Menular ke Sesama Manusia, Virus Korona Bisa Cepat Menyebar
Pemerintah China mengonfirmasi bahwa penyakit ini bisa menular dari manusia ke manusia. Penyebaran penyakit pernapasan ini dikhawatikan meluas.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ancaman virus korona memasuki babak baru setelah Pemerintah China mengonfirmasi bahwa penyakit ini bisa menular dari manusia ke manusia. Penyebaran penyakit pernapasan seperti SARS ini dikhawatikan meluas ketika jutaan orang melakukan perjalanan untuk merayakan Imlek.
Xinhua Zhong Nanshan, ahli pernapasan dan kepala tim Komisi Kesehatan Nasional China yang menyelidiki wabah itu, membenarkan adanya dua kasus infeksi di Provinsi Guangdong disebabkan penularan dari manusia ke manusia, bahkan, anggota staf medis telah terinfeksi. Demikian laporan kantor berita resmi China, Xinhua, Senin (21/1/2020).
Strain atau galur baru virus korona ini pertama kali ditemukan di Kota Wuhan pada Desember 2019. Virus ini memiliki kemiripan dengan sindrom pernapasan akut parah (SARS), yang menewaskan hampir 650 orang di seluruh daratan China dan Hong Kong pada 2002-2003.
Dua kasus infeksi di Provinsi Guangdong disebabkan penularan dari manusia ke manusia, bahkan, staf medis telah terinfeksi.
Pihak berwenang di China sebelumnya melaporkan sebanyak 139 kasus baru telah terinfeksi virus korona selama akhir pekan. Dengan tambahan ini, jumlah total pasien yang terinfeksi di China menjadi 217 orang sejak virus ini pertama kali terdeteksi pada bulan lalu di Kota Wuhan.
Pada hari Selasa (22/1/2020), telah dikonfirmasi bahwa seorang pria berusia 89 tahun di Wuhan meninggal karena virus ini menjadikannya sebagai korban jiwa keempat.
Virus menyebar
Virus ini disebutkan telah menyebar di Beijing, Shanghai, dan Guangdong di selatan. Beberapa pasien di negara bagian di China juga dicurigai terserang virus ini, meliputi Shandong, Sichuan, Guangxi dan Yunnan. Lima orang yang menempuh perjalanan dari Wuhan juga dirawat karena demam di Provinsi Zhejiang.
Korea Selatan pun melaporkan kasus pertamanya, yaitu seorang perempuan berusia 35 tahun yang terbang dari Wuhan. Thailand dan Jepang sebelumnya mengonfirmasi total tiga kasus, yang semuanya sebelumnya mengunjungi China.
Penyebaran ini dikhawatirkan akan meluas menjelang liburan tahun baru Imlek, ketika lebih dari 400 juta orang diperkirakan melakukan perjalanan di dalam negeri ataupun ke luar China.
Menurut situs Flightradar24, selama seminggu depan, diperkirakan 2.131 penerbangan akan berangkat dari Wuhan ke kota-kota China lainnya. Sebanyak 205 penerbangan akan menuju ke tujuan luar negeri, terutama Thailand yang akan menerima 54 penerbangan dalam periode 20-27 Januari 2020.
Para ilmuwan dari Pusat Analisis Penyakit Menular Global MRC di Imperial College, London, telah memperingatkan dalam sebuah makalah yang diterbitkan Jumat (17/1/2020) bahwa jumlah kasus di Wuhan kemungkinan mendekati 1.700 orang, jauh lebih tinggi daripada angka resmi.
Melihat perkembangan baru ini, seperti dilaporkan Kantor Berita AFP, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dijadwalkan akan menggelar pertemuan darurat minggu ini untuk membahas virus mirip SARS ini.
WHO melaporkan, penyakit ini disebabkan oleh virus dari keluarga besar yang sama dengan SARS dan MERS, yakni virus korona, tetapi dengan galur (strain)baru yang belum pernah ditemukan pada manusia.
Sebagaimana diberitakan, laporan pertama diterima WHO dari otoritas China pada 31 Desember 2019. Sedikitnya 41 orang dilaporkan terinfeksi virus korona tipe baru (2019 novel coronavirus/2019-nCoV) di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Sebagian besar pasien merupakan pekerja Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di kawasan tersebut. Tujuh pasien di antaranya dalam kondisi kritis dan dua orang meninggal. Kedua orang yang meninggal berusia lanjut dengan riwayat penyakit penyerta.
Setelah Pemerintah China melakukan deteksi secara masif, seperti yang ditulis BBC, sudah lebih dari 200 kasus yang terdeteksi saat ini. Sebagian besar kasus ditemukan di Wuhan, tetapi meluas ke Beijing, Shanghai, dan Shenzhen. Kasus serupa dilaporkan di Jepang, Thailand, dan Korea Selatan.
Kasus di Jepang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Jepang pada 15 Januari 2020. Pasien tersebut berusia 30-39 tahun yang terdeteksi setelah melakukan perjalanan ke Wuhan pada akhir Desember.
Pasien itu mengaku tidak mengunjungi pasar grosir makanan laut ataupun pasar hewan hidup lainnya di Wuhan, China. Namun, ada indikasi berhubungan dekat dengan seseorang yang mengalami pneumonia.
Tanda dan gejala klinis yang dialami pasien, antara lain demam, batuk, dan pilek serta pada beberapa kasus ditemukan mengalami kesulitan bernapas. Pada kasus yang lebih parah, infeksi dari virus korona tipe baru ini bisa menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, hingga kematian.