Menjaga Madu Hutan Sumbawa
Ini kegiatan ketiga setelah proyek serupa tahun 2013 dan 2015. Kegiatan ini merupakan rangkaian penelitian dan pengabdian masyarakat oleh para dosen Fakultas Teknobiologi Universitas Teknologi Sumbawa (FTB UTS). Sejumlah mahasiswa terlibat untuk belajar langsung di lapangan.
Sebelum ke lapangan, pada 6 Maret 2017, digelar penelitian tentang Identifikasi dan Inventarisasi Tanaman Sumber Pakan Lebah Madu Hutan Sumbawa. Kami menyemai bibit pohon binong yang tumbuh di aliran air dekat permukiman warga Desa Batu Dulang.
Dengan semboyan Save Binong Tree for Sumbawa Honey, kami berusaha menjaga kelestarian madu hutan Sumbawa. Madu ini terkenal sebagai salah satu ikon endemik dari Pulau Sumbawa. Sebagai salah satu daerah penghasil madu hutan, masyarakat Sumbawa, terutama yang tinggal di sekitar hutan, bisa memanen madu secara berkala. Ini mata pencaharian kedua bagi warga setelah bertani.
Dengan madu, taraf perekonomian masyarakat di Desa Batu Dulang meningkat. Desa ini juga berkembang sebagai salah satu desa wisata madu di Pulau Sumbawa.
Dihasilkan lebah hutan
Bagaimana madu itu dihasilkan? Madu di Sumbawa umumnya dihasilkan dari lebah hutan jenis Apis dorsata. Lebah ini menyukai tempat bersarang di pohon yang tinggi. Salah satunya, pohon binong. Sejak tahun 1998, binong masuk ke dalam daftar merah The International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Mengingat keberadaan yang terancam, kami pun lebih aktif untuk program konservasi habitat alias rumah tinggal Apis dorsata. Jika rumah lebah tersebut rusak, hasil produksi panen madu akan berkurang. Kondisi itu otomatis bakal menghilangkan mata pencarian kedua masyarakat.
Lokasi konservasi berada di ketinggian 1.040 meter di atas permukaan laut. Bibit binong ditanam di lahan milik Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Batu Lanteh dengan bantuan dua warga desa.
Perjalanan menuju lokasi kegiatan berjarak sekitar 20 kilometer dari Kota Sumbawa. Jalannya menanjak dan berliku, khas jalan pegunungan. Semaian bibit binong kami bawa ke lokasi penanaman melalui jalan berbatu dan menanjak.
Kami menanam bibit itu pukul 09.00 sampai 10.30 Wita. Sebelum menanam, kami membersihkan lahan terlebih dahulu dan membuat lubang tanam. Setelah ditanam dan diberi pupuk, semua bibit binong yang telah tertanam itu kami siram.
Dari jumlah 35 bibit binong dari kegiatan penelitian awal, hanya 15 bibit yang berhasil disemai dan ditanam. Jumlah tersebut sangat sedikit ketimbang jumlah bibit binong yang berhasil ditanam tahun sebelumnya. Kondisi itu menggambarkan, keberadaan pohon binong kian terancam dan semakin memerlukan perhatian khusus dan pelestarian.
Seusai menanam, kami mengeksplorasi potensi alam Desa Batu Dulang. Kawasan ini memiliki potensi untuk berkembang menjadi desa wisata alam selain wisata madu. Di sini ada beberapa air terjun yang indah. Bahkan, kawasan ini masih alami dan bersih karena belum banyak dieksplorasi.
Salah satu yang kami kunjungi adalah Air Terjun Tiu Dua di lembah pegunungan Batu Dulang. Selain menjadi daerah penghasil madu terbesar di Kabupaten Sumbawa, Batu Dulang juga merupakan daerah aliran sungai (DAS) yang berperan penting dalam ketersediaan air bersih untuk Kota Sumbawa.
Fungsi penting pohon binong adalah menjadi rumah bagi ribuan lebah Apis dorsata. Selain itu, pohon itu juga menjadi penunjang DAS dan penghasil air bersih di Sumbawa. Oleh karena itu, menjaga kelestarian dari rumah Apis dorsata ini merupakan kewajiban bersama dari seluruh elemen masyarakat, khususnya warga Sumbawa.
Cindy Suci Ananda
Program Studi Bioteknologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas Teknologi Sumbawa