaminan pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Ubah dukungan
AS tidak sepenuhnya mendukung serangan ke Rafah. Dalam lawatan ke Israel pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, serangan besar-besaran ke Rafah bisa membalikkan pendapat warga AS soal Israel. Hubungan Israel-AS juga bisa terdampak negatif oleh serangan ke Rafah.
Koordinator Komunikasi Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby dan Penasihat Keamananan Nasional AS Jake Sullivan juga telah menyatakan sikap AS soal rencana serbuan Rafah. Kirby menyatakan, Israel paham sikap Presiden AS Joe Biden soal rencana serangan ke Rafah.
Menurut Kirby, Biden mengisyaratkan kebijakan AS ke Israel bisa berubah gara-gara serangan ke Rafah. Sullivan juga mengatakan, Biden dengan jelas menyampaikan potensi perubahan kebijakan itu.
Dilaporkan Axios, AS menunda pengiriman amunisi ke Israel. Sejak perang Gaza meletus pada Oktober 2023, baru kali ini AS menunda pengiriman amunisi ke Israel. Pejabat Israel dilaporkan meminta penjelasan soal penundaan pengiriman itu.
Pada Februari 2024, Washington meminta Israel menjamin senjata dari AS dipakai sesuai hukum internasional. Israel memberikan jaminan tertulis pada Maret 2024. (AP/REUTERS)