Kembali ke Daerah Asal, Kesehatan 238 WNI dari Natuna Terus Dipantau
Selesai menjalani masa observasi kemungkinan terjangkit virus korona di Natuna, Kepulauan Riau, 238 warga negara Indonesia telah dipulangkan ke daerah masing-masing. Kesehatan mereka terus dipantau.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 238 warga negara Indonesia yang selesai menjalani observasi di Natuna, Kepulauan Riau, telah tiba di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (15/2/2020). Selanjutnya, mereka akan dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing. Meski telah kembali ke daerah asal, kesehatan mereka terus dipantau.
Rombongan warga negara Indonesia (WNI) terbang dari Natuna dengan menggunakan tiga pesawat milik TNI, yaitu dua pesawat jenis Boeing dan satu jenis Hercules. Pesawat diberangkatkan dari Landasan Udara Raden Sadjad Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, pukul 13.15.
Pesawat pertama mendarat di Bandara Halim di Jakarta pukul 15.24. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengawal proses pemulangan dari Natuna ke Jakarta dengan naik pesawat pertama. Dalam rombongan turut pula perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Terawan menuturkan, semua WNI yang dijemput di Wuhan pada dua pekan lalu dinyatakan telah selesai menjalani masa observasi di Natuna. Ia pun memastikan, mereka dalam kondisi sehat dan siap untuk dipulangkan ke daerah asal masing-masing.
”Mereka semua dalam kondisi sehat. Kondisi kesehatan mereka akan tetap dipantau oleh dinas kesehatan di setiap daerah untuk membantu jika ada keluhan. Ini dilakukan supaya masyarakat yakin bahwa mereka sehat sehingga tidak ada hal yang dikhawatirkan,” ucapnya.
Mereka semua dalam kondisi sehat. Kondisi kesehatan mereka akan tetap dipantau oleh dinas kesehatan di setiap daerah.
WNI yang diobservasi di Natuna terkait Covid-19 sebanyak 285 orang. Rinciannya, 238 orang merupakan WNI yang dievakuasi dari Wuhan, 5 orang dari tim aju (advance) KBRI Beijing, serta 42 orang dari tim penjemput. Dari 238 orang WNI, sebanyak 80 orang laki-laki dan 158 orang perempuan. Adapun usia termuda lima tahun dan tertua berusia 64 tahun.
Begitu tiba di Bandara Halim, WNI dari Natuna tampak lega meski masih terus dipantau dan diminta menjaga kesehatan. Setidaknya mereka telah dinyatakan kelar menjalani observasi dan sehat.
Irma Putri Nuraini, WNI asal Lumajang, Jawa Timur, yang turut dalam masa observasi di Natuna merasa lega dan bahagia bisa selesai menjalani masa observasi. Ia mengatakan, semua yang diobservasi dalam keadaan sehat. ”Semua sudah selesai. Ini ada 64 orang dari Jawa Timur. Nanti langsung berangkat ke Juanda (bandara) sekitar pukul delapan malam. Besok tanggal 17 Februari sudah mulai perkuliahan via online,” katanya saat ditemui di Bandara Halim.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono menambahkan, semua WNI yang menjalani observasi dalam keadaan sehat. Mereka telah mendapatkan surat keterangan sehat dari Kementerian Kesehatan atas hasil pemeriksaan yang dilakukan selama 14 hari masa observasi di Natuna.
”Semua peserta sampai masa observasi selesai tidak menunjukkan gejala serta tanda infeksi Covid-19. Setelah itu, pemerintah daerah tetap akan memantau kesehatan secara umum. HAC (kartu kewaspadaan kesehatan) tetap diberikan kepada para WNI yang pulang untuk mengonfirmasi kondisi kesehatan mereka,” tuturnya.
Kepala Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Indonesia Navaratnasamy Paranietharan, yang turut mengantar pemulangan WNI dari Natuna ke Jakarta, mengatakan, prosedur karantina yang dilakukan selama 14 hari sudah sesuai dengan pedoman kesehatan yang ditentukan. Ia pun memastikan mereka yang selesai menjalankan masa observasi terbebas dari virus korona.
”Saya sangat mengapresiasi pekerjaan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia beserta semua pihak yang terkait dalam proses (observasi) ini, termasuk TNI. Semua memastikan kondisi mereka (WNI yang diobservasi) aman dan sehat,” katanya.
Para WNI dari Natuna yang tiba di Bandara Halim dijemput oleh perwakilan pemerintah provinsi masing-masing untuk kemudian didampingi sampai ke daerah asalnya. Jadwal keberangkatan ke daerah disesuaikan dengan pengaturan pemda. Sebagian langsung kembali terbang ke daerah pada Sabtu sore.
Hanya saja, proses pemulangan ini terkendala transparansi informasi dan komunikasi. Sejumlah keluarga yang menjemput anggota keluarganya dari Natuna tidak mendapatkan informasi lengkap. Akibatnya, mereka kebingungan dan tidak tahu harus menunggu di bagian mana.
Aprilia (56), warga Bogor, yang merupakan orangtua dari Yusuf Azhar (21), salah seorang WNI yang selesai diobservasi di Natuna, mengatakan tidak mendapatkan informasi yang jelas atas proses pemulangan anaknya. Pemerintah daerah pun belum memberikan keterangan yang jelas.
”Saya sudah tunggu dari tadi, tetapi tidak tahu ini pulang dari kedatangan mana. Belum ada informasi juga dari pemda. Tadi sempat komunikasi dengan anak saya bahwa sudah akan berangkat (dari Natuna), hanya tidak ada kabar lagi sampai sekarang,” ujarnya saat dijumpai di pintu kedatangan Bandara Halim Perdanakusuma, Sabtu.
Anggota DPR Komisi IX dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Kurniasih Mufidah, menyampaikan, pemerintah perlu memperbaiki komunikasi terkait seluruh informasi mengenai proses penanganan virus korona di Indonesia. Masyarakat perlu mengetahui secara utuh informasi yang harus diketahui untuk mencegah munculnya spekulasi yang salah.
”Informasi, komunikasi, dan sosialisasi itu penting. Salah satu contoh akibat dari komunikasi yang tidak baik adalah protes dan kesalahpahaman yang terjadi di Natuna ketika awal masa observasi dilakukan. Itu karena kurang informasi yang didapatkan dari masyarakat,” katanya.