Demi bisa membolos dan mengakali jatah absen kuliah agar memenuhi syarat mengikuti ujian akhir semester, ada sejumlah mahasiswa melakukan akal-akalan mencari surat sakit abal-abal. Akal-akalan macam itu sejak lama sudah ada, tetapi mahasiswa "zaman now" punya cara lebih canggih.
Berhubung mahasiswa melek teknologi, mencari surat sakti bernama keterangan sakit dari dokter tak harus datang ke klinik atau puskemas. Mereka bisa membelinya secara mudah lewat situs penjualan online. Bahkan mahasiswa yang "rajin" dan "kreatif" membuat sendiri surat itu dengan me-scan surat asli lalu membuat kolom isian nama dan lain-lain untuk diisi sesuai kebutuhan. Wuih.. ada-ada saja.
Beberapa mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Jabodetabek dan Yogyakarta mengungkapkan alasan mengapa sampai membuat surat sakit palsu.
Doni (bukan nama sebenarnya), mahasiswa sebuah universitas di kawasan Tangerang Selatan, Banten pernah menggunakan surat dokter palsu dan surat keterangan kecelakaan palsu dari oknum polisi. Surat Keterangan kecelakaan ia peroleh dengan biaya administrasi Rp 100.000.
Surat tersebut ia serahkan ke Biro Administrasi Akademik kampus karena wewenang mengurus absen bukan di tangan dosen melainkan berada di lembaga itu. Selamatlah dia dari alpa.
Awalnya takut pakai surat seperti itu. Tapi, untung ada teman bisa meniru tulisan dokter. Itu saya lakukan dari semester tiga sampai enam
Tak hanya sekali Doni memakai surat sakti semacam itu. Di kesempatan lain ia pernah menggunakan surat dokter palsu dari temannya yang piawai membuat surat palsu dengan cap yang ia buat sendiri. “Awalnya takut pakai surat seperti itu. Tapi, untung ada teman bisa meniru tulisan dokter. Itu saya lakukan dari semester tiga sampai enam,” ujar Doni, Senin (23/4/2018).
Bagi sebagian mahasiswa, toleransi itu ternyata tidak cukup, mereka butuh waktu lebih banyak untuk tidak masuk kuliah. Alasannya beragam. Doni umpamanya, dulu sering membolos di semester tiga sampai enam hanya karena malas bangun pagi untuk hadir kuliah pukul 08.00. Selain itu, ia juga belum menyelesaikan tugas dari dosen atau ya karena malas saja ke kampus.
Alasan lebih kurang sama diungkapkan Wina (bukan nama sebenarnya), mahasiswa di Yogyakarta. Wina pernah terlambat bangun untuk kuliah pukul 09.00 dan apesnya, dosen hanya memberi toleransi 15 menit bila terlambat masuk. Untuk itulah, Wina nekat mencari surat sakit palsu dari klinik dekat kampusnya. Hanya dengan dalih sakit demam dan menunjukkan kartu mahasiswa, ia bisa mendapat surat keterangan sakit palsu secara gratis.
Hebatnya, klinik tak hanya memberi surat keterangan sakit tapi masih ditambah obat. Wah makin kuatlah bukti yang menyatakan Wina sakit. Surat tersebut digunakan karena dosen pengampu mata kuliah tersebut tak mudah memberikan izin absen. Titip absen pun tak berlaku.
Sebenarnya Wina mengaku agak takut melakukan trik tersebut. Untungnya, bagian akademik kampus tidak menelpon klinik tersebut. Kalau pihak kampus mengecek ke klinik, nasib Wina itu bakal runyam. Paling apes, ia tidak bisa ikut UAS bahkan bisa harus mengulang mata kuliah di semester berikutnya.
Agung (bukan nama sebenarnya) yang kuliah di Depok, Jawa Barat bernyali lebih besar. Demi bisa membolos dengan aman karena salah melihat jadwal kuliah atau berlibur ke luar kota, ia memilih membeli surat keterangan sakit dari klinik kesehatan di dekat kampusnya.
Ia memang harus membayar Rp 25.000 atau Rp 50.000-Rp 100.000 per lembar surat bergantung permintaan petugas klinik. Tapi surat abal-abal tersebut sungguh sakti, buktinya Agung tak pernah kena semprit dosen yang curiga atas ketidakhadirannya di kelas.
Aturan Ketat
Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta umumnya memberi kesempatan mahasiswa untuk absen maksimal tiga kali dalam satu semester. Universitas Pelita Harapan Tangerang dan LaSalle College Jakarta, misalnya, menerapkan peraturan ketat mengenai izin sakit. Pelanggar aturan bisa mendapat sanksi seperti tak boleh ikut ujian akhir semester atau harus mengulang mata kuliah tertentu saat ia membolos.
Di UPH, mahasiswa sakit harus mengisi sickness form yang harus diserahkan ke student service. Tak cukup hanya itu. Si mahasiswa juga harus melampirkan surat keterangan sakit dari klinik UPH.
Kami hanya memberi izin mahasiswa bagi mahasiswa yang dirawat di rumah sakit dan dengan keterangan dari RS tempat ia dirawat
Surat keterangan sakit dari klinik juga tak laku di LaSalle College Jakarta. Dalam satu semester, LaSalle hanya memberi waktu absen tiga kali kepada mahasiswa. Advelina, dosen kelas tekstil menyatakan tak memberi izin kepada mahasiswa yang membawa surat keterangan sakit dari mana pun.
"Kami hanya memberi izin mahasiswa bagi mahasiswa yang dirawat di rumah sakit dan dengan keterangan dari RS tempat ia dirawat," tutur Advelina pada Minggu (22/4/2018).
Kebutuhan pembuatan surat keterangan sakit palsu tersebut tampaknya cukup besar. Bila kita menggunakan kata kunci surat dokter di mesin pencari di internet, maka muncul situs internet yang menawarkan surat keterangan sakit. Semua itu bisa didapatkan tanpa harus bertemu dokter.
Sedangkan perihal surat keterangan sakit yang dikeluarkan dokter, Ikatan Dokter Indonesia telah mengaturnya dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia Pasal 7 yang berbunyi: "Setiap dokter hanya memberikan keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya. Jika ia mengeluarkan surat keterangan tak sesuai fakta, selain melanggar kode etik, sang dokter juga bisa dituntut secara pidana sesuai Pasal 263 dan lebih spesifik lagi diatur dalam Pasal 267 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Nah lho.
(*)