Argumentasi
Dessy Nurul Ulya, Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang, Padang.
Pengalaman spesial saya peroleh pada peringatan Hari Kemerdekaan RI tahun 2016. Ketika itu, saya menjadi panitia lomba panjat pinang. Biasanya panitia di kampung saya para pemuda. Warga kampung selalu antusias dan mendukung penuh acara ini. Mereka juga menyumbang uang atau beras.
Setelah dana terkumpul, kami menyusun jadwal perlombaan dan membeli hadiah. Kaum pria mencari batang pinang dan menegakkannya di lapangan. Sementara kaum perempuan membungkus hadiah.
Hadiah yang tersedia tidak mahal. Bagi kami kebersamaan merayakan momen tersebut lebih dari segalanya. Warga yang senang dan melontarkan pujian merupakan imbalan besar bagi kami. Walau panitia berganti dan generasi baru muncul, antusiasnya tetap sama.
Lomba buat Pejuang
Mifta Khairoh, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung.
Menjadi panitia adalah tugas berat bagi saya, terutama menyambut Hari Kemerdekaan RI. Dua tahun lalu saya menjadi panitia pesta agustusan di kampung. Paling susah mencari dana. Namun, warga desa tetap membantu sehingga acara itu lancar dan khidmat walau sederhana.
Lomba terbuka bagi semua warga kampung, seperti balap karung, memasukkan paku dalam botol, dan paling seru lomba panjat pinang. Semua warga kampung berperan aktif memeriahkan acara tersebut. Menurut saya perlombaan itu mengajarkan kami menjadi pejuang sejati dalam bentuk sederhana.
Paling Berkesan
Farizky Hisyam, Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya, Malang.
Perayaan kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2015 paling berkesan bagi saya. Sebagai pengurus karang taruna, saya menjadi panitia dan mengadakan berbagai kegiatan, termasuk aneka lomba. Selain dari kas warga, kami mencari dana lewat bank sampah yang kami rintis sejak 2013.
Bank sampah ini menampung barang bekas dan tak terpakai dari warga secara sukarela. Sampah plastik, kardus, dan kertas yang kami kumpulkan selama setahun, kami jual ke pengepul di pasar. Uang itu untuk keperluan lomba. Kami sangat puas dan bersyukur serta belajar menghargai lembar demi lembar uang dari usaha sendiri. Uang didapat, volume sampah rumah tangga berkurang.
Paling Seru
Diah Novitaloka, Hospitality Management Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Jakarta.
Tahun lalu saya aktif di karang taruna dan menjadi panitia pesta kemerdekaan RI tingkat RT. Sebulan sebelum hari H kami menyusun acara perlombaan untuk semua kalangan, mulai dari siswa TK, SD, remaja, sampai warga dewasa. Kami juga menarik iuran Rp 25.000 dari tiap-tiap rumah untuk lomba serta mendaftarkan peserta.
Salah satu lomba pada 17 Agustus 2016 adalah memasukkan belut ke dalam baskom, dari garis start ke garis finis. Saat lomba, belut malah tumpah dan semua peserta pun heboh, kaum ibu berteriak dan latah. Kami pun ikut heboh karena belut tersebut licin dan sukar ditangkap.
Menjadi panitia perayaan kemerdekaan, saya belajar sebagai pemuda Indonesia wajib hukumnya menjaga keutuhan bangsa secara kekeluargaan dan toleransi tanpa memandang
ras serta teguh pada semboyan Bhinneka Tunggal Ika. (TIA)