Ibu Jadi Panutan dan Penjaga Pola Makan Sehat Keluarga
Oleh
Ester Lince Napitupulu
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Para ibu dapat menjadi panutan dan penjaga pola makan sehat keluarga. Selain itu, para ibu berperan penting dalam mewariskan kebiasaan sehat untuk anggota keluarga dengan menyiapkan lingkungan makanan yang baik di rumah.
Oleh karena itu, Hari Ibu Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Desember ini diharapkan jadi momentum mengingatkan peran penting para ibu untuk memperhatikan gizi dan pola hidup sehat sejak di dalam keluarga. Ajakan ini disampaikan peneliti pada SEAMEO Regional Center for Food and Nutrition–Pusat Kajian Gizi Regional Universitas Indonesia, Helda Khusun, di Jakarta, Jumat (21/12/2018).
Helda menjelaskan, lingkungan rumah dapat bersifat obesogenik atau mendorong untuk mengonsumsi makanan tidak sehat dan kurang aktivitas fisik; atau dapat juga melindungi kesehatan, tergantung pola apa yang diterapkan dan pola asuh yang dijalankan.
"Siapakah penentu pola hidup sehat dan pola makan sehat di rumah? Tanpa dapat dibantah, pada banyak kasus Ibu adalah penjaga yang menentukan apa, bagaimana, di mana dan kapan anggota keluarga makan dan beraktivitas. Ibu, dan juga ayah tentunya, adalah panutan cara makan dan aktifitas fisik anggota keluarga," ujarnya.
Tanpa dapat dibantah, pada banyak kasus Ibu adalah penjaga yang menentukan apa, bagaimana, di mana dan kapan anggota keluarga makan dan beraktivitas.
Helda menekankan, peran ibu penting dalam membentuk pola hidup sehat sejak di keluarga untuk mendukung pemerintah mengatasi beban masalah gizi ganda di masyarakat. Saat ini, ada masalah kegemukan dan obesitas yang terus meningkat, tetapi beberapa masalah gizi kurang juga masih tinggi.
Saat ini, 1 dari 3 orang Indonesia usia di atas 15 tahun mengalami kegemukan atau obesitas. Pada saat sama, 1 dari 3 perempuan usia subur mengalami anemia yang biasa disebut “kurang darah” yaitu rendahnya hemoglobin akibat kurang asupan zat besi. Jadi, asupan makanan anggota keluarga perlu diperhatikan agar terhindar dari masalah gizi ganda ini.
Pemilihan makanan
Helda menambahkan, terkait praktek pemilihan makan dan penyediaan makanan di rumah, beberapa riset menunjukkan terjadi banyak pergeseran dari pola tradisional. Dulu, makan itu hampir selalu di rumah dan disiapkan di rumah, utamanya oleh Ibu. Namun kini, meski sebagian besar masyarakat kita masih makan di rumah, tidak semua disiapkan di rumah.
Banyak Ibu di daerah perkotaan dengan berbagai alasan lebih menyukai membeli makanan dibandingkan memasak. Ditambah lagi makin maraknya praktik pengiriman makanan berbasis aplikasi daring yang memudahkan akses sehingga menurunkan keinginan untuk memasak sendiri di rumah.
Meski praktek membeli makanan memberikan banyak alternatif, itu membatasi pilihan dan kebebasan untuk berkreasi dengan berbagai bahan makanan. Pada akhirnya itu membatasi didikan dan pembiasaan rasa dan ragam jenis makanan pada anak-anak.
"Padahal kemampuan anak untuk beradaptasi dengan berbagai jenis dan rasa makanan, dan keterampilan mereka memilih dan menyiapkan makanan, sangat penting di era global ini untuk memberikan mereka perlindungan yang mumpuni terhadap berbagai macam penyakit degeneratif," ucapnya.
Helda mengingatkan rumah merupakan lingkungan di mana anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu mereka dan titik awal di mana anak-anak belajar tentang bagaimana, apa, di mana dan kapan mereka makan. Karena itu, pengetahuan, sikap dan nilai-nilai yang dipegang oleh anak-anak terkait makanan dibentuk sejak kecil, semua berawal dari rumah.
"Dorongan terhadap pola makan dan aktivitas fisik di rumah mempengaruhi kebiasaan anggota keluarga bisa berupa paparan terhadap iklan makanan dan minuman dari televisi atau media daring lainnya yang didapat di rumah. Kebiasaan makan anggota keluarga ditiru anggota keluarga lainnya, terutama anak-anak. Hal penting lain yang menentukan lingkungan makanan rumah adalah sumber daya yang dimiliki keluarga," jelas Helda.
Sementara Evi Ermayani dari Unit Manajemen Pengetahuan & Kemitraan, SEAMEO RECFON, memaparkan, menu makan di rumah harus dipastikan selalu mengandung sayuran, buah-buahan, sumber protein, dan sumber karbohidrat sesuai anjuran.
Pegangan penentuan apa dan berapa yang perlu dikonsumsi, disesuaikan dengan anjuran Kementrian Kesehatan dengan “Isi Piringku”, yaitu setengah bagian piring untuk buah dan sayur, setengah bagian lainnya dibagi 1/3 untuk lauk sumber protein, dan 2/3 untuk makanan pokok sumber karbohidrat. Selain nasi, kebutuhan karbohidrat dapat dipenuhi dari sumber lain seperti jagung, sagu, umbi-umbian dan mie serta berbagai olahan terigu lainnya seperti roti.
Evy menambahkan penting bagi keluarga untuk meluangkan waktu ukmakan bersama keluarga di rumah (sarapan atau makan malam). Selain itu, anak perlu dibiasakan untuk membawa bekal ke sekolah dan tempat kerja.