Kunjungan Simbolis Xi Jinping, 25 Tahun Setelah Serangan Bom di Serbia
Pengeboman itu mendekatkan relasi China-Serbia. Serbia menjadi mitra dagang kedua terbesar China di Eropa.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
BEOGRAD, SELASA — Presiden ChinaXi Jinping melanjutkan lawatanEropa ke Serbia. Kunjungan tersebut bertepatan dengan peringatan 25 tahun pengeboman Kedutaan Besar China di Beograd saat perang udara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) atas Kosovo pada 7 Mei 1999.
Xi menyebut pengeboman itu dalam artikel opini yang dimuat surat kabar Serbia, Politika, edisi Selasa (7/5/2024). Ia menuliskan, ”Kita tidak boleh lupa 25 tahun yang lalu, NATO berani mengebom Kedutaan Besar China di Yugoslavia. Rakyat China menghargai perdamaian, tetapi tidak akan pernah membiarkan tragedi bersejarah itu terjadi lagi.”
Pengeboman itu mendekatkan relasi China dan Serbia. China menyediakan investasi asing langsung terbesar bagi Serbia. Serbia juga menjadi mitra dagang kedua terbesar China di kawasan setelah Uni Eropa.
Beijing menentang pengeboman oleh NATO dan sejak peristiwa itu mendukung upaya Beograd melawan kemerdekaan Kosovo yang didukung Barat. Sebagai imbalan, Serbia menjadi sekutu loyal Beijing dan membuka pintu lebar-lebar tanpa hambatan bagi investasi China yang bernilai hingga miliaran dollar AS. Padahal, Serbia juga berupaya menjadi anggota resmi Uni Eropa.
”Persahabatan yang ditempa dalam darah antara rakyat China dan Serbia menjadi memori bersama di antara dua bangsa dan akan menginspirasi kedua pihak untuk maju bersama,” tulis Xi.
Ia juga menyebut, China bersedia bekerja bersama Serbia, bergandengan tangan dalam kemajuan, serta menuliskan babak baru dalam pembangunan dan revitalisasi nasional. ”Membangun komunitas China-Serbia dengan masa depan bersama di era baru,” tulis Xi.
Lima bom
Pada 7 Mei 1999, pesawat jet AS menjatuhkan lima bom di kompleks Kedutaan Besar China di Serbia. Bom membakar gedung dan menewaskan tiga warga negara China. Dua puluh orang lainnya terluka.
Insiden itu membebani hubungan China-AS. AS menyebut pengeboman itu sebagai kesalahan intelijen. Awalnya, NATO melancarkan perang udara pada Maret 1999 untuk memaksa orang kuat Serbia, Slobodan Milosevic, mengakhiri serangan terhadap kelompok etnis Albania di Kosovo yang dianggap memberontak.
Sasaran yang dituju, menurut Washington, adalah markas besar eksportir senjata milik negara Serbia yang terletak di jalan yang sama dengan Kedutaan Besar China. Namun, karena kesalahan intelijen, target bom mengenai sasaran yang salah. AS sudah minta maaf saat itu.
Persahabatan yang ditempa dalam darah antara rakyat China dan Serbia menjadi memori bersama antara dua bangsa dan akan menginspirasi kedua pihak untuk maju bersama.
Mengutip BBC, 7 Mei 2019, akibat pengeboman itu, pengunjuk rasa yang marah menyerbu kompleks diplomatik AS di China. Pengeboman juga memicu sentimen anti-Amerika. Beredar spekulasi serangan itu disengaja. Ketidakpercayaan atas peristiwa itu masih bertahan sampai saat ini.
”Bayangkan, seseorang, bahkan secara tidak sengaja, menyerang Kedutaan Besar Amerika Serikat di suatu tempat di seluruh dunia. Pasti akan langsung memunculkan reaksi. Jadi, bagi negara seperti China, jelas ini hal besar. Tentu saja tidak bisa dilupakan,” jelas Sven Biscop, profesor kebijakan luar negeri dan keamanan Eropa pada Universitas Ghent dan Egmont Institute.
Biscop menambahkan, dalam perang, insiden seperti itu biasa terjadi. ”Saya biasanya cenderung mencari penjelasan yang paling sederhana daripada mencoba menciptakan teori yang rumit. Kita mungkin tidak akan pernah benar-benar mengetahui secara pasti,” kata Biscop.
Tanda-tanda sentimen pro-China sudah terlihat menjelang kunjungan Xi kali ini. Di Beograd, bendera China berukuran besar dipasang di gedung pencakar langit di sepanjang jalan menuju kota dari bandara. Bendera China dan Serbia dapat dilihat di pusat kota dan di sepanjang jalan raya.
Di Beograd, Xi akan mengunjungi lokasi bekas Kedubes China yang dibom dan memberikan penghormatan kepada para korban. Di lahan bekas kedutaan itu sekarang berdiri pusat kebudayaan China.
Di situ terdapat Institut Konfusius, lokakarya, pameran, perkantoran, tempat tinggal, dan hotel. Hal ini dipandang sebagai simbol meningkatnya pengaruh China di Serbia dan di seluruh Eropa.
Di dekat institut tersebut, dibangun monumen sederhana dari marmer hitam. Prasasti di monumen tersebut bertuliskan ”Hormatilah Para Martir, Hargai Kedamaian” dalam bahasa Mandarin dan Inggris.
Setelah mengunjungi Serbia, Xi akan melawat ke Hongaria. (AP)