Pemerintah Provinsi Jawa Timur menunjuk tiga rumah sakit untuk mengantisipasi penyebaran virus korona penyebab pneumonia akut dari Wuhan, China.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Pemerintah Provinsi Jawa Timur menunjuk tiga rumah sakit untuk mengantisipasi penyebaran virus korona penyebab pneumonia akut dari Wuhan, China. Di ketiga rumah sakit telah disiapkan ruang isolasi permanen bagi pasien yang diduga terkena serangan virus korona yang berdampak hingga kematian itu.
Menurut Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Surabaya, Minggu (26/1/2020), ruang karantina permanen ada di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo, Surabaya, Rumah Sakit Umum Pusat Dr Soedono, Madiun, dan RSUD Dr Saiful Anwar, Malang.
“Kami juga berkoordinasi dengan otoritas pelabuhan dan bandar udara untuk terus memantau dan memeriksa kedatangan penumpang terutama dari China,” kata Khofifah.
Di pelabuhan dan bandara, lanjut Khofifah, juga telah disiapkan ruang-ruang isolasi sementara bagi penumpang yang diduga sakit dan harus diperiksa seksama. Selain itu, Kementerian Kesehatan telah menempatkan body thermal scanner di terminal 1 dan terminal 2 Bandara Juanda dan Pelabuhan Tanjung Perak.
Ada pasien dari China dan sedang kami tangani (Pesta Parulian)
Alat ini akan memindai seluruh penumpang. Yang terindikasi suhu tubuh tinggi akan diisolasi sementara dan diperiksa. Jika terindikasi terpapar virus korona akan dirujuk ke rumah sakit yang telah ditunjuk.
Langkah antisipasi ini untuk memenuhi surat edaran Kementerian Kesehatan bertanggal 5 Januari 2020. Isinya imbauan kepada seluruh dinas kesehatan provinsi, kantor kesehatan pelabuhan, dan RSUD serta RSUP untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyebaran virus penyebab radang paru atau pneumonia khususnya virus korona.
Kepala Dinas Kesehatan Jatim Herlin Ferliana menambahkan, tim kesehatan lebih siaga dalam memeriksa penumpang asal mancanegara terutama dari China, Thailand, dan Singapura yang dilaporkan ada temuan kasus manusia terkena virus korona. Seluruh penumpang mancanegara khususnya dari China harus mengisi blanko healt alert card atau HAC.
Herlin menyatakan, hingga saat ini, di Jatim belum ada laporan dari tingkat fasilitas dasar atau puskesmas hingga rumah sakit ada masyarakat yang terpapar virus korona. Meski demikian, pemerintah meminta masyarakat untuk waspada. Jika ada yang terkena demam tinggi di atas 38 derajat celcius disertai batuk, pilek, dan sesak napas hingga pneumonia akut segera bawa ke puskesmas atau rumah sakit.
Diisolasi
Kepala Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit dan Hubungan Masyarakat Dr Soetomo Pesta Parulian yang dihubungi terpisah mengatakan, Minggu siang telah menerima seorang pasien berkewarganegaraan China dengan keluhan demam, batuk, dan pilek. Identitas pasien tidak diungkap serta asal kota atau daerah di China.
Namun, diketahui bahwa pasien dimaksud datang dari China ke Surabaya pada 5 Januari 2020. Seminggu lalu, pasien itu mengeluh demam, batuk, dan pilek. Menurut Pesta, pasien telah diobservasi dan diperiksa dengan diagnosa terserang radang paru tetapi bukan berasal dari virus corona. Meski demikian, pasien akan diisolasi.
“Ada pasien dari China dan sedang kami tangani,” ujar Pesta.
Mahasiswa tugas belajar
saat ini ada 12 mahasiswa Universitas Negeri Surabaya yang tengah menempuh tugas belajar di Central China Normal University (CCNU) tertahan tidak bisa kembali ke Tanah Air. Mereka terdampak kebijakan Pemerintah China yang mengisolasi Wuhan untuk menekan penyebaran virus korona jenis baru.
Salah satu mahasiswa Dian Aprilia Mahardini yang dihubungi dari Sidoarjo mengatakan, mahasiswa Indonesia di Wuhan dalam kondisi baik dan sehat. Mereka juga berupaya tetap tenang menghadapi situasi krisis yang mendera. Bahkan mahasiswa tetap bersabar menunggu upaya yang tengah dilakukan oleh Pemerintah China maupun Pemerintah Indonesia melalui kedutaan setempat.
“Kami (mahasiswa) diimbau tetap berada di dalam kamar apabila tidak ada kepentingan mendesak. Apabila terpaksa keluar harus mengenakan masker khusus anti virus yang sudah dibagikan secara gratis beserta sabun cuci tangan,” ucap Dian.
Dian menceritakan di sekitar tempat tinggalnya masih ada dua hingga tiga toko penyedia bahan makanan yang beroperasi sehingga pihaknya tidak kesulitan mendapatkan suplai makanan. Selain 12 mahasiwa Unesa, ada puluhan mahasiswa asal Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Wuhan.
Kami (mahasiswa) diimbau tetap berada di dalam kamar apabila tidak ada kepentingan mendesak. Apabila terpaksa keluar harus mengenakan masker khusus anti virus yang sudah dibagikan secara gratis beserta sabun cuci tangan (Dian Aprilia)
Sementara itu, Trisuto ayahanda Dian mengaku khawatir dengan kondisi anaknya. Warga Desa Wonoayu, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo itu meminta Pemerintah Indonesia segera mengevakuasi para mahasiswa di Wuhan ke tempat yang aman atau segera memulangkan mereka ke rumah masing-masing.