JAKARTA, KOMPAS-Manfaat vitamin D tidak hanya dibutuhkan anak untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan pencegahan penyakit noninfeksi. Vitamin D juga dibutuhkan perempuan dewasa untuk mengurangi risiko penyakit kanker payudara.
Para peneliti dari University of California San Diego School of Medicine membuktikan, semakin tinggi kadar vitamin D dalam tubuh perempuan, risiko kanker payudara akan berkurang. Kajian ini dipublikasikan di edisi daring jurnal PLOS ONE pada 15 Juni 2018.
Para ilmuwan mengumpulkan bukti data dari dua uji klinis acak dengan 3.325 peserta gabungan dan penelitian prospektif yang melibatkan 1.713 peserta untuk meneliti hubungan antara risiko kanker payudara wanita dan berbagai konsentrasi serum 25-hidroksivitamin D (25 (OH) D), yang dipilih sebagai penanda karena merupakan bentuk utama vitamin D dalam darah.
Semua perempuan yang berpartisipasi dalam riset ini berumur 55 atau lebih tua dengan umur rata-rata 63 tahun. Data ini dikoleksi antara tahun 2002 dan 2017.
Saat awal eksperimen, semua peserta bebas dari kanker dan mereka terus dipantau selama empat tahun. Selama penelitian tingkat vitamin D dalam darah diukur. Selama studi, sebanyak 77 kasus baru kanker payudara didiagnosis dengan laju kejadian yang disesuaikan dengan usia, sebesar 512 kasus per 100.000 orang per tahun.
Para peneliti mengidentifikasi, ambang sehat minimum 25 (OH) D dalam plasma darah idealnya 60 nanogram per mililiter, jauh lebih tinggi dari 20 ng/ml yang direkomendasikan pada 2010 oleh Institute of Medicine atau sekarang National Academy of Medicine, kelompok penasehat kesehatan kepada pemerintah federal Amerika Serikat. Sedangkan beberapa kelompok, seperti GrassrootsHealth, telah menganjurkan ambang minimum yang lebih tinggi untuk tingkat serum vitamin D darah, sebanyak 50 ng/ml.
"Kami menemukan bahwa peserta dengan tingkat 25 (OH) D dalam darah di atas 60 ng/ml memiliki seperlima risiko kanker payudara dibandingkan dengan yang kurang dari 20 ng/ml," kata peneliti utama Cedric F. Garland, profesor di Departemen Kedokteran Keluarga San Diego dan Kesehatan Masyarakat, dalam siaran pers di laman kampus ini.
Para peneliti juga menggunakan model analisis regresi multivariat untuk mengukur hubungan antara 25 (OH) D dan risiko kanker payudara, dengan hasil yang disesuaikan untuk usia, indeks massa tubuh, merokok dan asupan suplemen kalsium. Sharon McDonnell, ahli epidemiologi dan biostatistik untuk GrassrootsHealth, yang terlibat dalam kajian ini mengatakan,
"Meningkatkan kadar vitamin D darah secara substansial di atas 20 ng/ml terbukti penting untuk pencegahan kanker payudara."
Menurut Garland, studi ini menemukan bukti manfaat nyata vitamin D bagi pencegahan kanker payudara untuk perempuan pascamenopause. Dibutuhkan eksperimen tersendiri untuk membuktikan kaitannya dengan perempuan pramenopause.
Garland dan timnya telah menganjurkan manfaat vitamin D kesehatan selama bertahun-tahun. Pada tahun 1980, ia dan saudaranya, Frank C. Garland, juga seorang ahli epidemiologi, menerbitkan makalah berpengaruh yang mengemukakan vitamin D, yang diproduksi oleh tubuh melalui paparan sinar matahari, dan kalsium, yang dibantu vitamin D agar bisa diserap tubuh, mengurangi risiko kanker usus besar. Garland juga menemukan asosiasi vitamin D dalam mencegah kanker payudara, paru-paru, kandung kemih, dan leukemia.
Pemenuhan Vitamin D
Sebagaimana diwartakan Kompas pada 14 Juni 2018, defisiensi (kekurangan) vitamin D telah menjadi persoalan kesehatan global. Tidak hanya di negara dengan empat musim dan negara tropis seperti di Indonesia. Berdasarkan data South East Asia Nutrition Surveys (Seanuts) di 48 kabupaten di Indonesia tahun 2011, prevalensi status vitamin D yang sesuai harapan (desirable) pada anak usia 1-12,9 tahun hanya 5,6 persen. Ini ditandai dengan kadar 25-hydroxyvitamin D di atas 75 nmol/l (nanomoles per liter).
Padahal, untuk negara tropis seperti Indonesia, kebutuhan vitamin D bisa dipenuhi paparan sinar matahari yang merupakan sumber utama. Selain itu, vitamin D bisa didapatkan dari konsumsi ikan laut seperti ikan tuna, tenggiri, dan kembung. Susu dan telur juga mengandung vitamin D. Gaya hidup modern yang cenderung beraktivitas di dalam ruangan bisa mengurangi paparan vitamin D dari matahari.
Sedangkan untuk negara subtropis, menurut Garland, untuk mencapai 25 (OH) D tingkat 60 ng / ml, umumnya akan membutuhkan suplemen makanan 4.000 hingga 6.000 unit internasional (IU) per hari. Selain itu, diperlukan penambahan paparan matahari moderat setiap hari dengan mengenakan pakaian yang sangat minim (sekitar 10 -15 menit per hari di luar rumah pada siang hari). Dia mengatakan keberhasilan suplementasi oral harus ditentukan dengan menggunakan tes darah, sebaiknya selama bulan-bulan musim dingin.