Belajar Sambil Jalan-jalan ke London
Tema ini salah satu pokok bahasan yang kami pelajari saat mengikuti program Unlocking Youyang diselenggarakan sekolah kami, SMA Labschool Cibubur, dengan berkunjung ke London, Inggris, pada pertengahan April 2017. Sebanyak 21 murid berkesempatan mengikuti program kegiatan tersebut.
Kami menjalani berbagai kegiatan selama 10 hari di kota London. Kami mengunjungi beberapa universitas, seperti St John’s College, King’s College, Trinity College, Royal Holloway University of London, dan Oxford University. Tak sekadar belajar, kami juga berekreasi di Oxford Street, Piccadilly Circus, Madame Tussauds, dan Old Trafford.
Peserta mengikuti seminar public speaking ala TED, sesi smartphone fotografi dengan Foto Ruta London, dan kelas CSI Forensics yang di- dampingi oleh Forensics Outreach, editorial workshopThe Guardian. Peserta juga diberikan tugas untuk memublikasikan kegiatan mereka sepanjang hari dalam bentuk jurnal elektronik yang diunggah ke situs Tumblr. Jurnal berisi tulisan, foto, dan video yang dapat diunggah ke jejaring sosial Instagram.
Peserta mendapatkan ilmu mengenai public speaking. Itu mencakup bagaimana seorang pembicara lebih baik fokus pada materi pembicaraan ketimbang mengikuti berbagai teori dalam buku panduan. Saat gugup, seseorang bisa mengalihkan energinya menjadi gerakan tangan dan bahasa tubuh yang dapat menarik penonton lebih dalam.
Seorang pembicara juga perlu menjadi diri sendiri. Penonton bisa merasakan pembicara yang sedang memalsukan dirimu menjadi karakter lain yang tidak otentik.
”Dalam dunia public speaking, media sosial sangatlah berpengaruh dalam kemampuan dasar seseorang untuk berkomunikasi,” kata salah satu pembicara, Liz Bamford, seorang aktris teater.
Belajar unggah konten
Peserta juga mendapat ilmu fotografi yang bisa menunjang untuk mengunggah konten positif ke medsos. Fotografi perlu dikuasai, terutama dengan memanfaatkan smartphone. Dengan cara tepat,
smartphone juga bisa menghasilkan gambar yang berkualitas sama bagus dengan kamera.
Menurut Jahel, instruktur fotografi dari Foto Ruta London, gambar yang bagus bukanlah dari orang berpengalaman, melainkan dari seseorang yang tahu bagaimana caranya menggunakan kamera. Menurut dia, foto yang bagus harus memiliki kesan keseimbangan dan komposisi yang sesuai. Terkadang, seseorang tidak peka terhadap lingkungan sekitarnya sehingga suka melewatkan momen menarik yang terjadi di sekitarnya.
Peserta diajak lebih memahami kegunaan medsos. Sarana ini tidak hanya rentan digunakan untuk menyebarkan hal-hal negatif, tetapi juga efektif untuk menebarkan inspirasi positif kepada orang lain. Salah satunya, mengunggah hal-hal baik yang memberi energi positif. Posting kegiatan Unlocking Youbarangkali bisa merangsang orang lain mengikuti acara serupa.
Peserta juga diajak mengunjungi The Guardian. Di situ, kami bisa mengetahui bagaimana media berkembang dalam bidang teknologi, serta konten yang dapat menggapai berbagai macam orang.
Selama di The Guardian, peserta merasakan bagaimana bekerja sebagai editor koran besar, dan juga menjadi tahu bagaimana rasanya berada di bawah tekanan deadline. Suasana di The Guardian sangatlah hening, para editor sedang sibuk mengerjakan artikel yang akan terbit di koran esok hari. Para peserta berkesempatan untuk membuat front page koran mereka sendiri.
Kami berhadapan dengan head editor dari The Guardian dan diberi pengarahan tentang bagaimana cara membuat sebuah front page yang menarik. Menurut salah satu penanggung jawab The Guardian di bidang media, seorang jurnalis harus siap setiap saat. Kita tidak tahu kapan sebuah kejadian menarik akan muncul dan harus segera diliput, bahkan jika berita tersebut terjadi di mancanegara.
”Media massa berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Dengan berita-berita yang beredar, masyarakat terkadang terbagi-bagi akibat perbedaan pendapat mengenai suatu isu,” ujar Lilufa Uddin, salah satu penulis di The Guardian.
Penulis: Tim SMA Labschool Cibubur- Aditya wibowo Wicaksono- Dara Ayu Ariane- Alvin Januar Ramadhan- Rania Alya Medina- Bayu Anggoro Astono