Argumentasi tentang UKM
Tak Hanya Berolahraga
Wina Sugiani Sugana, mahasiswa Departmen Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Katolik Parahyangan Bandung.
Kampus saya menyediakan 27 unit UKM, salah satu nya adalah taekwondo. Awalnya saya ikut UKM karena ingin berolahraga. Setelah menjadi bagian keluarga Taekwondo Unpar saya mendapat pengalaman yang berbeda yakni, mendapatkan keluarga yang merasakan bahwa kuliah tidak seenak seperti di sinetron. Menghargai orang ketika berbeda pendapat sehingga tidak lagi memikirkan diri sendiri sampai menjadi pemimpin untuk diri sendiri bahkan bisa memimpin teman-teman saya saat sedang latihan.
Semakin sering latihan semakin merasa nyaman dengan orang-orang nya walaupun memang menyita waktu untuk mengerjakan tugas, apalagi pada saat kejuaraan Parahyangan Taekwondo Championship saya tidak bisa ikut kuliah, tetapi saya mendapatkan banyak hal-hal baru setelah saya ikut kejuaraan berkat ikut UKM.
Pembatasan Kepesertaan
Muhammad Waliyuddin, mahasiswa Jurusan Hukum Pidana Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
UKM punya banyak kelebihan. Ia membantu mahasiswa menambah pengalaman di luar kelas. Kami, tak mungkin hanya mengandalkan pembelajaran dalam kelas, sehingga UKM bisa menjadi wadah mahasiswa dalam berorganisasi dan mencari teman.
Namun sayang ada pembatasan peserta untuk masuk UKM. Pengurus hanya menerima mahasiswa semester awal, 1-3. Akibatnya banyak mahasiswa yang ingin masuk ke UKM untuk menunjang pembelajaran di kampus di tolak, karena sudah berada di semester antara 4-6. Pengalaman itu saya alami. Sekarang saya di semester 5, di awal ajaran baru pasti UKM merekrut anggota baru. Saya mencoba mendaftar tetapi mereka menolaknya dengan alasan semester. Menurut saya, alasan itu tidak logis dan membatasi hak untuk belajar.
Belajar Tak Hanya di Kelas
Stela Sebastian, Jurusan Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta
UKM menjadi salah satu cara bagi saya untuk lebih mengenal kegiatan kampus dan menambah relasi pertemanan. Sebenarnya saya tak punya hobi khusus, hanya sebatas tertarik melihat keseruan program kerja UKM Diving yang dipresentasikan di masa orientasi mahasiswa baru. Saya lalu mengisi formulir pendaftaran dengan persetujuan orang tua.
Pengalaman aktif di UKM Diving membawa saya pada tempat dan teman baru, mulai dari kunjungan ke komunitas diving di Jakarta sampai tergabung dengan forum penyelam mahasiswa nasional Indonesia. Bagi saya, UKM membuka peluang untuk belajar mengenai karakter manusia dan cara menghadapinya yang kelak berguna di dunia kerja. UKM juga mengajak saya mengeksplorasi kekayaan bawah laut Indonesia. Bali, Kalimantan, Maluku, serta belajar bertahan hidup di alam bebas melalui teknik survival. Pokoknya UKM membawa mahasiswa untuk terus belajar tanpa terpaku teori di bangku kuliah.
Wadah yang Efektif
Gregorius Virdiawan, mahasiswa Ilmu Filsafat Divinitas Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Saya ‘memaksa’ diri ikut salah satu UKM sejak memasuki semester tiga. Awalnya hanya ikut-ikutan, karena ingin kenal lebih banyak orang di kampus. Lambat laun saya menyadari, UKM merupakan wadah efektif untuk pengembangan diri.
Unit kegiatan yang saya ikuti Jurnalistik dan penelitian mahasiswa. Oleh karena hanya bermodal nekat, maka banyak hal harus saya dedikasikan agar bisa mengimbangi teman yang lebih mumpuni di bidang ini. Tak jarang saya sering absen di rumah. Kadang terasa melelahkan, tetapi yang terpenting kegiatan tersebut tidak mengganggu studi. Kesibukan justru membuat saya makin jeli mengatur diri dan membuat prioritas. Hasil tak menghianati proses. Ada banyak keterampilan saya dapat dari UKM yang seringkali tidak diperoleh dalam perkuliahan. Selain itu, UKM telah terbukti efektif untuk memperluas jaringan yang dibutuhkan dalam dunia kerja nanti.
Kenali Diri Sendiri
Ayu Sri Ratna Yuningsih, Ilmu Perpustakaan Fak.Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Kehadiran berbagai UKM di kampus kadang-kadang membuat kita dilema dalam menentukan apa yang cocok untuk kita. Dalam hal ini, kita harus sadar dan mengenali minat dan bakat diri sendiri dulu, kemudian mentransformasikan minat dan bakat tersebut ke dalam UKM yang sesuai.
Minat dan bakat mustahil muncul jika di gembok dalam hati. Minat dan bakat bisa tumbuh dewasa apabila di lepas, di beri ruang supaya segalanya berkembang, sehingga berpeluang memajukan keterampilan dan pengalaman kita. Contoh saya sendiri, ketika hobi menulis kemudian saya salurkan melalui UKM Jurnalistik di kampus. Alhasil saya lebih banyak tahu dunia jurnalistik yang tidak hanya sekadar menulis biasa. Bermula dari hobi dan mengenali diri sendiri itulah , saya kemudian memilih UKM yang selaras.
Pelajaran Berharga
M. Ikhsan Aulia, Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat
Saya sekarang mahasiswa tahun terakhir yang akan di wisuda. Tiga tahun sudah, saya bergabung di UKM bidang kesenian dan kini menjabat sebagai dewan penasehat. Meski, saya tidak ahli dalam bidang seni, setidaknya saya mendapat pelajaran berharga. Di organisasi kita belajar banyak hal, mulai bergaul, berbicara di depan umum, bekerjasama serta belajar menghadapi konflik.
Sewaktu menjadi mahasiswa baru, saya tidak mengenal apa itu UKM, apalagi jenis-jenis UKM di kampus. Saat hari pertama mendaftar, UKM itu tampak sepi pendaftar ternyata ada ketakutan sebagian mahasiswa kalau kuliah keteteran karena aktif di UKM. Saya sudah mengalami, walau saya aktif di UKM, kuliah berjalan lancar, asal kita pandai mengatur waktu. (TRI)