Penyebaran demam berdarah dengue terus meluas di sejumlah daerah di Indonesia. Warga diimbau agar waspada dengan menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk.
Oleh
Deonisia Arlinta Graceca Dewi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS— Kasus demam berdarah merebak di sejumlah daerah di Indonesia. Upaya pencegahan yang tak optimal dan deteksi dini yang lemah menjadi penyebab tingginya kasus kejadian dan kematian akibat penyakit itu. Untuk itu, warga diimbau mewaspadai penyakit itu dengan menggalakkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk.
Kementerian Kesehatan mencatat, per 13 Februari 2020, jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia 3.256 kasus dan 27 orang meninggal. Empat area mengalami peningkatan kasus dari tahun sebelumnya, yakni Kabupaten Lampung Tengah (Lampung), Kabupaten Temanggung (Jawa Tengah), Kabupaten Sikka (Nusa Tenggara Timur), dan Kabupaten Ciamis (Jawa Barat).
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kabupaten Sikka melaporkan kejadian luar biasa DBD di wilayahnya. Total kasus yang tercatat di wilayah itu 304 penderita dengan enam kematian.
”Kami berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan logistik, alat diagnostik cepat (rapid diagnostic test/RDT), insektisida, larvasida, kit jumantik, media komunikasi, informasi, dan edukasi mencukupi. Kami pastikan ketersediaan infus dan ruang perawatan bagi pasien tersedia,” ujar Nadia, Kamis (13/2/2020), di Jakarta.
Menurut Nadia, Kemenkes meminta Kementerian Dalam Negeri untuk membuat surat edaran ke semua provinsi dan kabupaten atau kota untuk mengambil langkah pencegahan DBD. Kelompok kerja operasional di daerah juga diaktifkan untuk meningkatkan peran jumantik (juru pemantau jentik) di sekolah ataupun perkantoran dan memastikan gerakan satu rumah satu jumantik berjalan optimal.
Intervensi terlambat
Keterlambatan intervensi dalam pencegahan DBD menjadi penyebab meluasnya kasus ini. Ketika kasus mulai muncul pada Oktober 2019, warga tak langsung menggencarkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Abate yang
sudah dibagikan kepada warga pun tak digunakan untuk membasmi jentik di tempat penampungan air di tempat tinggal.
Secara terpisah, dokter spesialis penyakit dalam dari Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Adityo Susilo, menjelaskan, peningkatan kasus demam berdarah di suatu wilayah dipicu jumlah vektor penyakit yang bertambah. Vektor penularan penyakit ini, yakni dari nyamuk Aedes aegypti, biasanya bertambah saat musim hujan tiba.
”Hujan kerap menimbulkan banyak genangan air yang berpotensi jadi tempat berkembang biak jentik nyamuk. Untuk itu, pemberantasan sarang nyamuk penting dilakukan untuk mencegah penularan penyakit lebih luas,” katanya.
Selain itu, deteksi dini gejala DBD juga diperlukan agar pasien bisa segera mendapat penanganan yang tepat. Gejala paling khas dari penyakit ini ialah demam tinggi yang mucul mendadak. Pasien biasanya juga mengalami gejala penyerta lain, seperti nyeri otot pada kepala dan belakang mata, nyeri ulu hati, mual dan muntah, serta nafsu makan menurun.
”Pasien pasti lemas. Intervensi yang cepat amat diperlukan, terutama untuk memastikan cairan dalam tubuh pasien terjaga. Pemeriksaan penunjang diagnosis pun diperlukan, terutama dalam pemeriksaan trombosit karena pasien DBD biasanya mengalami penurunan trombosit dalam tubuh,” katanya.
Tata laksana
Adityo menjelaskan, sampai kini belum ada obat khusus untuk mematikan virus dengue. Perawatan pada pasien dilakukan dengan mengobati gejala penyakit yang ditimbulkan Obat penurun panas bisa diberikan untuk mengurangi kondisi demam yang dialami.
Selain itu, perawatan intensif juga dibutuhkan untuk memastikan trombosit dalam tubuh terjaga sehingga tak menimbulkan pendarahan. Kebutuhan cairan dari pasien mesti mencukupi. Jika diperlukan, infus cairan diberikan kepada pasien.
”Pasien DBD akan merasa amat lemas. Karena itu, pasien harus beristirahat. Pemantauan ketat juga dilakukan, mulai dari pemantauan tekanan darah, trombosit, dan hematokrit dari pasien,” kata Adit.